Bab 14 - Secuil Harapan Dalam Keterpurukan

322 22 1
                                    

Revisi
.
.
.

_____

Part tambahan yang belum ada di cerita sebelum revisi, terdapat banyak perubahan alur juga tokoh baru seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Perbaikan dilakukan untuk lebih baiknya kalian menikmati cerita ini, meskipun dibandingkan dengan cerita orang lain ini belum ada apa-apanya.
Tulisan yang aku buat hanya sekedar mengisi waktu luang juga sebagai tempat mencurahkan emosi saja, ada saat dimana aku berada dititik untuk berhenti melakukannya tapi pada akhirnya aku kembali lagi.
Semoga kalian masih menikmati ceritanya. Dan semoga kalian masih mendukung untuk cerita yang akan aku buat kedepannya. Terimakasih.

_____

Dengan langkah pelannya gadis itu memasuki sebuah ruangan yang sebelumnya pernah ia kunjungi bersama kedua orangtuanya. Suatu hal rahasia yang sebelumnya sempat dia sembunyikan pada keempat kakaknya.

Saat hari kelulusan Aruna sebelumnya, tepat saat gadis itu pergi membeli sebuah gitar sebagai hadiah yang dijanjikan ayahnya. Disaat itu juga untuk pertama kali Aruna mengalami mimisan yang cukup membuat kedua orangtuanya panik. Lantaran darah yang keluar dari hidung putrinya tak henti-henti untuk terus menetes.

Memutuskan membawa Aruna kerumah sakit untuk lebih tau penyebab apa yang membuat anaknya seperti itu karna hal itu sebelumnya samasekali tidak pernah terjadi.

Dokter telah memberikan diagnosis penyakit yang dialami anak bungsu keluarga mahendra itu. Leukimia, semacam penyakit kanker darah akibat pertumbuhan sel darah putih yang tidak normal pada sumsum tulang belakang. Dokter sudah menyarankan untuk sesegera mungkin melakukan tindakan pengobatan yang untung masih terbilang cukup awal untuk bisa segera diobati.

Semuanya sudah direncanakan, Arunapun sudah cukup diberitahu mengenai kondisinya namun saat itu masih ada kedua orangtuanya yang mendampinginya.

"Tapi Ayah, ibu, jangan bilang-bilang kakak dulu ya. Emmm Aruna pengen menikmati jalan-jalan dan makan bareng dulu hari ini sama kalian baru mulai pengobatan gapapa kan? Nanti kalau kalian kasih tau ke kakak mereka pasti ngga mungkin bolehin Aruna keluar menikmati waktu bareng kalian, mesti mereka langsung bawa Runa ke rumah sakit buat cepet berobat. Aruna ngga mau, gapapa ya buat hari ini aja sebelum nanti Runa lama dirumah sakit, Runa mau jalan-jalan dulu sama kalian." Pinta gadis itu dalam perjalanan pulang bersama kedua orangtuanya. Sedikit berat untuk memenuhi permintaan anaknya, dalam kondisi seperti ini tentu keduanya ingin segera melihat anaknya diobati dan sembuh. Janji pada dokter pun sudah dibuat untuk pengobatan Aruna, namun permintaan Aruna saat ini yang begitu bersungguh-sungguh ingin menghabiskan malam ini untuk bersenang-senang tentu keduanya mempertimbangkan kembali keputusannya.

"Untuk hari ini aja ya sayang," ucap Hanna saat itu.

Betapa girang dan bahagia terukir di wajah Aruna. Binar bahagia jelas terpampang mendengar keputusan orangtuanya yang menyetujui permintaannya.

"Makasih Ibu, Ayah terimakasih!"

"Nanti sampai rumah Aruna masuk duluan ya, ayah ibu balik ke rumah sakit dulu untuk buat jadwal baru buat Runa ya nak," tutur Mahendra setelahnya yang mendapat anggukan mantap dari sang empu yang masih menunjukkan binar bahagia diwajahnya.

Tok tok..

"Dokter permisi,"

Melihat siapa yang kini datang untuk menemui dirinya. Dokter Candra, yang sudah lama menantikan kedatangan pasiennya itu sedikit cemas memikirkan kemungkinan keadaan pasiennya yang memburuk lantaran sebelumnya tidak ada obat untuk pencegahan akibat sudah diputuskannya akan segera dilakukan tindakan.

Trauma Aruna Mahendra حيث تعيش القصص. اكتشف الآن