Chapter(19) Parang Misterius

11 8 3
                                    

Setelah sosok nenek-nenek itu benar-benar menghilang, Izel menjatuhkan dirinya ke tanah. Kakinya terasa sangat lemas, begitupun dengan Ansel yang ikut terjatuh karena tangan mereka yang masih saling bergandengan, kaki Ansel juga terasa lemas sama seperti Izel. Bagi mereka, yang selama ini belum pernah mengalami penampakan seperti ini, reaksi mereka yang seperti ini adalah hal wajar.

Ansel menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Setelah merasa tenang, Ansel menoleh ke arah Izel yang ternyata menangis tanpa suara, tatapannya kosong.

“Izel,” panggil Ansel pelan. Izel menoleh ke arah Ansel, namun tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

“Aku mau pulang,” lirih Izel yang kini telah berhenti menangis.

“Iya, Zel. Gue juga pengen pulang. Jangan takut, sebentar lagi kita akan pulang,” ucap Ansel menenangkan Izel.

Setelah merasa tenang, dengan perasaan yang masih takut, mereka memutuskan untuk segera pulang. Dalam hati mereka berharap agar hantu itu tidak muncul lagi.

Tidak terasa, kini mereka telah keluar dari hutan itu. Mereka melihat tempat biasa mereka berkumpul dan beristirahat, di mana Runa dan Rai sedang duduk dengan kaki terjulur lurus ke depan. Kei dan Athan juga baru keluar dari jalan yang lain. Ansel dan Izel mengerutkan dahinya saat melihat Athan yang sedang membawa parang berukuran sedang.

Kini Athan dan Kei berada di hadapan Izel dan Ansel. Ansel dan Izel hanya diam dengan tatapan terfokus pada parang yang dipegang Athan.

“Kalian pasti bingung, kan? Lebih baik kita gabung dulu sama yang lain, nanti gue bakal  jelasin,” kata Athan. Setelah mengatakan itu, Athan lebih dulu bergabung duduk dengan Runa dan Rai, kemudian diikuti oleh yang lain.

Runa dan Rai sedikit terkejut dengan kedatangan mereka, terutama pada Athan yang membawa sebuah parang. Mereka bertanya-tanya dalam hati, parang itu milik siapa? Kecuali Kei, yang memang bersama Athan, jadi sudah pasti ia mengetahuinya, bukan?

“Gue yakin kalian pasti bingung dengan parang yang gue bawa. Gue bakal jelasin semuanya tentang apa yang gue dan Kei temuin,” ujar Athan, menarik perhatian semua orang.

Flashback On

“Nggak, pokoknya enggak,” putus Athan yang tak bisa diganggu gugat. Kei menghela napas pelan. Kenapa cowok ini keras kepala sekali? Malas berdebat, Kei berdeham lantas berjalan lebih dulu, dan disusul oleh Athan. Keduanya berjalan beriringan menyusuri jalan kecil gua itu. Jalan itu hanya pas untuk dua orang jika berjalan berdampingan seperti Kei dan Athan.

Tak lama kemudian, mereka berhasil keluar dari jalan kecil itu. Keduanya saling pandang tak percaya dengan apa yang mereka temukan. Terdapat sumber air di dalam gua ini, bentuknya menyerupai kolam yang terbuat dari batu-batu.

Keduanya mendekat ke arah kolam itu dan melihat air kolam yang begitu jernih. Kei mengambil air itu dengan kedua tangannya lalu menciumnya. Tidak ada bau sama sekali pada air itu. Kei menoleh pada Athan, kemudian mengangguk sebagai tanda bahwa air ini aman, dan Athan memahami itu.

“Gue cobain dulu, ada rasanya atau enggak,” kata Athan.

“Jangan ditelan,” peringatkan Kei.

Athan terkekeh pelan, “Takut gue kenapa-kenapa?”

Kei yang mendengar itu memutar bola matanya malas. Athan mengambil air tersebut menggunakan kedua tangannya, lalu mencobanya namun tidak ditelan, hanya dirasa-rasa di dalam mulutnya apakah ada rasanya atau tidak.

Kei melirik Athan yang mengangguk, mungkin pertanda bahwa air itu aman. Selang beberapa detik, Kei melihat Athan yang menelan air itu, namun Kei tidak mempermasalahkannya karena air itu aman untuk diminum. Namun, tiba-tiba Athan terbatuk-batuk, membuat Kei panik. Kei mendekat pada Athan dan menepuk-nepuk punggungnya.

“Lo sih, gue bilang apa, jangan ditelan,” omel Kei pada Athan.

“Na-namanya ju-juga...” Athan tak sanggup melanjutkan ucapannya.

Kei semakin panik saat melihat Athan pingsan. Kei menggoyang-goyangkan tubuh Athan berulang kali, namun hal itu tidak membuat Athan membuka kembali matanya. Merasa bahwa usahanya tidak akan membuahkan hasil, Kei mencoba membawa Athan pulang dengan cara memapahnya.

Dengan susah payah, Kei berhasil keluar dari jalan kecil di gua itu. Di samping jalan kecil itu, terdapat satu jalan kecil lagi yang sangat ingin Kei masuki jika Athan tidak pingsan.

“Panik kan lo? Pasti takut kehilangan gue,” ujar Athan.

Kei yang mendengar itu dengan cepat menoleh pada Athan dan mendapati cowok itu yang sedang tersenyum jahil ke arahnya dengan alis yang naik turun. Mulut Kei sedikit terbuka, tak percaya bisa-bisanya ia tertipu oleh Athan. Dengan perasaan kesal, Kei melepas Athan sampai cowok itu terjatuh ke tanah gua itu.

Athan meringis, “Main lepas-lepas aja, sakit nih,” omel Athan pada Kei. Kei tidak menanggapi Athan, ia lebih memilih untuk berjalan masuk ke jalan kecil yang ingin ia masuki tadi. Tanpa sedikit pun rasa takut, Kei memasuki jalan itu.

Athan yang melihat itu bergegas menyusul Kei, hingga kini ia telah berada di samping gadis itu. Keduanya berjalan beriringan hingga akhirnya mereka keluar dari jalan kecil itu. Pertama kali yang mereka lihat hanya terdapat sebuah batu besar yang di atasnya terdapat sebuah parang yang terlihat masih bagus.

Athan dan Kei berjalan mendekat ke arah batu itu. Betapa kagetnya mereka saat di batu itu, tepat di bagian bawah parang itu tertulis dengan jelas tulisan berwarna merah seperti darah.

Bawalah benda ini dan gunakan untuk keperluan kalian

Tapi kalian harus membawanya kembali besok sebelum matahari tenggelam atau sesuatu yang buruk akan menimpa kalian

Kalian hanya memiliki satu kesempataan

Saat kalian mengembalikannya kalian tidak akan dapat mengambilnya kembali

“Kei ini pasti bukan kebetulan kan?”

 “Gue nggak tau.”

“Kita bawa atau enggak?”tanya Athan ragu untuk membawanya

“Bawa, pasti berguna,”jawab Kei tanpa ragu.Athan menatap takjud  Kei yang sejak awal tak pernah terlihat takut sedikit pun, gadis ini sangat berani.

“Oke kita bawa dan besok kita balikin sebelum matahari tenggelam,”putus Athan.Kei mengangguk menyetujui keputusan Athan.Setelah itu Athan mengambil parang itu kemudian keduanya keluar dari sana.

"Kei ini pasti bukan kebetulan kan?"

"Gue nggak tau."

"Kita bawa atau enggak?" tanya Athan ragu untuk membawanya.

"Bawa, pasti berguna," jawab Kei tanpa ragu. Athan menatap takjub Kei yang sejak awal tak pernah terlihat takut sedikit pun. Gadis ini sangat berani.

"Oke, kita bawa dan besok kita balikin sebelum matahari tenggelam," putus Athan. Kei mengangguk menyetujui keputusan Athan. Setelah itu, Athan mengambil parang itu kemudian keduanya keluar dari sana.

Flashback Off

"Jadi gitu ceritanya," kata Athan mengakhiri ceritanya. Semuanya diam termenung.

"Jadi pesan itu yang dimaksud nenek itu," ujar Ansel membuat seluruh atensi mengarah padanya.

"Iyah, kayaknya emang ini," timpal Izel membuat yang lain semakin binggung.

"Jadi gini sebenernya kita dapet penampakan tadi. Penampakan nenek-nenek yang bilang katanya aku sama Ansel cuma bisa ngambil sekali. Sama nenek itu juga nyuruh kita buat ingetin kalian jangan sampe lupa sama pesan yang kalian dapat. Kalo kalian lupa, kita bisa dalam bahaya," papar Izel. Semua terdiam, tak ada yang membuka suara.

***

Penampakan dan parang misterius...

Ada apa lagi ya kedepannya?

Penasaran? Gas lanjut!

SURVIVAL MISSION Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum