Chapter(11) Munculnya Gadis Misterius

15 9 5
                                    

Hari mulai gelap, matahari mulai terbenam. Langit berwarna biru cerah kini telah berganti dengan langit oren kecoklatan, juga burung-burung yang berterbangan pulang ke sarang mereka masing-masing. Namun, kelima remaja yang tidur sedari siang masih terlelap.

Di dalam tenda, terdapat dua gadis yang masih tertidur. Keisha menggeliat, matanya perlahan terbuka. Keisha menutup mulutnya dengan tangan saat menguap, ia menoleh ke samping dan mendapati Izel yang masih tertidur pulas.

Keisha melangkah keluar dari tenda itu. Saat pertama kali keluar dari tenda, yang pertama kali ia lihat adalah pemandangan langit sore yang terlihat sangat indah di matanya. Keisha melangkah berniat pergi ke pantai untuk menikmati senja. Dengan mata yang masih terfokus pada langit, Keisha melangkah namun baru beberapa langkah, Keisha tersandung akibat menabrak sesuatu.

Keisha yang tak dapat menjaga keseimbangannya terjatuh. Bukan berteriak, gadis ini justru menutup matanya seolah pasrah jika ia terjatuh. Selang beberapa detik setelah jatuh, Keisha merasa heran mengapa ia tak merasakan sakit sedikit pun. Suara meringis seseorang membuat Keisha dengan cepat membuka matanya.

Mata Keisha terbuka bersamaan dengan terbuka juga mata seseorang yang Keisha tindih. Keisha kaget saat matanya melihat siapa yang berada di bawahnya, mata teduh yang tengah menatapnya binggung dengan muka bangun tidur.

“Ngapain?” tanya Athan dengan suara berat sedikit serak khas bangun tidurnya. Keisha menegang di tempat, mulutnya sangat kaku untuk berucap.

Mereka bertahan dengan posisi itu selang beberapa detik. Keisha bangun dari duduknya terbatuk kecil, begitu pun dengan Athan yang bangun dari duduknya namun tidak berdiri, hanya duduk.

Athan menatap Keisha dengan muka bangun tidur. Keisha  enggan menatap balik Athan, gadis itu menghela napas pelan lantas duduk di dekat Athan. Keisha menatap Athan sedangkan yang ditatap terlihat seperti masih mengantuk.

“Than,” panggil Keisha. Bukannya menjawab, Athan justru menyandarkan kepalanya ke bahu Keisha. Keisha terkejut, selang beberapa detik raut wajahnya menjadi datar.

“Ngantuk,” adu Athan seperti anak kecil. Keisha melirik Athan yang telah memejamkan matanya. Saat tidur, muka Athan jauh lebih kalem dibanding saat bangun. Tak bisa dipungkiri, Athan memang tampan juga manis. Keisha yang hendak mendorong Athan untuk menjauh darinya kala melihat Athan yang justru tidur semakin nyenyak, membuatnya mengurungkan niat karena tak tega.

“Kenapa gue jadi nggak tegaan gini?” batin Keisha. Ia menghela napas, setelah itu membiarkan Athan yang tertidur di bahunya dengan posisi mereka yang duduk bersila. Hanya satu yang Keisha harap, semoga yang lain belum bangun.

Beberapa menit berlalu, mereka masih bertahan dengan posisi itu. Keisha melirik Athan lalu pelan-pelan ia menidurkan Athan ke tikar kembali. Dengan susah payah, Keisha melakukannya namun berhasil. Keisha berdiri, saat hendak pergi ia melirik Athan yang tertidur begitu pulas. Keisha melangkahkan kakinya pergi menuju pantai.


***

Di atas pohon, terdapat Ansel yang tengah menggeliat. Perlahan, mata lucu namun terlihat tajam itu terbuka. Ansel mengerjap kecil, menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya.

Ansel bangun dari tidurnya dan mendudukkan dirinya di dahan pohon tersebut. Dari atas pohon, Ansel menatap sekeliling. Ia dapat melihat Raibeart yang masih tertidur. Ansel menatap heran, mengapa bisa cowok itu tertidur begitu pulas dengan posisi duduk. Tatapannya beralih pada Athan yang juga masih tertidur di tikar.

Ansel turun dari pohon tanpa kesulitan sedikit pun, sama seperti ia memanjat. Saat matanya melirik Athan, seketika ide jail muncul di benaknya. Ansel melangkahkan kakinya menuju Athan. Saat telah sampai di samping Athan, Ansel menyeringai ketika melihat Athan yang tertidur pulas, kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Athan. Dalam hitungan detik, Ansel menarik napas lalu berteriak keras tepat di telinga Athan.

“WOI! BANGUN! KEBARAKAN-KEBAKARAN,” teriak Ansel tepat di telinga Athan. Athan terperanjat karena kaget mendengar teriakan yang terlampau keras tepat di telinga.

“Mana kebakaran mana?” tanya Athan linglung dengan suara berat sedikit serak khas bangun tidurnya yang langsung berdiri dengan tangan yang sibuk mengusap telinganya. Karena Athan langsung berdiri, membuatnya pusing. Ansel tertawa puas melihat reaksi Athan. Tak sampai disitu, saat Athan berjalan dengan lunglai, tanpa belas kasian, Ansel menjegal kaki Athan membuat Athan terjatuh ke tanah dengan sangat keras. Lagi dan lagi, Ansel tertawa puas melihat itu.

“ANSEL!” teriak Athan menggelengar di dalam pulau itu. Athan yang terjatuh dengan keras membuatnya tersadar sepenuhnya. Athan merasakan badannya yang sakit semua akibat terbentur dengan tanah.

Athan bangkit dari jatuhnya dengan mulut yang meringgis kesakitan. Sedangkan sang pelaku masih tertawa lepas melihat Athan yang menderita. Athan menatap cowok  baby face itu dengan tajam.

“Maksud lo apa? Badan gue sakit semua gara-gara lo.” Athan menatap tajam Ansel.

“Gue udah baik kali,” ucap Ansel yang tawanya telah reda.

“Sumpah, nggak paham gue sama lo. Bangunin orang pake cara kayak gitu lo sebut baik?” geram Athan.

“Lo pikir nggak sakit apa kuping sama badan gue,” lanjut Athan sambil mengusap telinganya.

“Baik lah, gue bangunin. Takutnya lo nggak bangun-bangun, malah ke alam lain,” ucap Ansel santai dengan muka jailnya.

“Astagfirullah.” Athan mengelus dadanya sabar.

Athan tersenyum mengejek, “Takut kan lo kehilangan gue.”

“Najis,” cerca Ansel membuat Athan terkekeh pelan.

“Kalo lo mati, gue juga yang ribet.” Ansel duduk di tikar dengan santai seolah tak melakukan kesalahan apapun. Tak ada niatan sedikit pun untuk meminta maaf pada Athan.

“Heh yet, lo nggak minta maaf ke gue?” tanya Athan kesal.

“Ngapain?” balas Ansel tak peduli.

“DASAR BAYI MONYET,” cibir Athan kesal.

“DASAR GORILA TUA,” cibir Ansel yang tak mau kalah.

“Kalian kenapa sih, ribut mulu,” ujar seseorang dengan suara bangun tidurnya. Athan dan Ansel serentak menoleh ke sumber suara, dan mendapati Izel yang terlihat masih mengantuk.

"Gapapa," jawab Athan dan Ansel serentak, lalu tersenyum ke arah Izel. Kali ini, keduanya tak ada yang saling menuduh siapa yang mengikuti perkataan mereka.

Izel duduk di samping Ansel, diikuti Athan yang duduk di depannya. Athan melirik Ansel kesal, sedangkan yang dilirik tersenyum mengejek.

"Kak Keisha kemana ya? Di tenda nggak ada." Izel menatap Ansel dan Athan bergantian, seolah meminta keduanya untuk menjelaskan.

"Kita baru bangun, Zel," kata Athan memberitahu.

"Jalan-jalan kali," ucap Ansel. Athan dan Izel mengangguk, seolah membenarkan ucapan Ansel.

"Eh, si Mukdar belum bangun?" tanya Athan saat mengingat Raibeart.

"Tuh." Ansel menunjuk Raibeart dengan dahinya yang masih tertidur dengan posisi duduknya. Ketiganya menggelengkan kepala, tak habis pikir bagaimana bisa cowok itu tidur pulas dengan posisi duduk.

"Gila, tetap tidur padahal  tadi gue ribut. Sekalipun ada banjir, nggak akan bangun pasti," batin Athan dan Ansel, tak habis pikir.

***

Di pantai, terdapat seorang gadis cantik namun memasang wajah datar. Gadis itu menatap pemandangan senja di hadapannya, sangat indah. Angin menyapu lembut permukaan kulit Keisha, membuat rambutnya yang terurai berterbangan. Keisha menutup matanya, merasakan angin yang menerpa wajahnya.

Tiba-tiba, Keisha mengingat kejadian saat bersama Athan. Bagaimana cowok itu mengadu bahwa dia mengantuk layaknya seorang anak kecil, wajah yang kalem saat tertidur, semua itu terputar dengan jelas di pikiran Keisha. Keisha menepis jauh-jauh pikiran tentang Athan.

Saat menoleh ke samping, matanya tak sengaja menangkap seorang gadis yang tengah berjalan membelakanginya. Jalannya terlihat lemah, tak berdaya.

Tanpa pikir panjang, Keisha berlari mengejar gadis itu. Keisha telah lumayan dekat dengan gadis itu. Tiba-tiba, gadis itu berbalik. Ia kaget saat melihat Keisha yang berlari ke arahnya. Gadis itu hanya diam, tak kabur, sampai kini Keisha yang telah berada di hadapan gadis itu.

Keisha dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas, rambut sebahu yang dibiarkan terurai, wajah yang pucat pasi, juga mata panda. Keisha memegang pergelangan tangan gadis itu.

"Ikut gue," Keisha menarik gadis itu untuk membawanya bertemu dengan yang lain. Gadis itu memberontak.

"Lepas! Lepasin gue!" Gadis itu memberontak, namun genggaman Keisha pada pergelangan tangannya tak kunjung terlepas. Keisha tak memperdulikan gadis itu yang memberontak minta dilepaskan. Keisha membawa gadis itu masuk ke dalam pulau untuk bertemu dengan yang lain.

SURVIVAL MISSION حيث تعيش القصص. اكتشف الآن