01

310 30 18
                                    

⚠️️BISMILLAH⚠️

Jawa Barat, 1998

Senja akan segera berakhir, matahari mulai meninggalkan langit, keindahan langit jingga segera tergantikan oleh gelap nya langit malam. Ia hanya duduk terdiam sembari menatap akhir dari senja.

"Indah".

Satu kata yang terucap dari nya, lamunan nya terpecahkan saat si bungsu memanggil.

"Mak, Jejen mau pergi ngaji dulu."

" Iya nak, yang bener ngaji nya" sahut emak lembut.

" Ekhemm.... hati hati loh Jen, ntar deket pohon kelapa yang miring, ada tuyul botak" ucap Deden

" Ishhh.... di kira takut apa? Udah terbiasa lihat tuyul di rumah...

" Yang bener, saha sih emang tuyul na?" tanya Deden penasaran.

" A Deden si botak herang, mirip tuyul yang ada di pohon kelapa."

(FOR YOU INFORMATION) Jejen mempunyai nama istimewa untuk memanggil Raden dengan sebutan "Deden", karena Jejen berpikir bahwa kelakukan nya sebelas dua belas sama seperti nya, maka nama panggilan nya pun harus mirip dengan Jejen.

Jejen mengatakan itu dengan raut wajah tanpa dosa, suara tertawa nya terdengar keras hingga menggemparkan rumah dan seisi nya.

"JEJEN!"

Jeritan Deden pun tak kalah menggelegar hingga semua yang ada di rumah terkejut lalu menghampiri mereka.

"Ehh....sudah, jangan berisik bentar lagi azan magrib, mending kalian siap-siap salat berjamaah!" ucap emak

Emak adalah penengah terbaik, untuk Jejen dan Deden apalagi jika mereka sudah melakukan pertempuran hebat, kacau dan tak pernah ada ujung nya.

"Udah lah ayo ke masjid, bentar lagi azan!" ajak Genta

Ajakan Genta berhasil menyelesaikan pertengkaran itu, untung nya mereka takut jika Genta mengeluarkan emosi nya, jadi apapun perintah Genta akan mereka turuti. Alhasil Genta pergi bersama kedua adik nya, karena ia tahu jika mereka di biarkan hanya pergi berdua, tak mungkin akan sampai masjid, pasti akan mampir dulu ke warung, dan bukan nya mengaji malah main, itulah yang biasa mereka lakukan, jika tidak ada pengawasan.

Tak lama azan maghrib pun berkumandang.

"Allahuakbar, Allahuakbar....."

"Ayo cepetan udah azan!" ucap Genta dengan menarik kedua adik nya yang tertinggal di belakang

Seperti biasa, seusai salat maghrib Jejen dan Deden tidak langsung balik ke rumah, melainkan belajar mengaji di TPA terdekat, sejujur nya Jejen sangat suka mengaji karena dapat mempelajari al quran, dan yang terpenting bagi anak seusia Jejen adalah bermain dan jajan.

" Ngaji nya yang bener, pulang nya jangan kemalaman ntar di omelin bapak" ucap genta

Mereka berdua hanya mengangguk setuju, tanpa menjawab sepatah kata pun, lalu mereka lari menjauh dari pandangan Genta.

"Jen, pulang ngaji main lempar sendal mau ikut gak?" bisik Sakti

Sakti menepuk pundak Jejen sembari berbisik bisik untuk merencanakan permainan yang akan mereka lakukan setelah selesai mengaji, Sakti dan Jejen berpikir bahwa jika berbisik tidak akan ada yang mendengar nya, namun tanpa mereka sadari, bisikan tersebut sampai hingga telinga pak ustadz.

" Ekhem... bisikin apa tuh?"

"Mau main? nanti ya main nya, sekarang ngaji duluu..."

Tanpa menjawab apapun, mereka hanya terdiam seribu bahasa.

7 Anak Hebat [TERBIT]✔️Where stories live. Discover now