New Life

138 78 103
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Takkk

Aku meletakkan naskah seseorang dengan kasar di meja milik Amaya. Setelahnya tawaku meledak begitu saja setelah mengingat bagaimana si penulis menceritakan tokoh di karyanya dengan begitu detail.

"Rara anak setan! Itu naskah orang bangke, elo mau ngerusuh jangan disini anak orang!" Dumal Amaya sembari merapikan naskah yang kubuat berantakan.

"Ngakak sumpah! Nih ya semua cerita romantis itu kagak ngotak anjir hahahahaaaa. Kisah si kaya sama si miskin klop banget dah, ni penulis kebanyakan baca novel romantis." Gelak tawaku semakin pecah kala Amaya merenggut kesal dihadapanku. Amaya meraih bantal di sofa lalu melemparnya tepat di wajahku.

"Ini karya orang ye! Elu mah belum baca semuanya udah banyak cincong. Lagian si bos terima-terima aja kok jalan ceritanya." Seru Amaya.

Aku berhenti tertawa lalu memperhatikan wajah masam milik Amaya. "Iya-iya maaf."
Kemudian aku bangkit dari tidurku dan membantu Amaya merapikan naskah milik salah satu penulis. Amaya seorang editor komik, dia menerima kerja sama dengan beberapa penulis dan menerima royalti yang cukup besar. Sementara aku? Si pengangguran yang kerjaannya rusuhin Amaya.

Sejujurnya aku juga penulis seperti klien Amaya, hanya saja aku tidak mengirimkan cerita romantis yang super alay seperti favorit para readers. Naskahku ditolak sialan,  karena alasan ceritanya menakutkan dan terlalu sadis.

Ckk bukankah itu 100× lebih baik dibandingkan cerita romantis yang tidak masuk akal? Setelah itu kalian akan tergila-gila oleh tokoh fiksinya karena terlalu baik. "Lo pulang dah sana! Ganggu orang kerja tau nggak? Kerja di cafe Fio aja."

"Ck orang-orang bawel ya! Lo liat aja ntar May, itu webtoon gak bakal ada yang baca. Cuma cerita klise gitu doang."

"Djancuk! Minggat ra?!"

Aku langsung berkelit menghindar dari amukan Amaya. Aku terkikik mendengar Amaya misuh-misuh dibelakang sana. Setelah keluar dari apartemen Amaya, aku bingung harus kemana.

Jujur saja aku seperti gelandangan sekarang. Aku tak tau harus kemana. Pulang kerumah tanpa uang aku pasti akan dipukuli habis-habisan oleh ibu.

Huh, hidup yang sial! Aku terus berjalan dengan menyeret langkahku tanpa peduli riuh orang-orang disekitarku.

"COPET! COPET!"

Begitu orang-orang ribut karena ada seorang ibu-ibu yang tengah kecopetan. "Mbak! Tolong tas saya! Saya dicopet!"

Ibu-ibu dengan seorang anak digendongannya menghadang langkahku sembari menangis tersedu-sedu. "Maaf bu-—"

"Tolong mbak! Akan saya beri imbalan untuk mbak nanti."

Uang? Ck siapa yang akan menolak jika sudah tau ada rezeki nomplok? Tentu aku tak akan menyia-nyiakan ini. Aku berlari sekuat tenaga untuk mengejar copet.

Aku Kamu dan SurakartaWhere stories live. Discover now