11.

148 23 0
                                    

•Don't Forget to tab Vote and Coment•
🌸🐯🐍🦢🐱
Selamat membaca semua😊
***

Gadis berambut hitam-panjang duduk meringkuk dipojok tempat tidurnya. Ia memeluk lututnya erat sembari berpikir, 'kenapa? Kenapa semua ini terjadi padaku?'. Air matanya membanjiri pipi yang telah memanas karena amarah. Marah kepada tuhan yang memberinya cobaan yang begitu berat. Sebelumnya ia adalah gadis yang penuh dengan mimpi, mimpi yang saat ini akan menjadi kenyataan. Mimpi yang selalu ia perjuangkan.

Air matanya terus mengalir, terisak dalam keheningan. Ia terus menahan tangisnya hingga sesak di dalam dada semakin menyakitinya. Gadis itu mulai menutup telinganya rapat. Ruang sunyi ini mendadak menjadi berisik. Ratusan kata yang terbayang dikepalanya tiba-tiba menjadi sebuah suara. 'Dasar monster pergi saja kau ke neraka-garam adalah beban untuk le sserafim-heol, aku tidak menyangka agensi masih mempertahankannya-bisa-bisanya mereka mendebutkan orang yang bermasalah-ini masalah serius hahaha kenapa agensi tidak menyelidiki latar belakang traine sebelum mendebutkan mereka? Tidak heran jika ini source music-mati saja kau pembully,kau tidak pantas hidup Kim Garam.'

Dengan nafas yang sesekali sesak, Garam ingin pergi, berlari dan berteriak kepada semua orang, 'bukan aku pelakunya, aku tidak pernah melakukan itu.' Namun ia tak dapat menemukan jalan keluar, pintu, jendela, ataupun celah ventilasi pun tak dapat ia temukan. Mimpi yang selama ini ia rajut disepanjang jalan hidupnya, kini seakan kusut dan terikat tak tentu arah, mengikatnya kedalam belenggu ketakutan.

Garam mengangkat kepalanya, terdiam dan menatap satu titik objek dalam retinanya. Mata merah itu mulai menghentikan pasokan air mata yang membanjiri pipinya. Ia mengusap air mata terakhir yang jatuh dan menghembuskan napas paling berat selama hidupnya. 'Aku hanya gadis berumur 16 tahun yang penuh mimpi, aku bukan seorang pengganggu ataupun hama yang bisa disingkirkan begitu saja, aku tidak akan kalah—, tapi aku sedikit lelah. Aku akan tidur untuk sebentar saja—, hanya sebentar.'-batinnya sengsara.

Garam bangkit dari duduknya menuju sebuah meja di depan kasurnya. Ia membuka laci meja tersebut dan mengambil sebuah botol plastik kecil berwarna putih. Dibukanya tutup botol tersebut. Garam mengeluarkan satu butir obat ditelapak tangannya lalu meminum obat tersebut. Setelah beberapa menit ia terduduk diatas lantai, ia masih belum merasakannya, perasaan dimana ia ingin terlelap dalam mimpi. Ia kembali mengambil botol itu dan mengelurakan banyak obat dan meminumnya dengan brutal. Dan waktupun menjawab begitu cepat, matanya begitu berat hingga ia tak sadarkan diri.

***

Cemas, khawatir, takut, dan berbagai perasaan bercampur menjadi satu. Sorot matanya tak tentu arah, pikirannya melayang, hatinya pun tak tenang. Mingyu menggenggam sebelah tangan Sakura erat, mengelusnya pelan berusaha menenangkan gadisnya.

"Bersabarlah, sebentar lagi kita akan sampai."

Sakura mendesah pelan, "ini semua salahku, seharusnya aku tidak meninggalkan mereka di asrama. Aku seharusnya tidak egois untuk diriku sendiri."

"Sshh-sshhh, tenanglah semuanya akan baik-baik saja."

Semakin Mingyu berusaha untuk menenangkan Sakura, semakin dalam Sakura tenggelam dalam perasaannya. Ia menghela napas dan memandang Mingyu disertai sebuah senyuman.

Tak berselang lama Chaewon kembali menelfon Sakura. Melihat itu ia pun segera mengangkat panggilan dari rekan satu grupnya. Ia takut sesuatu yang menakutkan terjadi pada Garam. Jika itu benar, mungkin ia sudah tidak bisa memaafkan dirinya karena telah lalai menjaga anggotanya. Namun ia kembali memandang Mingyu, ia berharap apa yang dikatakan kekasihnya benar-benar terjadi, bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Halo chaewon-a"

"Halo unnie, Manager-nim sampai sekarang belum bisa dihubungi dan Garam masih mengunci dirinya di kamar. Apa yang harus aku lakukan?"

Only You: The Turth of LoveWhere stories live. Discover now