Akankah pupus?

Mulai dari awal
                                    

"Jawab dev kenapa diem?".

"Enggak bang. Sini hp nya". Devina mengambil hp nya dari tangan angga.

"Mata kamu kenapa sembab gitu? Abis nangis?".

"Enggak bang cuma ngantuk banget".

"Bohong. Kenapa coba cerita sama abang".

"Gapapa bang".

"Jawab dulu dev. Kamu gak kaya biasanya".

"Devina masih tetep kek biasanya kok bang".

"Enggak dev. Jawab dulu. Kamu ada masalah sama arsen? Atau kamu ada masalah sama bunda? Atau sama siapa?".

"Devina cuma punya masalah sama diri aku sendiri bang".

"Kenapa?".

"Baru aja kemaren bahagia. Eh ada - ada aja hidup. Kayaknya devina dilahirin untuk setiap kepedihan bukan kebahagiaan".

"Ssttt... kamu jangan ngomong kek gitu. Cerita sama abang siapa yang bikin adek abang kek gini".

"Devina benci semuanya bang".

"Siapa? Termasuk abang juga kamu benci?".

"Enggak. Cuma bang angga yang gak bisa devina benci".

"Siapa dev yang kamu benci hmm?".

"Bunda sama arsen".

"Bunda kenapa?. Arsen kenapa?".

"Bisa - bisanya bunda bilang sama arsen kalo devina udah lamaran sama dirga".

"Loh kok gitu?".

"Sementara arsen percaya sama bunda dan tadi aku juga sempet dibentak sama dia". Devina tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar.

"Kok jadi gini sih dev. Udahh kamu jangan nangis yaa". Angga memeluk devina ke dalam dekapannya. Melihat devina kembali seperti ini hatinya ikut terasa teriris.

"Semua sama aja bang. Devina capek".

"Udah dev udahhh". Angga masih menenangkan devina dalam pelukannya.

Tiba - tiba rio datang dan melihat devina menangis dalam pelukan angga. Angga mengkode rio untuk tidak masuk dulu ke kamar devina. Kemudian rio pergi dari hadapan angga.

"Udah ya dev kamu tenangin dulu diri kamu. Kamu mandi habis tu kita makan malam oke".

Devina hanya mengangguk saja kemudian angga keluar dari kamar devina. Sementara itu devina masih merenung dengan tatapan kosong.

"Kenapa bang?". Tanya rio yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ada sedikit problema ri".

"Apa?".

"Soal bunda yang udah bilang sama arsen kalo devina udah dijodohin sama dirga".

"Lah, bukannya kemaren devina nolak".

"Tapi bunda bilang sama arsen kalo devina terima lamarannya".

"Kok bisa - bisanya bunda bohongin arsen".

"Ya gatau lah ri. Bingung gue harus gimana".

"Yaudah daripada salah paham mending lo telfon aja arsen terus kasih penjelasan".

"Besok aja gue ajak ketemuan, ga enak juga ngobrol serius lewat telfon".

"Iya juga bang".

Malam beranjak pergi. Kini pagi hari telah datang dengan sambutan hangat mentari. Meski masih banyak embun di dedaunan dan beberapa tetesan air hujan dari atas genting. Namun cuaca kali ini lumayan cukup cerah.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang