Chapter(8) Memulai Misi

13 9 5
                                    

Di pantai bagian kiri, terdapat Athan dan Keisha yang sedang berjalan beriringan mencari keberadaan seorang gadis yang menghilang. Tak ada percakapan di antara mereka, suasana canggung meliputi keduanya.

"Keisha," panggil Athan setelah sekian lama diam.

"Apa?" balas Keisha.

"Lo emang dingin kek Raibeart ya?" tanya Athan. Entah keberanian dari mana Athan bertanya seperti itu, tiba-tiba saja pertanyaan itu muncul di benaknya. Sedangkan Keisha hanya diam, tak menjawab pertanyaan Athan.

"Sorry, gue nggak maksud  gimana cum--"

"It's okay," sela Keisha. Athan menghela napas pelan. Seharusnya ia tidak bertanya seperti itu. Niatnya ingin memulai percakapan agar tidak canggung, justru karena pertanyaan Athan membuat suasana semakin canggung. Athan memutar otak mencari cara bagaimana agar suasana tidak canggung seperti ini.

"Lo suka makan bubur nggak?" tanya Athan. Ia bertanya tentang makanan yang sebenarnya adalah kesukaannya. Athan benar-benar tidak bisa berpikir lagi. Mana mungkin Keisha menyukai hal yang sama dengannya.

"Suka," balas Keisha, membuat Athan menatap Keisha tak percaya. Padahal Athan hanya asal bertanya.

"Serius?" tanya Athan tak percaya. Keisha mengangguk mantap.

"Wih, sama nih. Apalagi dimakan pas abis jogging tuh, beh... mantep," ujar Athan antusias sambil membayangkan bubur ayam di tempat langganannya, yang rasanya tidak perlu diragukan lagi.

"Setuju," timpal Keisha.

"Lo paket lengkap?" tanya Athan.

"Lengkap," ujar keduanya serentak. Keduanya saling pandang lantas terkekeh pelan.

"Tim aduk apa enggak nih?" tanya Athan lagi.

"Enggak," jawab mereka serentak lagi lalu terkekeh pelan. Athan tak menyangka bahwa mereka memiliki kesamaan, sama-sama suka makan bubur ayam.

Athan mulai mengajak Keisha bercerita tentang tempat bubur ayam langganannya yang buburnya sangat enak menurut Athan. Keisha mendengarkannya, sesekali menimpali ucapan Athan dan juga tertawa kecil.

"Setelah kita keluar dari sini, lo harus makan bubur di tempat langganan gue," kata Athan antusias.

"Pasti gue coba," balas Keisha.

"Lo nggak sedingin yang gue kira, lo lebih cantik kalo senyum sama ketawa," jujur Athan lalu mengacak pelan rambut terurai Keisha, kemudian berlari kecil takut Keisha marah karena ia mengacak rambutnya. Sedangkan Keisha diam mematung.

"Bodoh!" batin Keisha merutuki kebodohannya sendiri. Keisha memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya bersamaan dengan kembalinya tatapan datar Keisha.

"WOY! BURUAN KEISHA!" teriak Athan yang sudah lumayan jauh. Keisha bergegas berlari menyusul Athan.

Hanya karena sebuah pertanyaan asal yang dilontarkan Athan, juga karena memiliki kesamaan di bidang makanan, membuat Keisha tanpa sadar ikut terbawa suasana, menimpali ucapan Athan, tersenyum bahkan tertawa kecil. Semua itu Keisha lakukan tanpa sengaja.

***

Di pantai bagian kanan dari pulau kosong tak berpenghuni, terdapat dua remaja berbeda gender. Mereka adalah Ansel dan Izel, yang sedang berjalan beriringan di tepi pantai. Selama perjalanan dari tempat mereka berkumpul sampai sekarang, mereka belum menemukan seorang gadis atau petunjuk apapun. Meskipun begitu, mereka tetap memperhatikan sekitar.

Izel menghentikan langkahnya dan juga ocehannya. Ansel ikut berhenti melangkah, dahinya mengerut saat melihat Izel yang hanya diam.

"Zel, kenapa?" tanya Ansel khawatir. Izel menoleh ke arah Ansel yang tampak khawatir padanya.

"Capek," keluh Izel. Ansel terkekeh pelan lalu mengacak pelan rambut Izel dengan gemas. Izel duduk di tepi pantai tersebut, diikuti oleh Ansel. Keduanya tidak peduli jika pakaian mereka kotor terkena pasir.

Posisi mereka duduk dengan kaki diluruskan sambil melihat pemandangan laut yang memanjakan mata. Langit cerah yang ditemani gumpalan-gumpalan putih seperti kapas membuat udara tidak terlalu panas. Air laut yang sangat jernih terdapat beberapa pohon bakau, dan burung-burung yang berterbangan sesekali terdengar kicauan yang mengalun merdu di indra pendengar mereka. Angin yang sesekali menyapu lembut permukaan kulit mereka juga udara di pulau yang masih terbilang sejuk jika dibandingkan di kota, membuat mereka betah dengan posisi mereka.

"Ansel, main di laut yuk," ajak Izel sambil menatap Ansel dengan mata hitam pekat miliknya yang mengerjap lucu. Ansel terkekeh pelan melihat ekspresi Izel. Ansel bangkit dari duduknya, membuat Izel tersenyum senang.

"Jangan berenang tapi, nggak ada baju buat lo ganti, Zel. Pake baju basah ntar lo masuk angin," peringat Ansel. Izel mengangguk patuh. Keduanya menggulung celana mereka sampai di bawah lutut agar tidak basah.

Jika kalian bertanya apakah air lautnya dalam atau tidak, jawabannya adalah tidak. Hanya sebatas di bawah lutut saja. Namun jangan salah, ini hanya bagian air yang dekat tepi pantai saja. Jika sudah melewati pohon bakau yang terdapat di laut, maka airnya jauh lebih dalam.

Cocok sekali bukan untuk bermain air?

Setelah selesai, Izel berlari lebih dulu masuk ke dalam air. Ansel dapat melihat mulut Izel yang tak henti-hentinya melengkung membentuk senyuman yang sangat indah untuk dipandang. Terlihat bahagia hanya karena bermain air seperti itu.

Melihat Izel yang tersenyum seperti itu membuat Ansel ikut tersenyum, senyum tulus dan bahagia yang Ansel tunjukkan saat ini, sama seperti Izel.

"Bahagia terus, Zel. Meskipun tanpa gue, sekalipun nantinya kita nggak bakal bareng lagi, gue bakalan jagain lo dari jauh," lirih Ansel menatap sendu Izel. "Maaf untuk semuanya, Zel," lanjut Ansel dalam hati.

"Ansel, sini," teriak Izel mengajak Ansel agar ikut bergabung dengannya. Sedari tadi Ansel hanya diam di tempat.

Teriakan Izel membuyarkan lamunan Ansel. Ansel mengusap wajahnya dan muncullah lagi wajah yang tampak bahagia serta mulut yang melengkung membentuk senyuman. Tak ada lagi tatapan sendu.

"Iya," teriak Ansel langsung berlari menghampiri Izel. Baru saja Ansel sampai di depan Izel, sudah terkena percikan air. Siapa lagi kalau bukan Izel yang sedang tertawa lepas ketika melihat muka Ansel yang basah karena ulahnya. Ansel hendak membalas, tapi tidak jadi saat Izel menyuruhnya untuk menunggu.

"Kenapa Zel?" tanya Ansel khawatir. Izel yang melihat wajah khawatir Ansel terkekeh pelan. Tanpa diduga, Izel justru memercikan air ke wajah  Ansel lantas berlari tak ingin Ansel membalasnya sambil tertawa lepas.

"Izel," teriak Ansel, namun tidak ada nada kesal maupun amarah. Justru Ansel terkekeh pelan dan segera mengejar Izel.

Terjadilah aksi berkejar-kejaran dan saling memercikan air yang membuat wajah mereka basah juga terkena sedikit bagian pakaian mereka. Pantai dan laut menjadi tempat keduanya melepas tawa, burung-burung menjadi saksi bisu kebahagiaan keduanya yang sederhana

SURVIVAL MISSION Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin