4

915 106 5
                                    

Laera mengerutkan keningnya yang berkeringat di bahwa topi sekolahnya, matanya coklatnya melirik langit yang cerah. Dalam hati dia terus mengeluh karena kepanasan, kepala sakit dan otaknya rasanya meleleh seperti es krim.

Saat ini dia berdiri di tengah lapangan upacara bendera, bersama dengan teman-teman sekelasnya yang lain. Hari ini adalah hari senin, hari yang paling tidak di sukai hampir semua siswa di Indonesia termasuk Laera.

Baginya hari senin adalah hari yang paling panjang dan melelahkan, terlebih lagi jika di mulai dengan pidato panjang dari kepala sekolah saat upacara bendera seperti sekarang. Selain membosankan dan membuatnya mengantuk, tapi juga sangat menyebalkan.

Laera menghela nafas, menatap datar kepala sekolah yang berbicara dengan penuh semangat di podium.

Sekujur tubuhnya terasa mati rasa, Kakinya mulai sakit karena terlalu lama berdiri, telinganya panas mendengar ocehan kelapa sekolah. Dia hampir di ambang batas, tapi gadis itu tidak pingsan.

Dia bukan satu-satunya siswa yang merasa sakit di kaki dan panas di telinga tapi juga hampir semua siswa yang berdiri dan berbaris di lapangan.

Tapi kepala sekolah yang berdiri di podium, sebagai pembina upacara bendera bersikap acuh dan juga tidak perduli dengan penderitaan juga keluhan para siswa-siswinya, beliau terus berbicara dari A sampai Z dan dari Z sampai A.

Memberikan khotbah pada para siswa-siswinya yang melanggar aturan sekolah serta memuji siswa-siswinya yang patuh dan tidak melanggar aturan sekolah.

Sayangnya hampir semua siswa yang berbaris rapi di lapangan mengelilingi tiang bendera, tidak benar-benar mendengar dengan seksama apa yang di bicarakan oleh kepala sekolah yang berdiri di podium.

Laera termasuk siswa-siswa yang menulikan telinganya, tidak mendengar khotbah panjang kepala sekolah. Teman-teman sekelasnya juga sama dengan dirinya sendiri, mereka bahkan sibuk berbisik-bisik dan ngobrol di barisan belakang.

Kebetulan Laera berada di barisan paling depan, jadi dia tidak bisa ikut bersenang-senang dengan teman-temannya.

Selama proses upacara bendera, sudah ada kurang lebih lima siswa yang di bawa ke UKS oleh petugas PMR sekolah. Laera yang tidak pernah pingsan, tidak akan pernah menjadi salah satu siswa yang di bawa ke UKS oleh petugas PMR sekolah karena pingsan saat upacara bendera, fisiknya memang sedikit rentan namun mentalnya sangat kuat.

Jadi dia tidak akan mudah tumbang, sebagai gantinya tenaganya hampir terkuras sepenuhnya. Karena menjaga kesadarannya tetap utuh, hal tersebut tidak bisa di control dan terjadi secara otomatis.

Hal tersebut adalah mekanisme pertahanan diri yang tertanam dalam DNA-nya di tubuhnya dan terjadi di bawah kendali alam bawah sadarnya.

Setengah jam berlalu, akhirnya Upacara bendera selesai. Para siswa-siswi menghela nafas lega dan berbondong-bondong kembali ke kelas masing-masing meninggalkan lapangan upacara bendera, begitu juga Laera dan teman-teman sekelasnya.

Merasa ada yang menatap punggungnya, Laera menoleh ke belakang dan mencari mata mana yang tadi menatapnya dengan mata panas dan tajam seperti mata seekor elang. Mata coklatnya menyapu satu demi satu siswa-siswinya, dari siswa senior sampai siswa satu angkatan dengannya.

Tapi dia tidak menemukan sepasang mata yang tadi membuatnya tidak nyaman, karena tidak menemukan sepasang mata yang menatap punggungnya. Laera mengangkat bahunya acuh lalu menarik pandangannya dan kembali menatap ke depan.

Dia berjalan menuju kelasnya dengan Nadira yang berjalan di sampingnya sambil memeluk lengannya, Laera tidak tau jika dia sudah menjadi objek balas dendam seseorang dan nasibnya akan berubah di titik ini.

Senior Ex-girlfriend Seduced MeWhere stories live. Discover now