Bab 17 - Trauma 2

384 22 2
                                    

Revisi
.
.
.

Revisi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

"Bagaimana? Sudah Anda pastikan benar mereka pelakunya?" Tanya Fergino pada Agusta. Keduanya kini duduk di kantin rumah sakit keduanya bekerja.

"Iya, ada 5 orang saat itu. Aku sudah memperlihatkan mengenai video yang teman Aruna berikan sebelumnya pada guru sekolah Aruna. Mereka akan mengadakan pertemuan dengan komite kedisiplinan siswa setelah ini. Hanya menunggu perkembangan kasus kedepannya selagi kita menunggu kakak Aruna pulang dari perjalanan bisnis mereka."

"Emm baiklah, Dokter Candra juga sudah menghubungi psikiater kenalannya untuk membantu proses pemulihan Aruna nantinya. Perlahan, semoga anak itu kembali ceria dengan tawa yang biasa diserukannya."

"Lalu bagaimana keadaan Aruna sekarang, bukankah Dokter sering berkunjung setelah kepulangannya dari sini?" Tanya Agusta.

"Iya Anda benar dokter, beberapa hari ini aku sering mengunjungi rumahnya, dia lebih bahagia saat dirumah. Apakah dokter tau, Aruna pintar sekali bermain gitar. Beberapa hari ini aku juga sibuk bersenang-senang dengannya, melihatnya tertawa membuatku lebih tenang."

*****

"Non Runa bangun yuk, makan siang dulu ya terus minum obat." Ucap Bi Ina memasuki kamar gadis itu. Namun sosok yang dicarinya kini tidak terlihat disana.

"Non Runa," panggilnya.

Pyar... Suara pecahan kaca yang terdengar dari arah kamar mandi membuat Bi Ina lari segera menghampiri.

"Non ada apa?" Ucap Bi Ina melihat bagaimana pecahan kaca berserakan dilantai kamar mandi dengan Aruna yang saat ini meringkuk ketakutan dipojok sisi ruangan.

"Jangan mendekat, jangan mendekat, jangan mendekat," kata itu terus saja bergumam dibibir gadis itu dengan kepala yang dia sembunyikan dalam-dalam.

"Non Runa ini Bibi, non kemari ayo Bibi antar kembali ke kamar."

"Pergi!! Jangan sentuh aku!! Kak Arga tolong Runa, Runa takut sekali, kalian kemana?" Racauan tak jelas terus saja keluar dari mulutnya sampai akhir dimana dia kehilangan kesadarannya dengan luka yang terdapat di telapak tangannya akibat pecahan kaca yang digenggam Aruna sebelumnya.

*****

"Sebenarnya apa yang terjadi dengannya Bi?" Tanya Fergino.

"Bibi ngga tau dok, setelah saya masuk keadaannya sudah seperti itu. Kaca dikamar mandi sudah pecah berserakan, sedangkan non Runa meringkuk ketakutan bahkan melarang saya mendekat atau menyentuhnya sampai dia pingsan lalu saya segera menghubungi dokter mengenai keadaannya."

"Bi, seperti yang sudah diketahui bahwa kondisi mental Aruna tidak baik setelah kejadian yang menimpanya terakhir kali. Kita tidak tahu dimana dia akan kembali mengingat moment buruk itu, hanya usaha untuk mengalihkan perhatiannya saja tidak cukup untuk mengobatinya. Ditambah keadaannya yang semakin buruk akibat penyakitnya." Terang Fergino sambil memandang Aruna yang terkulai lemas dengan nebulizer dan infus yang terpasang disana. "Apakah belum ada kabar juga dari kakaknya?" Tanya Fergino yang hanya mendapat gelengan kepala dari Bi Ina.

Trauma Aruna Mahendra Where stories live. Discover now