"Yasudah tante ini arsen pamit pulang dulu ya".

"Loh buru - buru banget?".

"Iyaa ada keperluan lagi yang belum arsen siapin".

"Oh yasudah, lamarannya masih besok malam kan?".

"Iya tan, jangan lupa dateng ya".

"Iya pastinya dong sen".

"Yasudsh arsen sama melati pamit dulu ya".

"Iya kalian hati - hati ya".

Arsen dan melati segera masuk kembali ke dalam mobil. Mereka kini tidak langsung pulang ke rumah, tetapi mancari sarapan terlebih dahulu. Sudah jarang sekali kakak beradik ini pergi berdua bersama seperti ini.

Rasanya sekarang sudsh terlalu asing, berbeda dengan jaman waktu kecil dulu yang selalu bergandengan tangan jika kemana - mana. Sekarang boro - boro bergandengan. Bersentuhan dikit aja melati bisa teriak - teriak.

"Emang lo masih ada yang belum disiapin bang?".

"Enggak sih".

"Terus tadi kenapa lo buru - buru banget pamit pulang".

"Kaya lo gak tau gue aja mel, males gue sama tante indri".

"Ohh iya sih gue tau. Gue juga males".

"Padahal dulu gue udah saranin mama buat cari penjahit baju lainnya kan masih banyak. Ehh, tetep kekeh di adik kandungnya sendiri".

"Apalagi noh anaknya tiga - tiga nya buset. Sombong semua, males bet gue".

"Cuma fiko sama darwin yang omongannya tinggi mel, yang jio mah anaknya lebih ke yang bodoamat".

"Sama aja kek angkuh gitu".

"Yaa kan buah tak jatuh jauh dari pohonnya mel".

Setelah mendapat tempat untuk sarapan, arsen memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Mereka menemukan bubur ayam yang pernah di kunjungi arsen dan devina waktu kuliah dulu.

"Pak bubur ayam 2, teh anget nya 2 ya".

"Loh mas ini ceweknya udah ganti?".

"Bukan pak, ini adek saya".

"Oh kirain".

"Langganan disini ya bang?". Tanya melati yang duduk di depan arsen.

"Iya mel, langganan gue sama devina waktu jaman kuliah dulu".

"Oh iya, lo jadi daftar sekolah penerbangan?".

"In sya allah jadi sih mel".

"Terus kak devina gimana?".

"Gue udah kasih pengertian sama dia".

"Kalau dia sendiri rencananya mau kemana?".

"Dia masih kekeh mau jadi psikolog katanya".

"Loh bukannya dia kuliah jurusannya seni musik ya".

"Jurusan utama psikolog mel, tapi malah dia ambil etnomusikologi".

"Kenapa?".

"Ini mas 2 bubur ayam dan 2 teh anget nya". Ujar pak somad dan istrinya yang datang membawa pesanan yang telah jadi.

"Makasih pak".

" iya silakan dimakan ya, sering - sering ajak keluarga juga kamu sarapan disini".

"Baik pak kapan - kapan saya ajak papa sama mama ke sini".

"Iya nak".

Pak somad kembali ke aktivitasnya melayani pelanggan yang datang. Sementara arsen dan melati duduk lesehan sambil melihat orang yang berlalu lalang. Ada sebagian juga yang selesai jongging mampir untuk sarapan disana. Ada anak - anak binsik juga banyak yang langganan sarapan disana juga.

"Bang, bang tuh liat tuh cakep bet dah". Bisik melati yang melihat salah satu anak binsik makan bubur ayam bersama segerombolan temannya lesehan disana juga.

"Yang mana? Botak baju ijo itu?".

"Bukann, depannya baju ungu itu loh bang. Yang pake baju kuning merah - merah".

"Oh itu".

"Cakep ya".

"Sekolah dulu yang bener. Inget selera mereka bukan kamu".

"Selera mereka yang pakai seragam putih - putih bang".

"Kuntilanak maksud lo?".

"Ckkk, anak kesehatan bang".

"Gak mesti mel, temen abang ada yang jadi angkatan udara. Jodohnya pengangguran".

"Serius bang?".

"Iyaa".

"Orang tuanya si cewek pasti kaya raya?".

"Enggak juga".

"Terus?".

"Temen gue namanya genta, dia dulu satu SMP sama gue. Dia kebetulan dari anak yang kurang mampu. Pas waktu gue lulus dari luar negeri kan sempet kumpul lagi tuh sama anak - anak jaman SMP cuma satu geng doang sih. Nah si genta ini daftar jadi TNI".

"Terus gimana bang?".

"Terus awalnya dia gagal sampai 2 kali. Yang ke 3 kalinya akhirnya dia keterima ya udah deh".

"Sekarang dia bisa mengangkat derajat orang tuanya gitu ya bang?".

"Iya, ibunya cuma penjual nasi kuning di depan rumahnya, bapaknya kerja kuli bangunan dan dia kebetulan anak tunggal".

"Wah anak tunggal tanggungannya pasti berat banget. Tapi alhamdulillah ya dia jadi TNI".

"Iya mel, terus dia ketemu tuh sama cewek yang dia incer waktu masih sekolah dulu. Ceweknya nih orangnya sederhana, dia udah ga punya bapak. Bapaknya meninggal waktu dia masih kecil".

"Kasihan juga yaa".

"Terus genta nyari si mila akhirnya ketemu tuh, ternyata dia kuliah ambil jurusan hukum. Lebih kasihannya lagi. Ibunya mila sakit - sakitan dan masih ngurus ke 2 adiknya yang masih sekolah. Satu masih smp dan satu lagi sma kelas 3".

"Terus terus bang?".

"Terus ketemulah sama genta dan baru kemarin di instastorynya lamaran sama mila. Keluarganya genta pun juga menerima keluarga mila dengan sangat baik".

"Ya itulah bang kalau orang udah tau susah dari awal pasti gak akan ngeremehin orang susah juga. Coba kalau genta orang tuanya dari keluarga menengah keatas pasti gamau nerima keluarga si mila".

"Yaa setiap manusia punya sifat yang berbeda - beda mel. Gak semua sama, jadi kamu dimanapun harus jadi orang baik, supaya kamu juga ketemunya sama orang yang baik juga".

"Gue selalu dibilangin papa kalau ada yang jahat sama gue di bodoamati aja. Ntar suatu saat pasti dia butuh kita dan tidak ada satupun orang yang mau menolong kecuali kita. Jadi kita bagaimanapun harus tetep jadi orang baik bang. Ya meskipun hati kita terkadang masih sebel sama tu orang".

"Pinter adek abang. Udah selesai? Yuk kita pulang".

Rasanya sudah lama sekali mereka tidak saling bertukar cerita seperti ini. Biasany mereka dirumah baku hantam terus tapi akhirnya baikan lagi. Ya seperti itu lah jika punya saudara kandung.

Mau sehebat apapun bertengkar pasti ujung - ujungnya ada yang mengalah dan saling minta maaf. Kadang tidak ada kata maafpun tiba - tiba baikan gitu aja.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now