Pernyataan yang menyakitkan

Start from the beginning
                                    

"Tuh kan mulai lagi. Enteng banget ngomong kamu gapapa. Yang ada malah nyakitin". Jawab arsen dengan menepuk pelan jidat milik devina.

"Tapi... tapiii sen.... tapi...". Devina bingung bagaimana cara merangkai kata - kata tersebut.

"Tapi apa?".

"Aku udah ini..... itu..... apaaa.....".

"Ini itu apa. Apa sih dev?".

"Aku udah ga ada rasa sama kamu".

Jantung arsen kembali behenti sejenak. Nafasnya mulai sesak. Tidak percaya dengan perkataan yang terlontar begitu saja dari mulut devina. Arsen masih membeku dan menatap tajam devina.

"Maksud kamu apa?". Tanya arsen masih tidak percaya.

"Aku udah kehilangan rasa sama kamu". Jawab devina dengan mengedarkan pandangan ke sekitar agar tak melihat tatapan mata arsen yang mematikan.

"Siapa orang yang udah gantiin aku di hidup kamu?".

"Ga ada. Aku udah males di fase ini terus".

"Fase apa? Kamu udah bosen sama aku?".

"Iya". Jawab singkat devina yang mungkin menyakiti hatinya arsen.

"Maaf kalo aku belum bisa jadi apa yang kamu mau". Arsen menatap ke atas tampak matanya memerah menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Kamu gak perlu jadi siapapun. Cukup jadi diri kamu sendiri".

"Mau gimanapun aku udah janji gamau lepasin kamu gitu aja".

"Kita udahan ya".

Hati arsen terasa teriris, jantungnya berdetak tak karuan, fungsi otaknya seperti reflek berhenti berfikir. Arsen hanya diam mematung menahan segala emosi dan amarah dalam jiwanya. Agar tak menyakiti devina.

"Enggak". Jawab ketus arsen dengan sorotan mata yang mematikan.

"Sen, udah ya aku bener - bener cape sama kamu".

"Kamu gak mikir aku cape apa enggak dev?". Arsen reflek meninggikan egonya.

"Aku tau kamu lebih cape, makanya aku minta udahan. Biar beban kamu sedikit berkurang". Devina berdiri dan melangkahkan kakinya meinggalkan arsen.

"Enggak gitu maksud aku dev". Arsen mengikutinya dan menarik lengan devina.

"Udah ya sen. Sekarang pergi jauh dari kehidupan aku". Mata devina nampak berkaca - kaca. Namun tidak bisa menangis di hadapan arsen.

"Kamu kenapa sih dev. Aku salah apa sama kamu sampai kamu minta udahan".

"Udah aku bilang kan. Aku bosen sama kamu. Aku mau sendiri dulu". Devina melanjutkan berjalan lagi dan pergi dari hadapan arsen. Lagi - lagi arsen menarik lengan devina agar memberi penjelasan dengan jelas.

"Aku gak akan ngebiarin kamu sendirian dulu. Ga ada kata udahan".

"Lepasin sen. Udan cukup. Aku udah muak sama kamu. Jangan pernah datang dikehidupan aku lagi. Makasih atas waktunya". Devina kemudian pergi begitu saja. Arsen membiarkan ia pergi dan ia hanya melihat punggung devina yang perlahan mulai menjauh.

Arsen reflek menendang tempat sampah yang ada di sana dan membuat sampah berceceran dimana - mana. Dia sangat frustasi dan mengacak - acak rambutnya sendiri. Rasanya seperti tersayat urat nadinya namun tidak mati.

Arsen jongkok dan menyandarkan bahunya. Membiarkan air matanya jatuh begitu saja. Dan dia segera mengelap dengan kedua tangannya. Rasa sakit dan perih yang arsen rasakan saat ini.

Apa yang terjadi sampai devina bisa mengucapkan kata perpisahan seperti ini. Arsen benar - benar ingin berteriak sekeras mungkin.

"Woi bro, baru nongol aja lo". Ujar william yang terbaring di kasur sambil bermain game di hp nya. Seperti biasa ia kumpul di tongkrongan barunya setelah pulang kuliah.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now