Devina kembali melanjutkan menonton film yang tadi sempat tertunda karena kedatangan angga. Di dalam fikiran devina juga masih berfikir apakah andre sudah benar - benar berubah?.

Apakah andre bisa menyayangi devina dengan tulus?. Apakah devina masih bisa merasakan hangatnya kasih sayang dari seorang ayah?. Rasanya devina ingin mengobati segala luka yang telah ia rasakan selama ini.

Devina juga ingin sembuh. Ada sebuah kata - kata seperti ini, seseorang yang bisa menyembuhkanmu adalah seseorang yang pernah membuatmu terluka. Namun bagaimana jika devina terluka lagi di saat ia telah menerima andre sebagai papanya.

Sangat berat baginya harus memaafkan segala kesalahan andre di masa lalu yang sudah terlalu dalam menyakiti anak perempuannya. Rumahnya hancur berantakan. Hingga tidak ada rumah untuk devina singgahi disaat ia sangat terpuruk.

Proses pendewasaannya ia jalani penuh dengan pasang surut. Ada kalanya ia merasa lelah dan butuh pelukan dari seorang ayah. Namun devina sama sekali tak pernah mendapatkan itu.

Padahal obat paling ampuh adalah sandaran dan pelukan dari seorang ayah terhadap anak perempuannya. Tapi cinta pertama devina adalah sumber luka utama sampai terbawa saat ia tumbuh ke masa remaja.

"Halo dev? Ada apa?".

"Aku mau cerita".

"Sok atuh mau cerita apa?".

"Besok papa aku mau dateng ke acara lamaran kita. Kamu setuju gak?".

"Ya kalau itu menurut aku gapapa dev, soalnya mau seburuk apapun papa kamu, dia akan selalu menjadi papa kamu seutuhnya".

"Tapi aku males ketemu papa".

"Coba deh sekali aja kamu kasih kesempatan papa kamu supaya bisa lihat kamu bahagia di hari lamaran besok. Pasti papa kamu mikirnya sekarang udah bahagia ya anak yang dulunya pernah aku sakiti, dan ga ada salahnya dev, kalau kamu coba kasih satu kesempatan itu".

"Gitu ya sen?".

"He'em dev".

"Gimana kalau malah dengan kehadiran papa semuanya jadi kacau?".

"Kamu positif thingking aja. Papa kamu cuma datang dan liat anaknya udah dilamar orang. Dan dia juga gabakal kok ngerusak di hari bahagiamu bersama aku".

"Emm, yasudah sen makasih ya sejauh ini udah jadi rumah yang nyaman buat aku".

"Kamu juga rumah terbaik yang pernah aku singgahi dev".

"Lopyuu".

"Lopyu more".

Devina mematikan panggilan dari arsen. Rasanya sudah sangat lega saat devina membicarakannya dengan arsen. Pikiran devina serasa lebih sedikit terbuka dan ada pencerahan.

"Bang, bang anggaaaa".

"Ada apa non?".

"Eh bi yanti, lihat bang angga gak?".

"Tadi sepertinya baru saja keluar non sama den rio".

"Kemana? Kok aku gak diajak?".

"Bibi juga gatau non".

"Yaudah bi makasih ya".

"Iya non, bibi balik ke dapur ya mau nyuci piring dulu".

"Iya bi".

"Halo bang?".

"Iya dev kenapa?".

"Kemana sih kok aku gak diajak?".

"Oh ini diajak rio ngambil pesenan baju sragam baru buat karyawannya".

"Masih lama?".

"Gatau juga deh. Kamu mau nitip apa?".

"Martabak manis coklat kacang aja kalau ada".

"Oke dev".

Akhirnya devina hanya duduk di ruang tamu sambil menanti angga dan rio pulang. Sambil menonton televisi dan makan cemilan yang ada di meja, devina masih merasa suntuk. Akhirnya dia nyuruh feby buat datang ke rumahnya.

"Buset ini buat gue?".

"Iyaalah kapan lagi gue beliin coklat satu box kek gitu buat lo".

"Lo mau bikin gue gendut apa feb?".

"Makan coklat satu box gak bakalan buat lo gendut tolol".

"Gue kangen banget sama lo setan, sibuk amat lo sekarang".

"Iya sibuk nge bucin gue".

"Bangke lo, masih langgeng nih sama dio".

"Masih lah orang dia bucin bet sama gue gilaaa".

"Sama dong, arsen juga bucin parah sama gue".

"Eh btw besok lo jadi lamaran sama arsen?".

"Ya jadilah masag enggak, lo kapan nyusul?".

"Bentar gue masih nungguin dio lulus s2 dulu, gue kan juga masih mau lanjut juga".

"Oh iyaaa, semangat ya kalo gitu".

"Lo gak pengen lanjut s2?".

"Gatau gue malah pengen kuliah lagi jurusan psikolog deh feb".

"Gila lo mau ngebut 1 gelar lagi?".

"Itu kan cita - cita gue dari dulu bangkee".

"Tapi gapapa sih nanti sekalian ngebut gelar professor, Dr, dr, insinyur, hajah".

"Lo pikir otak gue se encer itu".

"Lah kemaren dapet cumlaude itu emang lagi beruntung apa gimane?".

"Kekuatan doa ibu feb".

"Behhhh".

"Eh, feb udah lama?".

"Eh bang angga. Baru aja kok. Darimana bang?".

"Ini habis nemenin rio ambil sragam buat karyawannya".

"Keren amat lu ri punya karyawan".

"Weh ya jelas lah andreo frederick gitu". Ujar rio sambil bergaya songong di depan mereka.

"Ini dev martabaknya". Ujar angga sambil memberikan 3 bungkus martabak untuk devina.

"Ini kebanyakan".

"Dimakan sama feby, oh iya bunda kemana?".

"Udah tidur bang, kecapekan paling".

"Oh yaudah".

Mereka ber 4 asik berbincang - bincang sampai hampir larut malam. Karena jika bertemu dengan feby seperti ini rasanga keluarga mereka sudah komplit. Dan selalu ada saja topik yang di bicarakan.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now