6

4.1K 454 9
                                    

Setelah bel pelajaran berbunyi Hiraya pergi kembali ke kelasnya, tinggal lah hanya kelima orang lelaki itu yang ada di sini.

Adrian menyalahkan rokoknya, di dalam hatinya ada beberapa pikiran yang beredar. Dia sekilas melirik ke arah Elvano yang tengah sibuk berurusan dengan laptop miliknya.

Seolah tau apa yang sedang di lakukan temannya itu dia kemudian berkata "Gak usah nyari tau tentang Hiyara dia bukan orang yang patut kita curigai, terlebih lo gak bakal nemuin informasi tentang dia"

Jari-jari Elvano yang menari di atas keyboard seketika berhenti "Lo udah tau"

Bukan pertanyaan melainkan pernyataan yang di ucapkan oleh Elvano kepada Adrian.

"Hm"

"Tapi kita harus waspada sih, diakan mantan si Biantara, gak menutup kemungkinan dia mata-mata yang si pengecut itu kirim buat nyari kelemahan kita" Sagara mencoba berfikir realistis, siapa yang akan percaya jika ada seseorang yang tiba-tiba ingin dekat dengan mereka kalau tidak ada tujuan khusus. Walaupun dia tidak menunjukannya ketika Hiraya ada, tapi dia masih sedikit curiga pada gadis itu.

Terlebih waktu kedatangan Hiraya sangat pas dengan kejadian kemarin mereka yang telah menyerang markas Black Blood, kemungkinan terbesar ini mingkin siasatan Biantara untuk membalas mereka kembali.

Sebenarnya kecurigaan dari Sagara tidak sepenuhnya salah, Hiyara memang mempunyai tujuan khusus mendekati Adrian, tapi tentu saja tujuannya itu hanya akan di ketahui oleh Hiraya sendiri. Dan tentu itu tidak ada hubungannya dengan pertikaian antara Black Blood dan Death Adder.

Adrian terkekeh pelan, mendengar kecurigaan dari temannya itu "lo berpikir terlalu jauh, Aya gak mungkin ngelakuin hal itu, terutama karena gue"

Tidak bisa Adrian pungkiri, perkataan Sagara mungkin ada benarnya, tapi jika itu orang lain dan bukan Hiraya.

"Oh iya sih yang udah mulai bucin, tapi yah gue rasa gak setengah hari gue liat lo sama tu cewe, udah mulai berubah ya" Lintang mencibir dengan kepercayaan diri Adrian itu.

Dia berpikir sebegitu besarnya pengaruh Hiraya untuk Adrian, sampai tidak ada setengah hari keduanya bersama, Lintang sudah beberapa kali melihat Adrian tersenyum, dan itu cukup sangat drastis di matanya

"Itu yang namanya kekuatan Cinta bro". Dikta menepuk pundak Linta kemudian berkata lagi "makannya punya pacar, biar ngerasain jadi orang bucin"

"Gak perlu punya pacar, udah banyak cewe yang ngejar-ngejar gue tinggal tunjuk aja".

"Iya cewek khyalan".

Elvano kembali memusatkan perhatiannya ke layar laptop, tidak memperdulikan pertikaian kedua temannya itu, matanya menggelap kala melihat ada sebuah e-mail yang masuk ke akun Death Adder.

"Ada barang yang harus kita antar waktu yang di berikan dua hari, hanya saja lokasinya cukup berbahaya". Dia menekan beberapa kata dalam ucapannya.

Setelah mengatakan itu, suasana yang ada di sana berubah menjadi serius, ke empat orang lainnya segera membuka ponsel mereka masing-masing, karena Elvano sudah mengirim permintaan itu.

Adrian terkekeh sinis, dengan sekali melihat dia tau lokasi ini, ternyata orang yang memesan mereka terlihat sangat ambisius "apakah pemilihan presiden akan segera di lakukan?"

"Ya, mungkin itu juga yang membuat perdana menteri kita yang terhormat tidak bisa duduk diam lagi". Sagara melihat orang yang telah memesan mereka di sana, di web khusus untuk memesan para pembunuh bayaran kalian harus menyerahkan identitas asli kalian, agar mereka tau siapa orang yang tengah mereka layani "semua orang tau situasi politik negara saat ini, lebih mengerikan di bandingkan konflik antara para pembunuh bayaran".

Pengganti Sang Protagonis Where stories live. Discover now