18. Soal Untung dan Diuntungkan

Começar do início
                                    

  "Mengapa para petugas itu menyerang warga? Setelah saya amati juga mereka tidak seperti tentara Turki." Wooyoung bertanya.

    Sementara Mingi hanya diam mendengarkan sambil memakan kolokythokeftedes yang memang dijamukan untuknya. Ketika melihat Wooyoung menanyakan itu, Mingi jelas langsung tahu bahwa pemuda ini seorang pendatang, sama sepertinya.

  "Benar. Mereka adalah orang Yunani. Namun entah kenapa mereka telah dicuci otak oleh pemimpin kota ini.. saya sering dengar bahwa kelakuan mereka dipicu oleh perintah pemimpin, mereka menghancurkan toko, mengambil perempuan yang menarik mata mereka, tak peduli dia telah memiliki suami atau belum. Apa yang bisa kami lakukan hanyalah menghindari mereka sebisa kami." Jawab Jace sambil menekuk alis sedih.

    Mingi menaikkan sebelah alisnya. "Jika memang begitu, kenapa kau biarkan istrimu berkeliaran di tempat dimana banyak sekali penjaga?"

  "Saya tidak punya pilihan. Saya harus bekerja disana." Eros menjawab.

  "Kenapa tidak kau biarkan suamimu yang bekerja?" Mingi bertanya lagi.

    Jace tersenyum pedih. "Seharusnya begitu, Tuan. Namun semenjak saya didiagnosa hanya memiliki satu paru paru yang berfungsi, saya tidak bisa melakukan pekerjaan berat."

    Mendengar jawaban Jace membuat Mingi sedikit bersalah. Dia kini tampak kejam, terlalu ikut campur dan sok tahu.

  "Pemimpin kota ini, siapa namanya?" Tanya Wooyoung.

  "Beliau bernama Bedros, dia telah memerintah Nafplio selama dua puluh tahun dan kekejamannya terus meningkat seiring kekuasaannya yang kian mutlak." Balas Jace. "Semua orang di Nafplio takut dengannya, bahkan untuk mendapatkan izin membuka usaha seperti ini, kami harus membayar harga yang sangat tinggi kepada Badros.. bahkan ketika kami telah membuka usaha seperti inipun, kami diwajibkan untuk memberikan sebagian besar hasil usaha kami kepadanya untuk urusan kas kota katanya."

  "Tidak heran kenapa orang orang terlihat sangat tertekan." Ucap Wooyoung.

  "Benarkah? Aku tidak melihatnya." Ucap Mingi.

  "Senyum di wajah mereka tampak palsu." Balas Wooyoung.

    Jace menekuk dalam alisnya, menunjukkan betapa hancur hidupnya dengan keadaan yang ada. "Kami benar benar tidak memiliki pilihan, Tuan. Kami diminta untuk membayar di tanah kelahiran kami sendiri, ini tidak seharusnya terjadi, kan? Kami sangat sedih dengan semua ini. Kami selalu berharap jika tanah ini bisa menjadi tanah yang merdeka. Mendapat pemimpin yang baik karena tidak bisa bohong kami sangat mencintai tanah kami. Para orang tua mulai memikirkan masa depan anak anak, bagaimana jadinya nanti jika mereka harus hidup susah seperti kami? Kami tidak bisa melakukan apapun dan itu jauh lebih menyesakkan."

.

    Sekitar pukul lima sore, Mingi dan Wooyoung berpamitan untuk pergi pada Jace dan keluarganya. Keduanya lalu berjalan beriringan hendak kembali ke tempat masing masing. Dalam perjalanan yang hening itu, Wooyoung mencuri pandang kepada Mingi yang memang terlalu unik untuk tidak diamati. Matanya yang hazel itu seakan memantulkan sinar senja, membuatnya terlihat sangat indah untuk dilihat.

  "Pertanyaanmu tadi, masih ingin mendengar jawabannya?" Tanya Mingi tiba tiba.

    Wooyoung terkejut sesaat. "Pertanyaan? Oh—soal apakah kau seorang tentara? Tentu, aku senang bila diberitahu siapa identitas orang yang secara kebetulan aku temui."

  "Aku dulu seorang pemain sirkus." Jawab Mingi dan seketika Wooyoung berhenti berjalan.

    Wooyoung menekuk kedua alisnya, "You what?"

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.2 : Wonderland (Warfare)Onde histórias criam vida. Descubra agora