Bab 34 : Lari Pagi

4.7K 229 8
                                    

34

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

34. Lari Pagi

Agenda hari ini adalah pengukuran pakaian resepsi untuk keluarga yang dilakukan nanti siang. Sebenarnya Caca tidak begitu bersemangat, mengingat warna yang diusung nanti adalah warna kesukaannya. Ya, terlihat aneh memang. Harusnya Caca senang karena Anin memilih warna yang Caca sukai, tetapi untuk saat ini apapun yang Anin lakukan akan terlihat menyebalkan dimata Caca. Walaupun tidak suka, Caca berusaha untuk ikhlas dan merelakan apa yang sebenarnya bukan haknya untuk cemburui. Caca sadar kok, Marel tidak akan melihatnya. Bahkan jika rahasia terbesar Caca yang menyukai Marel terbongkar sekalipun. Caca yakin, apa yang akan Marel pilih jika itu terjadi. 

Pagi Caca selalu dimulai dengan menyebalkan. Kehadiran Marel di setiap pagi untuk menjemput Anin adalah hal yang paling Caca kesali. Belum lagi kedua sejoli itu bertindak mesra tanpa mengenal tempat. Jika Caca satu-satunya orang yang kesal dirumah itu, maka ada Dilan yang mati-matian menertawakan reaksi Caca. 

"Daripada panas-panasan di rumah, mending kita lari pagi." Dilan bukanlah tipe orang yang mau berolahraga, ajakan yang tiba-tiba ini membuat Caca sedikit terkejut. Caca menatap tak percaya pada sepupunya itu.

"Biasa aja dong liatnya."

"Ya lo sehat ngajak gue lari pagi?"

"Karna gue sehat makanya gue ajak lo lari. Lagian gue mau nyari bidadari komplek lo yang katanya cakep-cakep."

Caca memutar matanya malas, benar saja dugaanya terhadap ajakan Dilan. Tidak mungkin si paling mager ini tiba-tiba seenergik ini kalau tidak ada udang dibalik batu. 

"Lari banget nih? Gue mager banget njir."

"Pantes aja jomblo, hidup sehat aja mager apa lagi disuruh cari pacar kali ya?"

Telinga Dilan sukses dijewer oleh Caca sebagai balasan atas ucapan sembrono sepupunya itu.

***  

Taman komplek adalah primadona bagi penghuni komplek, tidak hanya penghuninya saja. Bahkan diluar komplek juga banyak yang datang kesana. Dan kini Caca mengetaui fakta tersebut, setelah banyak penolakan dengan rayuan traktir bubur ayam Mang Sholeh, akhirnya Caca sepakat lari pagi di taman komplek dengan Dilan. 

Baru satu kali putaran, Caca sudah menyerah. Dia duduk di atas bangku semen pinggir taman dengan peluh keringat di pelipisnya dia menolak ajakan putaran selanjutnya. Dilan masih berambisi mencari bidadari komplekpun belum kendor semangatnya, dia meninggalkan Caca dan berlari satu putaran lagi. 

"Hidup lagi susah-susahnya, gue malah iyain ajakan Dilan buaya darat."

Caca mengamati setiap penggunjung taman, diam-diam dia menilai setiap orang berlalu lalang disana. 

"Cantik banget, jangan sampe papasan sama si DIlan nih orang. Bisa abis di gombalin!"

"Baru tau gue kalo lari pagi tuh harus pegangan tangan gitu."

Three Little WordsWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu