vigilant

13 2 3
                                    

“Jangan sedih terlalu lama, gue nggak suka.”

- Ale

“Siniin tasnya!”

“Ssst, jangan berisik! Kalau ada orang yang lihat, bisa mampus kita!”

Pagi-pagi sekali, sebelum sekolah kembali dipadati oleh para siswa dengan segudang aktivitas mereka, beberapa orang gadis terlihat sibuk berjalan mengendap-endap di tempat pembuangan sambil menjinjing sebuah tas. Beberapa kali mereka menoleh ke kanan dan kiri, menajamkan seluruh indera untuk berantisipasi jika ada orang yang memergoki mereka.

“Nah, beres!”

Amanda membersihkan kedua tangannya usai membuang tas berwarna merah muda tersebut ke dalam container besar berisikan sampah. Keempat gadis itu tertawa puas.

“Haha, rasain lo!”

“Tas jelek kayak gini emang harusnya dibuang ke tempat sampah!”

Kemudian, sambil berdesis, Cal memelototi teman-temannya sebelum kegaduhan yang mereka ciptakan berhasil didengar orang lain.

“Ayo, kita cabut sekarang.”

Usai memastikan tidak ada orang yang melihat atau menguping pembicaraan mereka, ia bersama teman-temannya bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.

***

Ale menghela napas pelan. Ia sama sekali tak menduga bahwa pagi ini, ia kembali disuguhkan dengan tindakan kriminal beberapa orang gadis yang agaknya belum jera berbuat onar di sekolahnya tersebut.

Lelaki itu kembali mengantongi ponselnya di balik saku jaket usai berhasil mengumpulkan bukti yang akan digunakannya untuk menyerang balik mereka. Kali ini, gadis-gadis itu pasti akan menerima hukuman setimpal atas perbuatan mereka terhadap seorang siswa—yang tak lain dan tak bukan adalah Ara. Gadis lugu itu pasti sama sekali tidak menyadari seseorang membawa lari tasnya.

Kedua kaki jenjangnya melangkah pelan, mendekati tempat sampah untuk memungut kembali tas milik Ara. Dibersihkannya tas tersebut, hingga tidak tampak seperti baru saja dibuang ke tempat yang tidak seharusnya. Setelah itu, lelaki itu berjalan menuju kelas untuk mengembalikan tas tersebut ke tempatnya semula.

Dan ternyata, dugaannya terbukti benar. Tepat ketika ia sampai di ambang pintu, tak dilihatnya sosok Ara di manapun dalam kelas tersebut. Berhubung waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, maka tak heran jika seisi kelas masih kosong tanpa adanya tanda-tanda kehidupan. Lantas, kemana perginya gadis itu?

Ale mengepalkan kedua tangannya. Siapapun pasti merasa geram dengan tingkah dan perbuatan yang dilakukan Cal tadi itu. Kali ini, dengan bukti-bukti yang telah ia kumpulkan, ia yakin bahwa keempat orang gadis itu tidak akan bisa lari dari masalah yang telah mereka perbuat.

***

Cal merasa aneh ketika tak sengaja melihat Ara yang berjalan santai dari ujung koridor. Gadis itu terlihat baik-baik saja, asyik berceloteh ria dengan sahabatnya tanpa menghiraukan siapapun yang berada di sekitar mereka.

“Kenapa si cupu masih bisa senyum-senyum kayak gitu, sih? Dia nggak panik tasnya hilang?”

Kemudian, salah seorang temannya membisikkan sesuatu di telinga Cal hingga membuat gadis itu sontak membulatkan mata.

Apa? Sial, siapa orang yang udah bikin gagal rencana gue? Batinnya.

“Heh,” panggilnya. Ara dan Zee sontak mengalihkan perhatian mereka.

Cal berjalan mendekat seraya melipat kedua tangannya di dada. Wajahnya terlihat tak bersahabat, sorot matanya memandang rendah seorang gadis tersebut.

“Bisa-bisanya, ya, lo tenang-tenang aja kayak gini.”

ALEARAWhere stories live. Discover now