Gangnam City & Date

32 4 31
                                    

Seperti janji yang sudah mereka buat beberapa bulan yang lalu, kini mereka berada di mansion besar milik Joshua yang terletak di Gangnam. Siapa yang tidak kenal dengan Gangnam, kawasan para elit atau orang kaya.

"Anjir Jo, lo gak bilang kalau punya mansion sebesar ini!" Reyhan terkesima dengan penampakan mansion yang sangat mewah, luas, dan terdapat kolam renang di halaman belakang rumah tersebut.

"Bukan gue gak mau bilang, lo aja yang ngejek gue kalau gue bahas mansion gue!" Joshua menempeleng kepala Reyhan membuat laki-laki itu tertawa, ada benarnya juga.

"Kita mau jalan-jalan ke mana?"

"Ke mana ya? Disekitar sini aja dulu baru kalau mau jauh sampai ke Seoul besok atau kapan, seru kan ya?" Mereka semua mengangguk dan setuju dengan penuturan Olip. Lagipula mereka juga masih sedikit lelah.

"Gue mau nonton nct dream, bts, blackpink, newjeans!"

"Lo diem deh, gak ada, gak ada, lu kira mereka pada gak tour! Blackpink lagi tour world, nct apalagi, bts juga, paling newjeans," Cerocos Ocha.

"Nonton wannaone, X1, izone, sama g-friend bisa gak?" Celetuk Mina, mereka saling bertatap-tatapan dan menggeleng serempak.

"Kalau mereka reunian baru bisa!" Salsa menempeleng kepala Mina, saat ini bukan saatnya nostalgia.

Keesokan harinya mereka jalan-jalan disekitar kawasan Cheongdam-dong yang terkenal dengan kawasan yang menjual berbagai produk branded, jelas harganya sangat mahal. Hanya orang kaya yang berkeliaran disekitar Cheongdam-dong, mereka berkeliaran Cheongdam-dong untuk menghamburkan uang mereka.

"Ngeri banget gue jalan-jalan disekitar ini, eh itu ada 'Del Luna Cafe' pengunjungnya hantu bukan ya?" Celetuk Tata, maklum dia terlalu banyak menelan drama Korea.

"Ada, ntar lu dibawa sama Jang Manwool! Mau lo!" Ledek Arel, Tata membrengut kesal dan memutuskan memasuki cafe dengan gaya klasik yang menambah kesan aesthetic dan vintage.

"Orang berduit semua disini, emang kita mampu bayarnya?" Yanis tiba-tiba ciut saat melihat orang yang berlalu-lalang menggunakan pakaian branded dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Lo gak suka merendahkan diri deh, bapak lu ketua direksi di perusahaan terkenal dunia!" Yanis tersenyum lebar, terlalu banyak bergaul dengan orang ekonomi menengah kebawah membuatnya lupa jati dirinya.

"Aduh anak bungsu aku!" Tiba-tiba seorang perempuan yang berusia tiga puluh delapan tahun memeluk tubuh Salsa dengan erat.

"Lah mama sama papa kok ada disini!"

"Nongkrong dong, eh kalian ngapain kesini semua? Ada acara apa nih?" Layla bertanya kepada teman anak bungsunya dan anak sulungnya tersebut.

"Itu aunty, kita mau menuhi wishlist kita sebelum mulai masuk kuliah!" Layla mengangguk mengerti dan berakhirlah mereka yang makan bersama di cafe tersebut, menu yang ditawarkan sangatlah bervariasi dan enak, memang ada harga pasti ada barang.

"Totalnya 1.028.568 won. Biar aunty aja yang bayar!" Layla langsung mengeluarkan kartu hitamnya, American Express Card.

"Selamat jalan-jalan dan bersenang-senang anak-anak, aunty sama uncle mau pergi dulu, dadah!" Sebelum pergi Layla memberikan satu kotak roti matcha kepada anak bungsunya, ingat Raffael itu sudah seperti anak pungut. Kasihan bukan? Memang.

•••

Saat mereka jalan-jalan di store Prada. Yas tiba-tiba menyeletuk membuat mereka semua bungkam.

"Kalau duduk dipangkuan Suga Bts itu bisa nyata enggak ya?" Yas mengingat bahwa dirinya menulis wishlist tersebut untuk dirinya sendiri sebenarnya.

"Mana gue tau, kalau pun bisa gue mau duduk di pangkuannya Felix straykids!" Ocha mengibaskan rambut panjangnya dan mulai mencoba pakaian branded tersebut.

We're Friends Forever Where stories live. Discover now