Bab 10 - Amarah Serta Ancamannya

325 24 0
                                    

Revisi
.
.
.

KILLA
_____

Run kamu baik-baik aja kan?
Kok ngga ada kabar sama sekali?
Udah seminggu ini pesan ku ngga
ada yang dijawab.

Aruna tau, tapi hanya sekedar membaca. Entah apa dia harus bercerita pada sahabatnya mengenai kakaknya. 

KILLA
_____

Run, aku diluar kota. Aku ngga bisa
nyamperin buat liat keadaan mu.
Papah mamah udah daftarin aku sekolah
disini, kamu gimana? Udah dapet sekolah
yang kamu mau kan?

Run jawab dong, aku khawatir. Aku minta
tolong kak Agusta buat liat kesana aja kalau 
gitu.

Tunggu! Jangan!

Iya Killa maaf, aku masih mikirin ayah ibu.

Kil, aku bakal baik-baik aja disini. Kamu

fokus sama sekolahmu aja ya, aku juga bakal

fokus belajar disini. Mungkin hari ini aku cari

sekolah, doain aku ya Kil.

KILLA
_____

Ayah ibu kamu udah tenang disana Run.
Kamu harus bangkit buat lanjutin hidup
kamu lagi, jangan terusan sedih. Mereka
liat kamu kaya gitu pasti juga sedih.

Makasih Kil, aku bakal semangat lagi kok
tenang aja. Kamu sehat-sehat ya disana.

KILLA
_____

Kamu juga Runa.

*****

"Kak Aruna mau cari sekolah, bisa temenin Runa?" Lirih, tanya itu ia serukan pada kakaknya Arga yang sibuk akan bacaannya di ruang tamu.

Tanpa jawaban Arga menyodorkan beberapa lembaran uang ratusan ribu pada Aruna.

"Cari sekolah sendiri! Pake ini buat bayar pendaftaran, nota kekurangannya kasih ke gue bakal gue lunasi. Hanya untuk biaya sekolah, ngga buat uang saku lo, cari duit sendiri! Kalau bunda ngga ngasih pesen, gue ogah buat biayain lo!!" 

Dengan tangan yang gemetar Aruna menerima uang dari kakaknya itu. Setidaknya masih ada sedikit kepedulian darinya meskipun terpaksa.

"Terimakasih kak, Runa pamit ya."

Hari ini cuaca cukup panas. Berdiri di terminal untuk mencari bus yang menuju ke arah sekolah yang akan menjadi tujuan untuk tempat belajarnya nanti.

Melihat bagaimana siswa siswi baru yang diantar orangtuanya untuk mendaftar sekolah membuat dirinya iri. Namun semangat belajar gadis itu lebih besar dan memilih untuk mengesampingkan perasaannya itu.

Dengan senyumnya yang kembali merekah, ia langkahkan kakinya dengan mantap masuk kedalam gerbang sekolah itu. Sekolah seni yang menjadi keinginannya.

Tidak memakan waktu lama untuk Aruna menyelesaikan tes juga pendaftaran dirinya disana. Bahkan seragam sekolah kini sudah berada ditangannya.

"Tinggal cari tempat partime," 

Tidak jauh dari tempatnya bersekolah, Aruna menyusuri setiap jalan disekitarnya. Akhirnya ia berhasil menemukan sebuah kafe yang mencari seorang pegawai disana.

Trauma Aruna Mahendra حيث تعيش القصص. اكتشف الآن