Bab 32 : Penyusup

Start from the beginning
                                    

"HEI LEPASIN! TOLOONG TOLOONG!"

Agak aneh memang, seorang penyusup malah berteriak minta tolong di rumah yang dia susupi.

Caca tidak menyerah, dengan kaki yang bebas dia menginjak kaki orang yang dibelakangnya. Terdengar suara ringisan dan pelukan itu terlepas. Buru-buru Caca berbalik sembari mencari-cari ujung kain tersebut.

Tepat saat kain itu terlepas, Caca yang panik malah tersandung batu yang ada di belakangnya. Sadar dirinya akan jatuh kebelakang, Caca meraih kedua ujung handuk yang tergantung di leher laki-laki itu dan...

Bugh!

Keduanya terjatuh ke rumput halaman dengan kepala Caca yang meniban lengan laki-laki itu. Karena tidak merasakan sakit pada kepalanya, Caca membuka matanya. Tepat saat kelopak matanya terbuka, Caca disuguhkan wajah tampan laki-laki yang sangat tidak asing baginya.

"Kamu?"

"Selain hobi bikin masalah, ternyata kamu hobi manjat tembok ya?"

Laki-laki itu berdiri, dia menatap Caca yang masih tertidur di atas rerumputan.

"Bangun. Kamu harus kasih penjelasan soal kamu yang menyusupi rumah saya."

"What? Siapa yang nyusupin rumah kamu?!" Caca terdiam sejenak, matanya melotot kaget saat menyadari sesuatu. Dia lantas terduduk menatap laki-laki itu yang sudah berjalan masuk ke dalam rumah. "TUNGGU SEJAK KAPAN INI RUMAH KAMU, ZAFRAN?!"

***

Caca menatap canggung laki-laki yang duduk di depannya, sejak kejadian tadi Caca diajak duduk di ruang makan oleh laki-laki yang katanya pemilik rumah itu. Zafran, laki-laki itu yang duduk di depannya masih menatapnya dengan pandangan penuh selidik.

Persetan sama bola lato-lato Dilan, kenapa gue baru kalau tetangga baru itu dia?!

"Jadi, kamu tinggal di sebelah?" tanya Zafran.

"Ya, saya tinggal di sebelah."

"Kalau begitu kamu sudah melanggar privasi saya sebagai tetangga kamu dengan masuk ke halaman belakang rumah saya tanpa ijin."

"Oke, saya ngaku salah. Tapi saya punya alasan sampai ngelakuin hal kayak gitu!"

Zafran melipat kedua tangannya di dada, memasang wajah serius yang sialnya menambah ketampanan laki-laki itu. "Apa alasannya."

Tatapan selidik yang tajam itu membuat Caca grogi, dia bahkan tak berhenti memilih jari-jari tangannya karena gugup.

"Anu.. itu karena.."

"Jawab dengan jelas!" bentak Zafran.

"SAYA NYARI BOLA LATO-LATO SAYA!"

Tak ada timpalan dari Zafran setelah mendengar jawaban nyeleneh Caca. Karena merasa lawan bicaranya diam, Caca menatap ragu pada Zafran. "Maaf..."

Helaan napas berat Zafran membuat Caca makin bersalah.

"Pertama kamu melakukan penyusupan seperti itu sudah ilegal, lalu parahnya kamu menghancurkan tanaman milik Ibu saya hanya karena mencari bola lato-lato milik kamu itu. Kamu memang nggak pernah bisa mikir lebih bijak ya, Ca."

"Ya maaf, saya nggak tau kalau bakalan rusak gitu. Saya bakalan ganti kok!"

"Memangnya apa susahnya meminta ijin terlebih dahulu, kamu punya masalah dengan Ibu saya?"

"Nggak kok, saya cuma nggak enak ganggu waktunya."

Kembali Zafran tak habis pikir dengan pola pikir seorang Caca.

"Kamu minta maaf ada Ibu saya, jelaskan masalahnya dan berjanji untuk tidak mengulangi hal ini lagi."

Caca berubah semangat, dia bahkan sampai berdiri dan memberi hormat pada Zafran. "Siap, Pak! Saya bakalan janji nggak akan ngulangin lagi!"

"Oke. Kamu bisa pulang ke rumahmu."

Caca mengangguk, "Kalau gitu saya permisi, Maaf udah bikin keributan.."

Dia berbalik pergi menuju pintu depan. Namun langkahnya terhenti saat suara berat Zafran menyuruhnya diam.

"Mau kemana?"

"Tadi kan nyuruh saya balik, kan?"

"Iya, tapi bukan lewat depan."

"Hah?"

"Kamu masuk lewat tembok, pulang juga harus lewat tembok."

"T-tapi kan."

"Nggak ada alasan, itu konsekuensi kalau kamu nekat jadi penyusup."

"Tapi mana mungkin saya lewat tembok lagi, kan-,"

"Atau mau saya laporin masalah ini ke RT?"

"WHAT?! NGGAK.. NGGAK BOLEH! OKE SAYA PULANG LEWAT SANA!"

Bersambung...

***

Three Little WordsWhere stories live. Discover now