2

87 10 0
                                    

Kita itu tidak rumit, mereka saja yang berlebihan menilai seseorang
.
.
.
.
.
.
.

Ternyata waktu cepat bergulir, baru saja merebahkan badan dan sekarang sudah malam.

Aku pun bangun dan membersihkan diri setalah itu aku pun melaksanakan kegiatanku sebagai umat muslim.

Setelah semuanya selesai aku pun menuruni anak tangga untuk makan malam.

Aku melihat wanita yang sedang duduk menungguku untuk makan, aku hanya meliriknya tanpa memberi ucapan selamat malam.

"Iya oh oke, aku berangkat." Ucap wanita itu

"Kamu makan sama bibi aja yah, soalnya mama ada urusan penting banget." Ucapnya dan beranjak pergi

Aku hanya diam dan larut dengan pikiranku sendiri.

Sudah sering kali seperti ini, mengapa wanita itu selalu saja membuat mood ku hancur? Apakah tidak ada waktu untukku hanya sekedar menemaniku makan saja? Seberapa penting lelaki itu di banding diriku? Huh egois

Padahal aku sangat butuh sosoknya, bukan gengsi, aku hanya takut jika aku sangat membutuhkannya dia akan menolak ku dan memilih lelaki itu di banding diriku. Aku hanya membentengi diriku agar luka ku tidak semakin melebar.

"Bi temani eli makan yah." Ucapku pelan

Bi siti pun menemaniku dan makan malam itu hanya ada suara dentingan piring dan sendok tanpa ada basa basi di antara kami berdua.

Setelah itu aku pun meninggalkan meja makan itu dan menuju ke kamarku.

Pov On Bi Siti

Hari ini aku lihat majikanku ada di rumah jadi alangkah lebih baiknya aku masak masakan, yang majikanku sukai juga agar bisa makan malam dengan putri tunggalnya itu.

Aku lihat non eli sudah duduk, huh rasanya bahagia sekali melihat ibu dan anak ini makan bersama lagi setelah sekian lama, walaupun di antara mereka hanya ada tatapan kosong dan dingin tapi aku bahagia mereka bisa duduk bersama lagi.

Belum selesai rasa bahagiaku, hp majikanku berbunyi dan huhhhh ingin rasanya mencincang orang yang menelpon itu, sangat mengganggu suasana saja.

Tidak tahu ingin mengucap kata apa, aku hanya mengiyakan permintaan nona kecilku itu

Aku lihat matanya tersimpan banyak kecewa disana, ingin sekali menghibur non eli tapi aku takut, karna non eli saja sudah tidak seperti dulu.

Aku hanya memandangi nona kecilku itu, tidak terasa dia sudah remaja, dulu aku masih ingat saat aku menggendongnya, dan saat dia belajar merangkak, berjalan sampai musibah masuk ke dalam rumah tangga orang tuanya.

Dahulu anak itu begitu ceria, tetapi sekarang anak itu berubah menjadi pendiam dan dingin, aku saja dulu sangat dekat dengannya tapi sekarang serasa asing baginya.

Hanya bisa berdoa kebahagiaan segera menjemput nona kecilku itu.

Pov Off

Kamar

Aku memandangi fotoku yang tersenyum lebar, ku usap foto itu dan ku buka pengait di belakangnya, yah foto yang sempat ingin ku bakar tapi ku ambil kembali untuk ku simpan.

Dimana Letak Bahagiaku? On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang