Pada dasarnya di negara ini semua mengerti bahwa ada dua kubu di pemerintah, yaitu kubu presiden dan kubu perdana mentri, yang bersaing memperebutkan tahta kekuasaan mereka.

Mereka juga tidak peduli siapa yang memesan jasa mereka, selagi bayarannya sangat tinggi, bagi mereka sama saja, karena mereka tidak berpihak kepada siapapun.

___________

Di sisi Hiraya sendiri kelasnya memiliki jam pelajaran olah raga sekarang, meski para siswa yang ada di kelas mengeluh, kenapa mereka di berikan jadwal pelajaran olahraga di siang hari. Tentu saja itu semua mereka lakukan di dalam hatinya tidak mungkin mereka dengan terbuka memprotes.

Dengan terpaksa Hiraya juga mengganti seragam sekolahnya dengan pakai olahraga, kemudian dia mengikuti siswa lainnya untuk berkumpul di lapangan olahraga sekolah.

Terik matahari yang menyengat begitu panas, karena pada jam-jam seperti ini matahari berada pada titik tertinggi.

Para siswa melakukan pemanasan dengan tenaga mereka yang tersisa walaupun terlihat sangat lesu dan tidak bersemangat mereka pada akhirnya dapat menyelesaikannya juga.

"Baiklah anak-anak yang bapak tidak Cinta, hari ini kita akan melakukan sit-up terdiri dari dua orang, jadi carilah pasangan untuk membantu kalian". Guru olahraga yang berbicara bernama Kevin, dia adalah mantan atlet olahraga, setelah mengundurkan diri dan pensiun, dia di rekrut oleh sekolah untuk menjadi guru olahraga di SMA Marawijaya, terlebih lagi gaji yang pihak sekolah tawarkan lebih besar dari penghasilannya sebagai seorang atlet. Tidak heran juga bahwa sekolah ini di juluki dengan sekolah bangsawan, karena uang yang harus siswa keluarkan sangat besar, semakin baik kelas yang kalian miliki semakin besar biayanya.

Meskipun seperti itu  di SMA Marawijaya, selain siswa dari kalangan orang kaya, setiap tahunnya mereka akan merekrut siswa pintar dari kalangan orang biasa atau orang yang tidak mampu untuk bersekolah di sini untuk mendapatkan beasiswa.

Tentu ada tujuan lain dalam melakukan perekrutan itu, mereka ingin menciptakan Citra yang baik bagi sekolah kepada masyarakat, agar mereka berpikir tidak hanya orang dari kalangan kaya saja yang dapat bersekolah di sini.

Setelah mendengar intruksi dari Kevin, semua siswa segera mencari pasangan mereka.

Hanya Hiraya yang masih berdiri sendirian di saat siswa lain telah mendapatkan pasangan mereka masing-masing.

Viola yang melihat kesendirian Hiraya tersenyum mengejek, itulah akibatnya jika gadis tidak tau diri itu mencoba menjauh darinya, siapa lagi yang mau menjadi teman gadis suram sepertinya itu.

Sekarang rasakan dia akan menjadi bahan tertawaan.

Hiraya tentu saja tidak peduli dengan pandangan orang lain padanya, dia sudah terbiasa hidup dengan kesendirian, hal seperti ini bukan masalah besar baginya.

"Hai, lo belom dapet pasangan kan?" seorang gadis dengan wajah bulat, dan rambutnya yang pendek berponi, menghampiri Hiraya.

Mendapatkan pertanyaan mendadak seperti ini Hiraya tampa sadar mengangguk.

Gadis itu berjingkat dengan bersemangat terlihat senang "Bagus gue juga blom ada, kalau begitu kita berdua jadi pasangan ya"

"Lo yakin mau pasangan sama gue?" dia berkata dengan ragu.

"Emang kenapa?"

"Lo gak liat" Hiraya menunjuk ke arah siswa lain yang menatap mereka, bukan tepatnya Hiraya dengan pandangan aneh "sekarang lo tau kan"

"Trus kenapa, kan gue yang mau apa hubungannya dengan mereka, atau lo sangat peduli sama pendapat orang lain?"

Hiraya mengangkat bahunya, mana mungkin dia seperti itu. Itu terlalu membuang waktunya yang berharga.

Melihat itu akhirnya mereka menjadi pasangan untuk pelajaran olahraga kali ini.

____________

"Tenang Sha biar gue tunjukin bagaimana cara sit-up yang baik dan benar, liat, seratus kali pun gue sanggup"

Setelah berbicara sebentar dengan gadis yang menghampirinya tadi, Hiraya tau bahwa Nama gadis itu adalah Melisha, keduanya dengan cepat akrab hanya dengan beberapa pertukaran kata saja, apalagi dengan kesamaan humor mereka yang sangat receh itu. Pada dasarnya mereka berbicara dengan baik, Melisha juga gadis yang tidak canggung dan mudah bergaul dengan orang lain.

"Lo yakin Ay"

"Just trust me, gue udah ahlinya"

Setelah mengatakan itu Hiraya kemudian berbaring, kakinya di tekuk dan Melisha memegangnya dengan erat.

"Ok siap? Mulai"

Dengan mengerahkan tenaganya Hiraya mengangkat setengah badannya dengan kedua tangannya yang berada di belakang kepalanya.

"Huaaaaaa, saaatuuuh" hanya setelah hitungan ke satu badannya kembali lagi terlentang, tanpa ada niat untuk melakukannya lagi.

Melisha memutar kedua matanya, sudah dia duga gadis ini hanya omongannya saja yang besar "itu baru satu"

"Wow, jangan menyela, ini baru permulaan" segera dia kembali lagi mengangkat tubuhnya, tapi kali ini hanya kepalanya saja yang terangkat dan langsung jatuh kembali " ok gue nyerah".

Hiraya tidak tau melakukan sit-up akan se melelahkan ini, padahal ketika dia melihatnya di TV itu terlihat sangat mudah untuk di lakukan, ternyata pikirannya salah.

"Siapa yah yang tadi bilang ini sangat gampang dan bahkan bisa melakukannya seratus kali?"

"Iya bener siapa tuh yang ngomong kaya gitu, gue rasa itu pasti setan yang ngomong mana mungkin gue kan hahahaha" Hiraya tertawa canggung, berpura-pura lupa ingatan.

Setelah olahraga yang terasa berat dan di jemur di bawah terik sinar matahari, tentu saja tubuh mereka berkeringat dengan deras, tak terkecuali Hiraya dan Melisha.

Keduanya duduk di bawah pohon, dengan kipas kertas yang mereka buat.

"Gila yah emang pak Kevin, padahal sekolah punya lapangan Indoor, malah ngajar di luar, udah mah panas banget lagi" Melisha mempercepat kipasannya meski angin yang di hasilkan oleh kipas itu tidak sebanding.

Apa gurunya itu tidak melihat berapa derajat cuaca panas hari ini, jika kalian menggoreng telur pasti telur itu akan matang saking panasnya.

"Bukan cuma panas aja haus juga gue udah kayak gurun sahara ni tenggorokan".

"Bener banget, gimana kalau kita ke kantin beli minum sekalian ngadem di sana" kebetulan kantin sekolah mereka bukanlah tempat terbuka melainkan sebuah gedung bertingkat dua, jadi otomatis terdapat AC di sana.

"Inilah kata-kata yang gue tunggu dari tadi"

Keduanya beranjak dari sana menuju gedung kantin, yang letaknya tidak jauh dari lapangan olahraga, ketika mereka masuh, hal pertama yang mereka rasakan hembusan angin  menyegarkan yang di hasilkan oleh AC, di sini. Mereka berhenti di depan ke mesin minuman otomatis.

"Lo mau minum apa Ay?" tanya Melisha ketika dia sedang memilih minuman yang dia inginkan.

Banyak sekali jenis minuman dari berbagai merk di sini.

"Kayaknya gue mau cola... "

"Hey, bukannya ini cewek yang udah mencampakkan lo Bian"

Annyeong

Udah chapter 6 nih

Gimana cerita yang aku buat kali ini?

Menarik? Atau membosankan?

Tema kali ini aku buat berfokus pada persahabatan dan keluarga
Jadi gak akan terlalu berat.

Meskipun nanti aku selipin beberapa cerita romancenya.

Tolong dukung cerita ini.

Terimakasih

Pengganti Sang Protagonis Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ