5. Dua Insan Yang Saling Melahap Ideologi

1.3K 415 33
                                    

.
.
.

    Pagi hari di bulan Januari dimana Jerman masih didekap oleh musim dinginnya yang bersuhu di bawah nol membuat Hongjoong enggan terbangun dari tidur lelapnya. Mentari tidak bisa mengintip dan menyapa belahan bumi itu sebagaimana tugasnya membuat keadaan pagi itu lumayan mendung—mendukung siapapun yang berencana tidur seharian hari ini dan beberapa hari ke depan.

    Mingi terbangun tak lama setelah San membangunkannya, dia terbangun karena kedinginan. Dia tak menyangka Jerman akan sedingin ini.. walau tetap tidak bisa menandingi dinginnya Rusia, namun tetap saja, Mingi lebih suka musim semi yang hangat.

   Dia sedang beranjak pergi dari ranjang menuju ke depan perapian untuk menaikkan suhu tubuhnya ketika menyadari San berada di luar penginapan sedang berjalan jalan santai di sekitar sana sembari menyingkirkan salju yang menutupi jalan menggunakan sekop—dengan keadaan telanjang kaki.

  "Anak itu.. bukankah dia bisa mati membeku?" Komentar Mingi.

  "Yakutsk jauh lebih dingin dari ini, dia pasti telah terbiasa dihadapkan kondisi yang lebih memprihatinkan daripada ini.. dan ucapanmu sangat tidak santun untuk seseorang yang baru bangun di pagi hari." Balas Yunho yang sedang menyeduh teh di sebuah teko bewarna putih dengan ukiran cantik khas Jerman yang justru lebih menarik dinikmati keindahannya daripada teh itu sendiri.

    Mingi mendudukkan diri di depan perapian sambil masih setengah sadar dari tidur lelapnya. Yunho tertawa geli melihat kawannya itu, dia berjalan lalu menyodorkan cangkir teh pada Mingi dan pemuda itu dengan baik menyambutnya, tidak lupa pula mengucap terima kasih dengan aksen British lucunya itu.

  "Kukira kau tak akan bisa melakukan pekerjaan sepele begini. Kau tau, kan? Jika selalu ada seseorang yang bersedia menyeduh teh untukmu tiap bagi, dengan madu, rosella ataupun chamomile.. pagi hari yang diberkati." Kata Mingi.

    Yunho tertawa mendengar ucapan Mingi. "Ya, selalu ada sarapan di depan kasurku tiap pagi. Dibuat beberapa saat setelah aku bangun sehingga ketika aku makan selalu masih hangat, tidak pernah ada yang salah dalam pembuatan ataupun penyajiannya. Namun ada satu hal yang aku selalu lewatkan yang baru aku sadari di kondisi saat ini. Aku tak pernah merasa cukup buruk untuk menghabiskan semua yang telah disediakan. Aku selalu berpikir jika memang begini mekanisme kehidupan berlangsung, aku minum teh di pagi hari, sarapan dengan menu berbeda tiap harinya dan hanya memakan apa yang ingin aku makan."

  "Namun nyatanya, ketika aku ada pada titik ini, aku merasa jika aku begitu buruk karena tak pernah menghabiskan sarapanku sebab tidak menyukai beberapa menu yang dihidangkan ataupun terlalu sibuk dengan ini itu sampai menyia-nyiakan usaha orang orang yang telah membuatkan sarapan pagi yang baik untukku. Membuatku berpikir, bagaimana bisa aku melakukannya ketika banyak orang seperti Hongjoong ataupun dirimu yang harus sabar menunggu sampai benar-benar memiliki sesuatu yang layak dimakan?"

  "Kau mengubah kebiasaanmu?" Tanya Mingi.

  "Aku harus mengubahnya. Aku sadar aku tak bisa terus hidup begitu." Balas Yunho.

  "Sebenarnya itu bukan kebiasaan buruk, kau hanya sial bertemu dengan gelandangan sepertiku sehingga membuatmu merasa bersalah atas apa yang kau lakukan di masa lalu. Kau tahu? Tak ada masa lalu yang pantas disesali, mereka berlalu begitu saja, dilupakan seiring berjalannya waktu, mereka tidak sepenting itu." Kata Mingi.

  "Bicaralah pada dirimu, Mingi." Tawa Yunho sambil berjalan menuju tempat Hongjoong tidur, tampaknya pemuda itu hendak membangunkannya.

    Mingi tak membalas dan hanya menatap ke arah tungku perapian, dia lalu memelintir rambut merahnya yang cukup panjang di bagian depan sambil menghela nafas.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.2 : Wonderland (Warfare)Where stories live. Discover now