Bab 12 - Harapan Yang Patah

283 24 2
                                    

Revisi
.
.
.

_____

Pergi ke pasar beli micin
Pulangnya mampir beli gula
Jangan lupa ya tinggalin komen
Kalau bisa sekalian vote nya

_____

Pyarrr...

Seketika lamunannya menjadi bencana, bodoh akan pikirannya yang malah pergi kemana-mana tidak fokus untuk kerja malah nambah masalah baru buat dirinya.

Tambah bodoh lagi hampir saja tangannya ia buat untuk memungut pecahan kaca tanpa peduli akan terluka setelahnya. Untung Lala dengan sigap menghentikan tingkah konyol anak itu yang pikirannya sedang tak berada ditempatnya.

"Udah biar kakak yang beresin, kamu anter pesanan itu aja ya ke pelanggan yang disana."

Disaat cafe sudah cukup sepi, lantas Lala membawa Aruna duduk untuk berbicara.

"Kamu ada masalah? Kakak liat dari kamu dateng ngelamun terus. Terus luka ini, dari kapan? Bodoh sekali kakak tidak memperhatikannya dari tadi."

Runa paham, Kak Lala teramat cemas terhadapnya. Perhatian yang diberikannya malah membuat gadis itu hampir menumpahkan air matanya.

"Makasih ya kak," suara bergetar Aruna mampu mengalihkan perhatian Lala yang sedang mengobati luka di lengan juga kaki Aruna.

"Kamu kenapa? Cerita ya sama kakak, jangan dipendam kalau ada masalah."

Gadis itu menunjukkan senyumnya, "lain kali Runa cerita ya kak, gapapa kan?"

"Yaudah kalau emang kamu belum siap gapapa, tapi jangan terlalu berlarut dipikirin ya, cerita aja biar lega hatinya."

" Iya kak, makasih ya."

*****

Diperjalanan pulang didalam bus Runa berfikir untuk menceritakan kejadian disekolah pada kakaknya.

"Kalaupun aku cerita apa mungkin mereka peduli? Belum tentu juga mau dengerin omonganku kan."

"Tapi coba ajalah siapa tau,"

Mengambil nafas dalam sebelum masuk kedalam rumah, merapikan pakaian juga menampilkan senyum cerahnya seperti biasa.

"Kak aku pulang!!" Teriakan nyaring ia serukan, tapi sayang sama sekali tak ada sahutan.

Dilihatnya Naresh yang kini menuruni anak tangga. Baru saja mulutnya menganga ingin menyuarakan kata. Telinga Naresh terlebih dahulu disumpal dengan headset yang tersambung dengan alat pemutar suara ditangannya.

Tak urung dengan niatnya sebelumnya, yang ingin mengadu atas apa yang menimpa dirinya disekolah juga luka yang diterimanya.

Pun saat Naresh kini lebih dahulu menyudahi acara makan malamnya dan berlalu menuju arah kamarnya, Aruna lantas menyusul kakaknya itu setelah melahap satu sendok terakhir makanan di piringnya.

Tepat didepan pintu kamar kakaknya, diam sesaat sebelum memberanikan diri masuk kedalamnya. Namun sosok yang dicarinya tidak ada, hanya terdengar gemericik air tanda keberadaannya dikamar mandi. Lantas Aruna langkahkan kakinya memasuki kamar sang kakak lalu kembali menutup pintunya.

Ia melihat pemutar musik yang sempat didengarkan oleh kakaknya sebelumnya. Seperti biasa rasa penasaran anak itu begitu besar hingga ia coba dengarkan isi dari dalam sana.

Suara gitar dengan sebuah nyanyian, namun Aruna kenal betul pemilik suara didalamnya, suara kakaknya Naresh yang menyanyikan sebuah lagu disana. Sejak kapan kak Naresh membuatnya, Aruna bahkan tidak pernah melihatnya memainkan gitarnya lagi.

Trauma Aruna Mahendra Where stories live. Discover now