12 ; Ending

845 164 9
                                    

"Gue gila kali ya, cuman lihat daging sapi aja seneng banget."

Hyunsuk hanya mengamati Jihoon yang tersenyum terus-menerus dengan bahagia sembari memasak. Padahal seingatnya, Jihoon adalah pribadi yang dingin dan jarang bicara sebelumnya.

"Lo mau makan yang banyak gak?" tanya Jihoon namun tak ada jawaban dari belakang.

"Kak Hyunsuk.. setelah gue pikir terjebak selama masa karantina gak seburuk yang gue kira."

"Gak seburuk yang elo kira?"

"Iya. Gue nyesel udah berperilaku dingin sama yang lainnya. Lo.. ada penyesalan juga gak?"

Hening.

Tak ada jawaban dari Hyunsuk.

Jihoon mengernyit, merasa aneh saat mendengar suara pelatuk pistol di belakang kepalanya. Pemuda itu menoleh, matanya melotot melihat Hyunsuk yang sudah menodongkan sebuah pistol ke arahnya.

"Lo.. apa-apaan?" tanyanya menatap Hyunsuk tajam.

"Maaf, Jihoon. Gue hanya melakukan pekerjaan gue," ucap Hyunsuk tanpa menjauhkan pistol tersebut dari wajah Jihoon.

"Gue gak ngerti," ujar Jihoon terkekeh hambar. "Apa maksud lo?"

"Lo bingung kan kenapa gue nyetok banyak banget susu seakan-akan gue tahu bahwa karantina akan terjadi? Jaehyuk bener, gue salah satu pegawai pemerintahan. Dan tugas gue, bunuh orang-orang yang berkemungkinan selamat. Selama ini gue udah meneliti kampus kalian," jelas Hyunsuk panjang lebar.

Jihoon tertawa setelahnya, merasa tak menyangka dengan ucapan Hyunsuk.

Hyunsuk si penakut itu.. ternyata adalah mata-mata pemerintahan?

"Maafin gue."

''Kenapa pemerintahan sialan itu ngelakuin hal ini? Kita semua juga manusia yang berhak hidup, anjing!"




Jleb!



"ARGHHHH!!!!"

Hyunsuk berteriak kesakitan saat Jihoon secara tiba-tiba menusukkan pisau ke pahanya. Pemuda itu mengerang, Jihoon yang melihat itu memanfaatkan waktu untuk melarikan diri.

Hyunsuk segera mengambil gelas disekitarnya dan melemparkannya ke arah Jihoon, dan itu berhasil mengenai kepala Jihoon hingga pemuda itu terjatuh ke lantai.

"Gue udah minta maaf dan ini balasan elo?" tanya Hyunsuk marah, matanya mengkilat merah.

Jihoon terkekeh saja, merasa lucu dengan ucapan Hyunsuk. Pemuda itu seperti sudah tak punya tenaga untuk melawan.

Hyunsuk menyeret tubuh Jihoon dengan menarik rambut pemuda itu keras-keras sebelum akhirnya memukulkannya ke dinding agar Jihoon tak bisa mengelak lagi saat ditembak.







DUAKH!!!!!






DUAKH!!!!!






DUAKHHH!!!!





DUAKH!!!







"Maaf, Jihoon. Gue harus ngelakuin ini, tapi percayalah setelah ini pun lo tahu kenapa pemerintah ngelakuin ini...









DOR!!!











".. karena manusia itu lebih menakutkan dari apapun."





Dan peluru itu bersarang tepat di kening Jihoon.























































































































DOR!!!












Junghwan tak percaya bahwa satu-satunya orang yang Junghwan percaya saat ini—Choi Hyunsuk—menembaknya tepat di dada.

Junghwan segera ambruk dengan mata terbuka.

Sebelum bisa mencerna semuanya, peluru kembali ditembakkan di kening Junghwan, membuat pemuda itu langsung kehilangan nyawanya.

Jaehyuk yang melihat Junghwan sudah tidak bernyawa tertawa. Pemuda itu kemudian menatap Hyunsuk.

"Lo biarin gue selama ini karena itu membantu pekerjaan elo kan?" sarkasnya dan Hyunsuk tersenyum miring, seakan-akan membenarkan ucapan Jaehyuk.

"Lo pikir gue bakal biarin lo bunuh gue gitu aja?" Jaehyuk ganti tersenyum miring.

''Mereka cuman anak-anak polos yang gak tahu kalau di muka bumi ini ada manusia semenjijikan elo," ucap Hyunsuk sembari tersenyum. Agak gila memang.

"Pemerintah sialan itu yang buat gue begini, lo pikir siapa yang bisa bertahan di situasi begini?'' Jaehyuk berujar datar. "Padahal malam itu elo lihat gimana Mashiho bunuh Haruto, tapi lo diem aja. Lo juga menjijikkan, Choi Hyunsuk."

"Oke kalau begitu, sekarang pekerjaan gue cuman sisa elo."

Hyunsuk melempar dengan asal pistolnya, kemudian mengeluarkan sebuah pisau dari sakunya.

Hyunsuk segera menyerang Jaehyuk, hendak menusuk dada Jaehyuk, namun Jaehyuk yang peka segera menghindar ke sisi kanan dan menendang kuat-kuat tubuh Hyunsuk hingga pemuda itu oleng.

Hyunsuk menatap Jaehyuk masih dengan senyuman. "Cuman segini doang kemampuan lo ternyata, haha."

"Diem lo!''

Jaehyuk menginjak-injak tubuh Hyunsuk kuat-kuat, melampiaskan perasaannya. Hyunsuk tidak membiarkannya, pemuda itu segera menangkap kaki Jaehyuk yang hendak menginjaknya lagi, lalu melemparnya ke sisi lain dengan kuat membuat Jaehyuk ikut terjatuh.

Setelah itu Hyunsuk bangkit berdiri, menendang wajah Jaehyuk beberapa kali dengan kuat. Terdengar suara tengkorak wajah Jaehyuk yang patah, terutama tulang hidungnya. Hyunsuk tertawa sembari melakukan semua itu, sedangkan Jaehyuk seperti sudah terkulai lemas.

"Ayo, cuman ini? Gue kira lo orang yang handal," ucap Hyunsuk layaknya orang gila, tak berbelas kasih sama sekali.

Hyunsuk kemudian mengambil kembali pisaunya dan menancapkan pisau tersebut ke wajah Jaehyuk berkali-kali tanpa belas kasihan sebelum Jaehyuk dapat mencerna keadaan karena oleng.

Setelah puas menusuk, Hyunsuk bangkit berdiri dengan terengah-engah, matanya kemudian bergulir menatap sekeliling.

Di mana banyak sekali mayat.

Hyunsuk terkekeh hambar, kemudian menjatuhkan dirinya secara asal ke lantai.

Pemuda itu menenggelamkan kepalanya di antara lutut dan terkekeh terus-menerus seperti orang gila.

Jadi.. jika harus ditanya mana yang lebih kejam, zombie atau manusia?





































"Sudah selesai semuanya, tugas terakhir saya selesai. Dengan begitu saya boleh bertemu dengan anak saya kan?"


























































note; nanti malam aku akan upload epilog + penjelasan yaa 💫

Sweet Red | Treasure ✔Where stories live. Discover now