rumour

14 2 0
                                    

“Gue yang deketin Ara. Bukan sebaliknya.”

- Ale

Sorry, gue cuma pengen tahu keadaannya aja. Kalau sekarang Ara nggak mau ketemu siapapun, gue titip ini buat dia,” ujar Ale seraya menyerahkan sebuah bingkisan.

“Eh, tunggu-tunggu. Gapapa, kok. Lo boleh masuk.”

Zee mempersilakan Ale duduk di sofa ruang tengahnya. “Ara masih di kamar, dia susah banget diajak keluar. Tapi, untungnya masih mau makan.”

Ale hanya diam tak menanggapi. Zee menerima bingkisan yang tadi dibawa Ale lalu tercengang saat melihat apa isinya.

“Eh, darimana lo tahu kalau Ara suka banget es kacang merah?”

“Itu … ” Ale berpikir sejenak. Usai berhasil menemukan alasan yang masuk akal, ia lanjut berbicara. “Dia pernah cerita ke gue waktu itu.”

Meskipun agak dibuat-buat, nyatanya lelaki itu tak sepenuhnya berbohong. Ara memang pernah bercerita soal kegemarannya itu padanya. Tepatnya dua belas tahun yang lalu.

Zee melirik ke kanan dan kiri sebelum berbisik pelan.

“Ssst, gue tahu mungkin sekarang bukan saat yang tepat buat nanya ini. Tapi, gue penasaran … gimana ceritanya lo bisa sedeket itu sama Ara?”

Ale menghela napas pelan. “Gue udah kenal dia cukup lama.”

Zee mengangkat sebelah alisnya, curiga. “Seriusan? Bohong. Kalau gitu, kenapa gue baru lihat kalian deket akhir-akhir ini?”

“Ceritanya panjang.”

Menyadari lelaki itu seolah sedang menyembunyikan sesuatu, Zee terdiam sejenak. Kemudian, sebuah pertanyaan usil tiba-tiba terlintas di pikirannya.

“Hm, gitu, ya.” Zee menyipitkan mata. “Terus, apa mungkin ... lo naksir Ara?”

Ale membulatkan mata, terkejut dengan pertanyaan yang barusan dilontarkan Zee padanya. Sementara itu, si pelaku hanya tersenyum jahil sambil menaik-turunkan alisnya. Menyadari dirinya baru saja dijebak oleh pertanyaan gadis itu, Ale buru-buru memalingkan wajahnya.

“Dia masih suka nangis sampe sekarang?” Tanya Ale, mengganti topik pembicaraan.

“Namanya juga baru putus, wajar kalau nangis terus.” Zee menghela napasnya pelan. Kemudian, tiba-tiba ekspresinya berubah serius. “Btw, gue emang nggak tahu pasti gimana perasaan lo ke Ara sekarang ini, tapi satu hal yang perlu lo inget. Gue nggak bakal setuju sama apapun hubungan kalian begitu aja. Gimanapun, Ara itu sahabat gue. Gue nggak mau dia terluka buat yang kesekian kalinya.”

Ale memutar bola matanya malas. “Terserah.”

***

Ara menggeliat dalam tidurnya begitu ia mendengar seseorang datang mengetuk pintu. Seperti yang diceritakan Zee, gadis itu memang sedang tak ingin diajak keluar kamar entah apa alasannya.

“Ra?”

“Masuk aja,” ujarnya pelan.

Tak berselang lama, Zee masuk menghampiri Ara sambil membawa nampan berisi makanan dan segelas minuman yang seketika menarik perhatiannya.

“Ale tadi dateng kesini,” Zee berujar singkat.

"Terus, sekarang dia di mana?”

“Udah pulang. Dia cuma mampir sebentar tadi, nggak mau lama-lama. Takut ganggu lo katanya,” ujar Zee menjelaskan.

Ara menghela napas pelan. Kemudian, sorot matanya tertuju ke arah segelas es kacang merah yang dibawakan sahabatnya.

“Kalau gitu, ini … ”

ALEARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang