R2-07: MANGSA?

927 110 19
                                    

Halo semuanya. Apa kabarrrr?
Semoga gak bosen ya nunggu aku update. Maaf banget baru bisa lanjut.

Jadi, sekarang kita lanjutkan kasus yang belum terpecahkan ini. Let's go!!!

***

Sabtu, 29 Mei 2021

Seorang pria berpenampilan tampak agak acak-acakkan itu, turun dari motor Honda Win 1997 putihnya dengan buru-buru—penuh emosi dan begitu tidak sabar. Setelah memarkirkan kendaraannya tepat di depan gerbang sebuah rumah tanpa izin, sekarang dia mulai membuat keributan. Dia terus meneriaki nama seseorang dengan penuh kemarahan dan tuntutan.

"RADENA! KELUAR KAMU!" Sesekali dia mengguncang gerbang di depannya, menginginkan benda itu runtuh dan memberinya akses untuk masuk. Urat-urat di tangannya tampak menegang, menggambarkan kegeramannya.

Sontak para penghuni rumah tersebut segera menghampiri sumber suara yang telah menciptakan kegaduhan. Tak hanya itu, efeknya juga berpengaruh pada orang-orang dari rumah lain yang turut terganggu, juga penasaran dengan situasi yang tengah terjadi.

"RADENA—"

"Heh, Pak," satpam rumah yang datang dari arah belakang segera menahan suaranya, "Anda ini ya, pagi-pagi udah bikin ribut di rumah orang. Nggak ada kerjaan ¹pisan." ¹Banget;

"Mana anak itu? Dia pasti ada di dalam kan? Suruh dia keluar!" pintanya dengan penuh pemaksaan. Tak menghiraukan ucapan satpam di hadapannya.

Tanpa ada niat ingin membuka gerbang, satpam pun berkacak pinggang. Setelah mendengus sebal, dia kembali berkata, "Nggak ada-nggak ada. Sana pergi dari sini!" Walaupun sudah yakin orang itu tidak akan pergi begitu saja, Mang Mimin tetap melontarkannya. "Mau saya laporin polisi?"

"Saya nggak akan pergi sebelum saya ketemu sama anak yang namanya Radena itu!"

Mang Mimin geleng-geleng kepala. Dia sudah kehabisan kata-kata. Sepertinya dia perlu menghubungi seseorang.

"²Kumaha didinya wé ah," gerutunya seraya berbalik menuju ke dalam rumah. Meninggalkan pria tak dikenal itu seorang diri tanpa dihargai. Mang Mimin juga sebenarnya penasaran, ada hubungan apa anak majikannya itu dengan pria di luar gerbang sana. Tapi karena masih sedang berduka, dia tak mau pikiran Radena semakin terbebani. ²Terserah lo deh;

Baru saja akan membuka pintu rumah, Bi Iin lebih dahulu membukakan pintu menyambut kedatangannya, setelah dari tadi menontoni percakapan dari balik jendela. Raut wajahnya tampak khawatir dan panik.

"³Itu saha sih? ⁴Aya naon ka si Aa?" Bi Iin langsung mengintrogasinya. ³Itu siapa; ⁴Ada apa katanya;

"Nggak tahu atuh ah. Si Bapak ditelepon belum?" tanya Mang Mimin padanya. Dia masih berdiri di depan pintu, sesekali melirik ke arah gerbang.

Bi Iin mengangguk cepat. "Tapi kata si Bapaknya biarin wé ceunah. ⁵Kumaha atuh? Telepon Pak Setyo aja?" Gimana dong.

Johan benar-benar tidak peduli pada anaknya. Sekarang saja dia memilih untuk tinggal di rumah Setyo dahulu semenjak istrinya meninggal. Melihat wajah Radena membuat emosinya membabi buta.

"Iya sok telepon atuh. Kemarin Pak Setyo pesen kalau ada apa-apa kabarin beliau," kata Mang Mimin dengan logat Sundanya yang khas.

Bi Iin pun segera menghampiri meja telepon yang berada tak jauh dari posisinya. Dia lekas menekan satu per satu nomor telepon rumah Setyo.

RADENNONA - IF I CATCH YOU [ON GOING]Where stories live. Discover now