"Shanaya bun".

"Pasti cakep banget ya bang?". Tanya devina.

"Ya cantik lah dev".

"Kalo sama aku cantikan mana?".

"Tetep kamu donggg".

"Rencanya kapan ngga kamu mau lamar dia?". Tanya friska kembali.

"2 bulan lagi mungkin bun. Sekalian nyelesaiin pekerjaan disana juga kan".

"Kamu udah ketemu sama keluarganya shanaya?".

"Belom sih bun".

"Gile bang. Bali - jakarta. Kasihan yang kondangan ntar kesana pada mabok semua". Sahut rio.

"Biarin dah, biar lo yang tanggung jawab kalo pada mabok". Jawab angga sambil melempar tissu ke arah rio.

"Yaudah ngga. Kalo itu memang pilihan kamu dan anaknya juga baik dari keluarga baik - baik juga. Bunda gapapa".

"Iya bun. Kebetulan dia cuma punya 1 sodara laki - laki tapi masih kuliah".

"Orang tuanya kesehariannya apa ngga?".

"Papanya pilot, mama nya pramugari bun".

"Kok keren banget sih bang". Sahut devina nampak kagum dengan pilihannya angga.

"Kok dia mau sama anak bunda".

"Bunda ini gimana. Secara, angga ganteng, pinter, lulusan S3. Kurang apaaaa coba anakmu ini bun".

"Iya iyaa bunda percaya anak bunda perfect". Ujar friska sambil terkekeh melihat angga.

"Tapi ibunya udah gak kerja jadi pramugari lagi".

"Terus?".

"Udah dirumah jadi ibu rumah tangga dan mengurusi ke dua anaknya bun".

"Tapi kamu bisa ketemu shanaya dimana?".

"Jadi waktu itu shanaya kebetulan satu penerbangan sama aku bun. Dan duduknya sebelahan. Yaudahlah angga tanya mau kemana dia jawab. Mau ke lombok juga. Katanya cuma mau liburan doang. Ehh, besoknya ketemu lagi di supermarket bun. Yaudah lah trus angga modus kan ajak dia nyari sarapan juga. Nahh, terus angga minta aja nomer WA nya. Di kasih dong. Trus ya sat set sat set ngalir gitu aja bun udahhh. Selesai".

"Gercep amat kamu ngga".

"Ya jelas angga gitu dong".

"Siapapun pilihan kamu ngga semoga pilihan terbaikmu yaa".

"Iya bun pastii".

"Gais, aku juga mau ngomong". Ujar devina tiba - tiba membuat hening sekitar.

"Apa dev?". Tanya friska.

"Emmm... emmm... anuu... ituuu.. gimana..".

"Anu itu anu itu. Apasih dev". Jawab rio.

"Arsen juga mau ngelamar aku".

"HAHHH!!!". Sontak membuat mereka terkejut dengan pernyataan yang devina lontarkan barusan.

"Ini gimana jadi lamaran massal gini". Ujar rio masih tidak percaya.

"Sat set amat arsen". Sahut angga.

"Ini kamu beneran dev?". Tanya friska.

"Iya bun".

"Kapan?".

"Dia bilangnya 2 minggu lagi tepat di hari ulang tahunnya devina".

"HAH!!!". Mereka semua sontak kembali terkejut dengan serempak.

"Astaga, kalian ini baru aja selesai kuliah loh dev. Gamau cari pengalaman kerja dulu?". Tanya friska.

"Kata arsen di iket dulu biar devina ga ilang".

"Mending lo gue iket di pohon mangga sekarang deh dev". Ujar rio.

"Arsen gak jadi ke luar negeri?". Tanya friska kembali.

"Gatau juga bun, dia masih bimbang".

"Terus kamu mau lanjut S2 apa mau nyari pengalaman kerja dulu?". Tanya angga.

"Gatau bang".

"Astaga bocah". Gumam rio sambil menepuk jidatnya sendiri.

"Saran bunda sih tidak apa - apa jika kalian mau lamaran dulu. Tapi kalo soal nikah kalian harus siap dulu secara mental".

"Aku pusing". Ujar devina sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya dia atas meja makan.

"Gue juga ikut pusing. Gue mau lamaran sama siapa coba". Ujar rio.

"Lah yang kemaren?".

"Siapa bang?".

"Seleb".

"Seleb gabah?".

"Yang chindo itu woi".

"Gajadi, gamau sama modelan kek gue".

"Kasian amat lu ri. Mending lo balikan sama bule di sana".

"Ogah. Gabisa LDR gue bang".

"Ah lemah amat. Contoh dong gue rii".

"Daripada bunda semakin pusing dengerin kalian ngoceh. Lebih baik bunda ke kamar. Kalian lanjutin aja obrolan kalian".

"Iyaa bun". Jawab mereka serempak.

Friska pergi ke kamar untuk mempersiapkan presentasi karena besok ada acara meeting. Sementara mereka bertiga sudah pindah ke ruang tamu untuk menonton acara televisi.

 Sementara mereka bertiga sudah pindah ke ruang tamu untuk menonton acara televisi

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Terima kasih untuk setiap waktumu yang selalu ku pinta. Meski terkadang waktu untukmu beristirahat sampai tidak ada.
Terima kasih telah menjadi cerita panjang yang indah dari setiap bab yang selalu ku tuliskan dalam lembaran kertas putih hingga aku kehabisan kata - kata untuk mendeskripsikan tentang baiknya kamu.
Manusia yang sangat menyejukkan hati.
Tanpamu, aku tak akan sembuh dari setiap luka yang kemarin menyayat ribuan bait kehidupan.
Rasa sakit seakan sudah pulih.
Terima kasih juga sudah menjadi obat dari segala obat yang belum pernah aku jumpai.
Tetap seperti ini, menjadi manusia yang selalu aku cintai.

Eccedentesiastजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें