Bab 1 : Karisa alias Caca

11.4K 443 2
                                    


Hargai penulis dengan vote dan tinggalkan komentar!

Happy Reading<3

Happy Reading<3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


1. Karisa alias Caca

Karisa Tavisha Dhanu, alias Caca hanya seorang mahasiswi semester 4 di salah satu universitas dengan jurusan perpajakan. Caca memiliki dua kakak, dia adalah anak bungsu di keluarganya. Caca mempunyai kakak laki-laki bernama El Fatih atau bisa di panggil Mas El. Dan seorang kakak perempuan yang paling Caca sayangi siapa lagi kalau bukan Anindya Kartika Dhanu.

Caca sangat mensyukuri setiap hal yang dia miliki. Salah satunya adalah memiliki Mas Marel, sosok laki-laki yang selalu ada dan selalu bisa dijadikan tempat perlindungan untuk Caca kala Mas El tidak bisa diandalkan. Mas Marel itu satu tahun dibawah Mas El, sekitar 7 tahun diatas Caca.

Kalau kata Bunda, dulu waktu Caca lahir. Marel selalu menemani Caca bermain, walaupun masih bayi, Marel tidak pernah bosan bermain dengan Caca. Bahkan Marel yang pertama kali Caca sebut, yang pertama melihat Caca berdiri dengan dua kakinya, berjalan, dan melompat. Semuanya itu Marel lah yang menjadi orang pertama. Marel itu anak tunggal, jadi tidak heran kalau dia selalu excited melihat pertumbuhan Caca. Bahkan rasanya seluruh isi foto di album Caca waktu kecil isinya pasti ada Marel.

Namun kini berbeda, rasa itu kini berubah semakin dalam. Caca menyukai dan sangat menyayangi Marel lebih dari seorang kakak laki-lakinya. Caca tidak pernah menyalahkan rasa yang tiba-tiba berubah ini, dia bahkan sangat mensyukuri akan hal itu.

"Pagi, Bunda!" sapa Caca mencium pipi Bunda yang sibuk mengaduk nasi goreng di penggorengan.

"Pagi, Adek. Kamu hari ini ada kelas?" tanya Bunda.

"Ada, Bun. Kayaknya bakalan terlambat deh pulangnya."

Caca duduk di salah satu kursi meja makan yang masih sepi. Ini jam enam pagi, namun rasanya seperti jam lima pagi. Alasannya karena yang masih sekolah itu hanya Caca, Mas El itu sudah bekerja di perusahaan pengeboran minyak, sedangkan Mbak Anin sudah mulai aktif di rumah sakit sebagai dokter umum.

"Mbak Anin nggak praktek?" tanya Caca.

"Nanti siang katanya, kamu mau bawa bekal nggak?"

Caca menggeleng, "Ayah udah berangkat?"

"Udah, dari jam lima tadi."

"Ya Allah!"

"Kenapa, Ca?"

"Caca kan mau nebeng sama Ayah. Kok Bunda nggak bilang sih Ayah berangkat jam segitu?"

Bunda menggelengkan kepalanya, bukan apa-apa, sudah lima kali Bunda  bolak-balik membangunkan putri bungsunya itu. Caca itu tipe yang susah di bangunkan, paling susah diantara kakak-kakaknya.

Three Little WordsWhere stories live. Discover now