Pencarian Hari kelima

Comincia dall'inizio
                                    

"Gapapa sen, gabut aja gue dirumah. Keluar bentar yuk".

"Oh yaudah ayo".

"Bang mau kemana?".

"Keluar bentar mel".

"Nanti gue juga mau keluar sama temen - temen gue".

"Yaudah ntar pintunya lo kunci aja, gue bawa kunci cadangan kok".

"Oke".

-Melati Laluciana Narendra-*****

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

-Melati Laluciana Narendra-
*
*
*
*
*

Selama diperjalanan, wikan dan arsen masih memperbincangkan keberadaan devina. Mereka tak henti - henti berdo'a dan berusaha mencari devina.
Meski tidak ada sama sekali jejak devina lagi. Pihak polisi masih terus mencari jejak - jejak tersebut.
Beberapa polisi juga sudah menemukan lokasi - lokasi baru dugaan devina di sekap. Dan mereka akan segera mengunjungi tempat - tempat tersebut.

"Sen..".

"Apa kan?".

"Gue sebenernya mau ngomong sama lo".

"Yaudah ngomong aja". Jawab arsen masih fokus dengan kemudinya.

"Gue sebenernya laper".

"Anjir, bilang napa dari tadi. Gue juga".

"Kirain lo udah makan".

"Gue gak makan nasi 3 hari".

"Terus lo makan apa dong? Rumpu?".

"Engga bego. Nyemil aja".

"Yaudah kita berhenti di cafe deket kampus aja ya".

"Oke".

Sesampainya disana. Arsen memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Namun saat keluar dari mobil, dia malah ketemu sama dirga.

"Eh elo". Ujar dirga dengan tatapan songong andalannya.

Arsen tidak menggubrisnya sama sekali dan hanya diam saja. Dia menarik tangan wikan untuk segera masuk ke cafe tersebut.

"Devina ngilang udah gandeng cewek baru aja ya".

"Maksud lo apa?". Jawab arsen reflek memutar badannya dan menatap sinis dirga.

"Oh iya gue lupa. Kan devina sekarang udah jadi milik gue ya".

"Sejak kapan?".

"Kan dia udah lamaran juga sama gue. Pantes langsung cari pelampiasan". Dirga sedikit meledek arsen agar terpancing emosinya.

"Mimpi lo anjing bisa lamaran sama devina. Dia liat muka lo aja udah jijik". Arsen hanya menyunggingkan senyum ke arah dirga.

"Apa lo bilang hah?!!!".

"Apa mau mukul? Yuk sini".

"Tunggu aja nanti siapa yang bakalan dapet devina. Oh iya mending lo sama pelampiasan lo ini aja cocok".

"Asal lo tau ya gue sahabatnya devina sama arsen. Gak usah banyak bacot deh lo njingggg. Dasar cowok mokondo". Ujar wikan sedikit emosi.

"Mokondo lo bilang? Hah?. Cowok lo tuh mokondo".

"Udah deh kan gak usah ngeladenin babi satu ini, yukk". Arsen menarik tangan wikan untuk masuk ke cafe. Dirga hanya tersenyum getir melihat arsen sama sekali tidak terpancing emosi.

"Itu tadi siapa sen?". Tanya wikan sambil melaham makanan yang ada di depannya.

"Yang dulu ngejar - ngejar devina. Yang sempet gue ceritain waktu itu".

"Oh dirga - dirga itu yaa".

"Hmm".

Sore hari menjelang malam. Suasana makan malam pun selalu nampak sepi semenjak devina tidak ada. Mereka seperti tidak berselera untuk makan. Biasanya devina yang merecoki rio sampai tidak nafsu makan, devina yang selalu mengganggu angga dan angga selalu sabar dengan sifatnya. Dan kerandoman yang selalu ada di saat makan malam berlangsung.

"Bun, nanti papa kesini boleh?". Tanya rio yang baru saja meneguk segelas air putih di meja makan.

"Mau ngapain lagi dia?".

"Mau ketemu sama bunda".

"Bunda sudah malas rio dengan papamu itu".

"Sebentar aja bun katanya".

"Yasudsh terserah kamu".

Setelah makan malam selesai ternyata benar, andre datang ke rumah tersebut. Rio langsung mempersilakan andre masuk dan duduk di ruang tamu. Angga dan friska kebetulan sudah duduk disana.

"Ngapain kamu kesini?". Tanya friska sedikit ketus.

"Aku cuma mau lihat kondisi kamu saja fris, kata rio kamu sakit".

"Aku gapapa sudah biasa".

"Aku janji bakal nemuin devina fris. Aku sama rekan - rekanku juga ikut mencari keberadaan putri kita".

"Putri kita kamu bilang? Sejak kapan dia mau jadi putri kamu?".

"Maafkan aku fris. Aku mohon jangan ungkit - ungkit dulu masalah itu. Sekarang bagaimana caranya supaya devina bisa berkumpul lagi bersama kamu".

"Gak perlu repot - repot nyari devina. Adit sudah mengurusi kasus devina".

"Alhamdulillah kalo adit sudah ikut membantu".

"Jelas saja kan dia kakak ku".

Friska masih saja enggan menerima kedatangan andre. Bahkan untuk menatap wajahnya pun rasanya sudah tak ingin. Banyak rasa sakit yang membuat friska jadi perempuan mandiri dan mati rasa seperti ini. Untuk itu dia sering menyibukkan diri untuk bekerja agar bisa menghidupi keluargannya.

Dan sekarang karma itu nyata. Perusahaan yang di dirikan andre bangkrut. Dia sudah tidak memiliki apapu kecuali perusahaan yang dia pegang milik orang lain tersebut. Sementara friska, dia memegang 3 perusahaan yang ia bangun sendiri dari 0 berkat bantuan adit dan saudara - saudaranya. Dan dia berhasil membuat angga dan rio sukses di masa mudanya.

EccedentesiastDove le storie prendono vita. Scoprilo ora