CHAPTER 1 : Kesepakatan.

9.2K 433 50
                                    

Kalau kalian masih menemukan nama Kenares dan Kanindia tolong tandai ya nanti aku revisi  =》

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau kalian masih menemukan nama Kenares dan Kanindia tolong tandai ya nanti aku revisi  =》

☘️

Lapisan awan cirrocumulus menyebar menuju sudut-sudut cakrawala. Membentang di sepanjang langit Manhattan serupa lukisan yang tertuang di atas kanvas bersih. Burung-burung merpati beterbangan melintas gedung-gedung pencakar langit. Merpati dengan latar belakang pemandangan kota New York. Merpati yang hinggap di atap gedung kota New York.

Manhattan. Kota ini menyimpan cerita romantisme dari sebagian manusia yang pernah datang. Sudut-sudut Kota New York yang menjulang dengan gedung-gedung pencakar langit, menjadi saksi bagaimana mereka saling memuja dan mendamba atas nama cinta.

Namun, semua ini tak berarti untuk mereka. Untuk Hestama dan Haruna. Sebab pada kenyataannya, dua orang yang dua minggu yang lalu baru saja mengikrarkan janji suci sehidup semati di hadapan Tuhan, kini layaknya seperti dua orang asing yang tak sengaja berjalan bersisian pada garis jalan yang sama.

Oh... barangkali hanya Haruna yang menganggapnya demikian.

Sebab tanpa perempuan itu sadari, Hestama selalu menjatuhkan pandangan dengan tatapan yang begitu memuja. Begitu mendamba. Seolah-olah ia sedang berbangga, Haruna adalah miliknya. Perempuan yang dicintai selama delapan tahun itu sekarang berada di dalam dekapannya.

Meskipun Haruna tetaplah Haruna. Haruna yang seperti dulu. Seperti sejak delapan tahun yang lalu. Yang tidak pernah melihat dirinya. Yang selalu mengabaikannya. Haruna yang selalu menolak pernyataan cintanya.

Tapi tak mengapa. Hestama sudah terbiasa. Sebab bila ia harus memilih ia akan memilih untuk terus bersama Haruna. Berdiri di sebelahnya. Berjalan dengannya bersama-sama. Juga menatapnya dari jarak yang sedekat ini. Seperti dahulu. Seperti Hestama yang selalu diperlakukan bila diperlukan. Seperti dulu.

"Aku harap kamu nggak bilang apa-apa ke Papi. Kita akan menjalani pernikahan ini sebebas mungkin. Aku akan tetap berhubungan dengan Kaivan. Dan kamu? Terserah kamu. Aku nggak akan peduli."

Kalimat Haruna bergema di bawah langit Manhattan. Di bawah sinar senja yang temaram. Kalimat menyakitkan itu diterima Hestama dengan hati yang lebih lapang.

Tidak apa-apa. Asalkan ia masih bisa bersama Haruna.

"Kamu secinta itu sama Kaivan?"

Lama. Pertanyaan itu dibiarkan menggantung. Tertiup angin menuju arah timur. Kemudian teredam, kala segerombolan burung macaw melintas bising.

"Iya. Dan selamanya akan begitu." Haruna membalas.

"Kenapa? Kamu mau marah?" Kali ini Haruna menoleh, menatap laki-laki yang dua minggu yang lalu telah mengambil alih tanggung jawabnya di hadapan Tuhan dan hamba-hamba-Nya.

Namun, bukannya kemarahan yang diberikan. Laki-laki itu malah menggeleng. "Nggak."

Dan dari dulu ia tidak akan pernah bisa marah. Tidak untuk Haruna.

Love And Hurts (On Going)Where stories live. Discover now