Mulai Ulang

109 72 80
                                    

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Kota Surakarta katanya. Iya, kota asing yang bakal jadi tempat tinggal aku di dunia novel sekarang.

Kota yang asri gak serame tempat tinggal aku. Dari balik kaca mobil aku mengamati bangunan-bangunan besar dan sebagian terlihat seperti bangunan bekas Belanda. Bunga-bunga berwarna kuning dan ungu berguguran menghias jalanan Slamet Riyadi.

"Wah gilakk kota fiksi ternyata secantik itu." Gumamku perlahan.

Masih tidak menyangka aku akan terperangkap di kota asing tanpa tahu jalan kisah atau secuil ingatan dari tokoh yang aku tempati. Mobil yang dikendarai supir berhenti di depan gerbang sekolah yang cukup megah.

Supir menyalakan klakson setelah itu gerbang yang tampak megah dan berat itu terbuka. Mobil yang aku kendarai masuk ke dalam melewati jalanan yang akan membawa ke gedung utama sekolah. Di sepanjang jalan berdiri tiang bendera bertuliskan 'SMU Harapan Bintang'.

"Sekolah doang kek gini? Ckckck tajir banget nih si Raveena. Wahh gembel kek gue sekarang mendadak tajir." Gumam Rara.

Mobil berhenti di depan gedung sekolah. Aku menoleh kearah samping dan melihat beberapa barisan mobil mewah berjajar rapi. Supir membukakan pintu mobil dan tersenyum kearahku. "Selamat menikmati hari anda nona."

Aku turun dengan kikuk, sembari menatap kagum kearah sekitar. "Ya allah gue berasa putri sekolah disini."

Aku melangkah tanpa ragu memasuki sekolah. Pintu masuk otomatis menyambutku. Di lorong lobi terpampang peringkat 10 besar paralel dari kelas 10-12. Di dinding terpajang papan peringkat donasi terbaik sekolah ini. Nama Raveena Estiana Maheswari berhenti di nomor 3 donatur paling banyak.

"Gilakk sekolah macem apa ini? Nama gue ada di nomor 3?? Gue berarti tajir dong ya!!" Ucap gue kegirangan.

"RAVEENA!! YA ALLAH INCES SAYANG!"

Aku hampir terjungkal kala ada tiga orang tiba-tiba memelukku secara bersamaan. Yang satu cakep kek bule, yang satu kayak bocil sd, satunya lagi bawa tas gitar dan hampir mengenai benjolku. Aku perhatikan piyik-piyik barusan yang memelukku secara brutal.

"Elvyra Denaille Kaluna, Mayra Fazaira Hernanda, Arshavina Biantara Gloria? Ohh jadi ini bestienya Raveena? Duh gue harus gimana? Sapa?"

"Mbak Hera bilang lo hilang ingatan, Ya Allah bagian mana yang sakit? Bilang biar gue tampol tuh si pikmi." Seru Elvyra berapi-api.

"Bapak lo galak bener Ven, masa kita mau jenguk gak boleh? Kita cuma bisa bawain jengkol kesukaan elo deh." Sahut Arsha.

"Pikmi ngadu? Mestu dia drama di depan bokap lo." Imbuh Mayra.

Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Menghadapi bocah-bocah puber seperti mereka harus sabar sepertinya. "Ah gue nggak apa-apa ya bestie. Liat gue sehat, ya cuman gue lupa sebagian peristiwa gegara jatuh kejedot itu. Lumayan sakit lah, hampir seminggu juga kan gue gak sadar?"

Aku Kamu dan SurakartaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon