Bab 3 : berbohong...

86 96 36
                                    

Hallo sayang sayang gwcc😍 kembali lagi dengan saya wkwk oke lah malas basa-basi jadi jangan lupa vote and komen lohh
Happy reading ♡
.
.
.



"Hah, apa?Kamu mau dijodohin? Terus gue gimana dongg, masa kita putus sih?! Gue gak mau yah kita putus. Titik gak ada koma!!" Ucap Vannia kepada Vano saat Vano menceritakan hal yang terjadi tadi malam saat ia pulang.

Vano menghela nafas panjang, lalu menggenggam tangan Vannia dan menatap matanya. "Van, dengerin gue dulu, oke? Pertama, gak ada kata putus di antara kita, kamu tetap pacar ku. Dan yang kedua, soal perjodohan sialan itu, aku akan mengurusnya, oke?" tutur Vano menenangkan kekasihnya.

"Huh, bodo amat, gue bad mood," ungkap Vannia dengan nada cemberut.

"Ya udah nanti sore kita date. Gimana, mau gak?" tawar Vano, membuat mood Vannia langsung membaik.

"Oyy, di sini rupanya berdua. Di cariin malah cewean," seru Samuel saat menemukan Vano ada di rooftop sekolah.

"Biasa bro. Dunia milik berdua," tambah El, memanas-manasi.

"Nih, ada rokok, kalo mau diam, kalo nggak pergi," kata Vano, lalu melempar dua kotak rokok kepada teman-temannya. Mereka pun menurut dan diam.

Di sisi lain sekolah...

Hari ini, Pak Wajir tidak masuk ke kelas X IPA 1, membuat kelas tersebut mempunyai jam kosong. Anak-anak kelas X IPA 1 pun menjadi ribut lantaran tak ada guru pengawasnya.

"Hah, anjir cogg, yang bener aja?lu dijodohin?masih kecil anjir," Aulia terkejut saat Lilly menceritakan tentang perjodohan itu kepada sahabatnya.

"Lilly harus gimana, dong?" ucap Lilly frustasi.

"Saran aku, mending kamu pikirin baik-baik. Tanya ke diri kamu sendiri dulu. Ingat, pernikahan bukan hal yang sepele," Amanda memberi saran yang bijaksana. Dialah yang paling dewasa di antara mereka bertiga.

"Iya, tuh, Ly. Gue juga setuju sama mama Manda," ucap Aulia menyetujui ucapan Amanda.

Lilly berpikir beberapa saat,  lalu ia menganguk setuju dan memeluk kedua sahabatnya itu.

"Terimakasih, Amanda. Terimakasih, Aulia" kata Lilly tulus.

Mereka bertiga pun berpelukan sangat erat, bukan seperti sahabat, tapi lebih mirip seperti saudara kandung.

Sore pun tiba, kini Lilly sedang menyapu lantai rumah, seperti aktivitas biasanya. Saat sedang asik menyapu, terdengar suara pintu dibuka, dan itu adalah Sarah yang baru pulang dari arisannya.

Sarah mendekat ke arah Lilly, lantas Lilly pun memberhentikan aktivitas menyapunya.

"Terima perjodohan itu, atau kamu saya siksa setiap hari di rumah ini," kata Sarah, yang tiba-tiba menjambak rambut Lilly.

Lilly merasa kebingungan dan ingin menangis saat Sarah menjambak rambutnya dengan sangat kuat.

"T-tapi, mah, kenapa? Lilly gak mau nikah muda, mah. Lilly ingin menggapai impian Lilly," rintih Lilly sambil mencoba memberi pengertian kepada Sarah dan mencoba melepaskan tangan  Sarah yang menjambak rambutnya.

"Kamu masih nanya? Sini, saya kasih tau," ujar Sarah seraya menyeret Lilly ke ruang tamu. Sarah lalu mengambil ikat pinggang miliknya yang terbuat dari kulit.

"Biar saya dapet duit. Kan yang mau dijodohin sama kamu itu pangeran keluarga adams,"lanjut Sarah.

"Mah, tolong, Mah. Sekali ini aja, Lilly gak mau nikah, Mah. Lilly masih mau sekolah dan menggapai impian Lilly," pinta Lilly dengan Air mata yang mulai mengalir deras di pipinya.

"Ohh, berani melawan kamu ,ya," balas Sarah yang tak terima Lilly menolak, lalu dengan kejam memukul tubuh Lilly dengan ikat pinggang yang sudah pegangnya.

Setelah puas, Sarah pun berjongkok dan mengcengkram pipi Lilly dengan kuat.

"Dengar ini, kamu itu harus balas budi. Sudah dipungut, disekolahkan, diberi makan, dan lain lain, tapi kamu malah membangkang? Kamu harus menikah dengan pria itu nanti!! Anggap saja ini sebagai balas budi mu kepada saya dan suami saya," bentak Sarah lalu melepaskan cengkeraman tangannya dan pergi meninggalkan Lilly yang menangis sejadi-jadinya.

Kini Lilly sedang di kamarnya, mengumpulkan kekuatan agar ia bisa berbicara kepada ayah nya mengenai perjodohan ini.

Terdengar suara bunyi pintu terbuka, lalu seorang gadis pun keluar dari pintu itu dan berjalan pelan ke arah sang ayah yang sedang menonton siaran sepak bola di TV.

"Ayah," Lilly menepuk pelan pundak sang ayah. Liam pun tersenyum dan memberi kode agar Lilly duduk di kursi sebelahnya.

"Ada apa, princess?" Tanya Liam kepada sang anak.

"Ayah, soal perjodohan itu, Lilly setuju. Lilly akan menerimanya," kata Lilly dengan senyum, meskipun hatinya terus-menerus gelisah karena ini pertama kalinya ia berbohong kepada Liam.

Liam mengerutkan kening. "Lilly, kamu serius, Nak??" Tanya Liam dengan hati-hati.

"Iya, ayah. Lilly serius. Jadi kapan Lilly akan bertemu pria itu?" Jawab Lilly dengan senyuman.

Liam tampak menghela nafas karena putrinya itu. "Baiklah, ayah akan memberitahu kepada tuan tersebut, dan saat kami sudah sepakat, Ayah akan memberitahu padamu, oke?" ucap Liam sambil mengelus kepala sang putri.

"Tapi ingat, janji sama Ayah. Jika pria itu menggunakan kekerasan padamu atau pria itu kejam, beritahu Ayah. Ini bukan permintaan, tapi perintah yang Ayah tidak mau kamu langgar," lanjut liam.

Lilly tersenyum lalu memeluk sang ayah dan mencium pipi milih Liam.

"Siap," ucap Lilly sambil menunjukkan senyum manisnya.

"Ya sudah, sana tidur. Jangan begadang, besok mau sekolah kan?" kata Liam kepada sang anak. Lilly pun menurut, ia masuk ke kamarnya. Tanpa ayah dan anak itu sadari, ada seseorang yang tersenyum kesenangan.

Sementara itu, di kamar, Lilly menangis menyembunyikannya di balik selimut. Ia menangis sejadi-jadinya karena melakukan hal yang sama sekali tidak ia inginkan.

Malam itu, Lilly sama sekali tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan bagaimana nasibnya nanti dan ia terus merasa bersalah karena berbohong kepada Liam untuk pertama kalinya.

♧♧♧♧♧

Hello everyone gimana bab ini bagus gak?? Semoga bagus yah ini gw ngetiknya ngumpulin mood + nyari inspirasi loh jadi kalo sampe gak ngevote itu kek 😊😊

Up :14-06-2023
Jam :15:13

Vero AmoreWhere stories live. Discover now