Bab 9. Hospital

178 53 45
                                    

Sohyun katar-ketir mengingat kata-kata dari ibu mertuanya, gila saja. Mengapa pula itu dibawa-bawa di zaman modern seperti saat ini, Sohyun menggigil. Panas dingin, dan lihatlah bagaimana ekspresi Kim Tae Hyung memperhatikan sang istri di atas ranjang. Sohyun melirik ke arah sang suami, dengan wajah pucat. Dahinya terasa panas sedangkan buku ujung jari jemarinya terasa sedingin es, selang infus telah berdiri tegak untuk memberikan asupan cairan.

"Apakah kamu sebegitu takutnya malam pertama?" tanya Tae Hyung menghela napas kasar.

Ia duduk di samping ranjang pesakitan menghadap ke arah Sohyun, gadis cantik itu mempoutkan bibirnya.

"Iya," jawabnya terdengar lirih.

Ingin sekali Tae Hyung tertawa terbahak-bahak, di ruangan rawat inap VVIP satu ini. Apa yang perlu ditakutkan? Toh, kelinci berotot milik Tae Hyung tidak beracun apalagi mengigit. Tae Hyung merasa kerepotan karena si perawan sulit untuk diajak kerja sama, sungguh. Nanti akan enak, harus berapa kali Tae Hyung mengatakan itu.

"Hah!" Tae Hyung menghela napas kasar. "Apa yang kamu takut kan, Sohyun?"

Sohyun mengulum bibirnya, ia sungguh membuat satu rumah heboh karena mendadak meriang. Sohyun meringis kecil, ia pernah melihatnya. Dan ia merinding, sungguh! Milik Kim Tae Hyung terlalu besar dan kekar. Sohyun berpikir itu sungguh tak akan muat, kalau pun muat. Sohyun mungkin harus dilarikan ke rumah sakit, oh ayolah! Memalukan sekali sampai pendarahan hanya karena hal seperti itu, apalagi ia mendengar perempuan yang begitu bersama Tae Hyung menjerit-jerit. Pasti itu ngilu sekali, Sohyun kembali mengejang—merinding.

"Gak tahu," balas Sohyun pelan. "Aku gak mikirin itu sekarang, badanku gak enak sekali sekarang. Aku ingin istirahat, kamu pulanglah ke rumah. Mamaku akan datang sebentar lagi ke sini, untuk merawat ku," lanjut Sohyun terdengar berat.

"Kenapa harus Ibu mertua yang merawatmu? Kamu punya suami di sini, aku akan merawat. Kamu tenang saja tidak usah khawatir," sahut Tae Hyung terdengar tenang memprotes keputusan Sohyun. "Hanya untuk membersihkan tubuhmu, sampai kinclong pun aku bisa."

"Enak saja, bilang saja kamu mau meraba-raba tubuhku," tukas Sohyun mendatangkan tawa kecil dari Tae Hyung.

"Lah? Kenapa? Toh, kamu adalah istriku. Aku adalah suamimu, itu hal biasa, Sayang," jawab Tae Hyung terdengar menyebalkan di telinga Sohyun.

Kedua matanya berotasi malas, dan berkata, "Ogah! Gak mau, gak suka. Jangan mengada-ada, kamu pikir aku mendadak begini karena siapa, karena kamu!"

"Aduh, duh! Berapa kali aku bilang. Malam pertama gak semenyeram kan apa yang kamu duga," papar Tae Hyung.

Sohyun membuang muka, bertepatan dengan pintu yang digeser ke samping. Wajah Yeri terlihat dipenuhi peluh, ia melangkah terburu-buru tanpa menutup pintu yang dibuka.

"Sohyun-ah! Apakah kamu baik-baik saja? Apa yang terluka, hah?" tanya Yeri panik.

Sohyun mengulas senyum tipis, memperhatikan bagaimana ekspresi terkejut Yeri. Kim Yeri baru sadar ada Kim Tae Hyung di dalam ruangan, jujur saja Yeri masih merasa kalau Sohyun belum menikah. Hingga lupa, jika sang sahabat sudah ada pawangnya.

"Eh, hehe... halo, Tuan Kim," sapa Yeri terdengar berat.

Tae Hyung mengangguk sekilas, ia sepertinya harus meninggalkan keduanya di ruangan. Lelaki berkulit tan itu bangkit dari posisi duduknya, dan tersenyum aneh pada Yeri. Ah, Kim Yeri adalah narasumber baru untuk keuntungan Tae Hyung meraup informasi baru. Yeri membalas senyum, Tae Hyung si cuan berjalan.

"Kalau begitu aku tinggalkan kalian berdua, aku titip istriku ya, Nona Kim," sambung Tae Hyung.

"Tentang saja Tuan Kim, Sohyun akan baik-baik saja di tanganku," balas Yeri bahagia.

Kawin Kontrak dengan Presdir AroganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang