Dirga menggeleng. "Undangan ulang tahun adek gue,"

Sagara menaikan satu alis. "Lo nyuruh gue dateng ke acara ulang tahun anak 17-an?" Sagara tahu umur adik perempuan Dirga sebab adik Dirga seumuran dengan Syakira.

"Ya emangnya kenapa sih, Ga? Adek gue yang minta sendiri. Katanya Sagara oppa harus datang ke acara sweet seventeen nya."

Sagara tak mendengarkan Dirga. Dia sibuk membaca isi undangan itu. Acara ulang tahun adik Dirga akan di gelar di sebuah hotel mewah.

"Datang, Ga. Nggak mau tahu gue. Nanti adek gue marah sama gue kalau lo nggak datang," kata Dirga lagi.

"Bukan urusan gue,"

Dirga berdecak. "Itung-itung sekalian nganter adek lo, Ga. Dia juga di undang sama adek gue. Siapa namanya? Sya... Sya, Syamanta?"

"Syakira." tekan Sagara dengan wajah dingin. Padahal Dirga sering datang ke rumahnya, tapi cowok itu tidak pernah ingat dengan jelas nama adiknya.

"Iya, Syakira!" seru Dirga. "Nah, sekalian lo temuin adek gue, cuma lo kasih ucapan selamat juga adek gue udah pasti ngereog. Dia kan, salah satu dari sedikitnya penggemar lo, Ga."

"Suka-suka lo," decak Sagara.

Dirga tersenyum puas. "Nah, kalau gini kan, jadi enak! By the way, gimana nih hubungan lo sama Ziva? Wah, gelasih. Nggak nyangka banget gue, lo yang cuek bebek sama si cerewet Ziva,"

"Yang pasti nggak NT kayak lo," jawab Sagara santai namun berhasil membuat Dirga kesal.

"Lo pas kecil aqiqah nya pake domba hago ya, Ga? Omongan lo akhlakless banget sumpah." decak Dirga.

"Baik-baik aja," jawab Sagara akhirnya serius. "Lo sendiri? Udah punya pengganti Aurora?"

Dirga menggeleng. Wajahnya terlihat santai dan baik-baik saja. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, sadboy. "Belum. Tapi gue udah sepenuhnya ikhlas. Ya, semoga aja gue cepet-cepet dapet."

Sagara mengangguk mengerti.

"Terus, si Ziva masih suka centil nggak sama Altair?" tanya Dirga.

Sagara mendengkus pelan. "Malahan Altair yang sekarang centil sama istri gue."

"Maksud lo? Gue nggak paham," Dirga menatap Sagara bingung.

Sagara menghela napas. "Altair suka deketin Ziva akhir-akhir ini."

"Kok bisa? Bukannya dia yang nolak Ziva? Lah, sekarang malah di deketin lagi? Ini gimana konsepnya?" Dirga menggaruk kepalanya dengan eskpresi linglung.

"Gue juga nggak paham sama jalan pikiran temen lo."

"Tapi Ziva nya nggak nanggepin kan?" Wajah Dirga kini serius saat menatap Sagara.

Dia hanya tidak mau jika Aurora sakit hati jika tahu suaminya mendekati sahabat kecilnya lagi disaat hubungannya dengan Altair masih berjalan. Meskipun Dirga sudah mengikhlaskan perasaannya, namun tetap saja dia merasa tidak terima jika perempuan yang pernah ia cintai disakiti.

Lagi, Dirga merasa tidak menyangka pada Altair. Sebenarnya apa mau cowok itu? Dia sendiri yang mendorong Ziva menjauh dari hidupnya dan menarik Aurora untuk dijadikan pendamping hidup, tapi sekarang dengan tidak tahu malunya Altair kembali mendekati Ziva seolah yang terjadi di antara mereka hanyalah kesalahpahaman kecil, dan tanpa sadar dia juga menganggap Aurora seperti perempuan tidak punya perasaan sakit hati. Haish, kenapa semuanya jadi seperti ini setelah dia kembali?

Sagara menggeleng. "Nggak. Ziva nggak pernah berhubungan lagi sama Altair dan perlahan bisa nerima gue. Tapi gue takut. Gue takut Ziva balik ke Altair kalau Altair terus deketin Ziva,"

Figuran Wife [Republish]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن