0 ; Kehidupan yang Sebenarnya Dimulai

1.4K 250 53
                                    

''Kadang gue pingin mati kalau panasnya udah begini."

Yedam mengusap peluhnya dengan kasar, terik matahari bersinar menembus tubuhnya, hoodie yang dikenakannya sudah basah akibat keringat.

Ketiaknya? Wah jangan ditanya, orang-orang di sekelilingnya sudah menjauh akibat kebauan.

Doyoung menutup hidungnya, melirik sinis Yedam yang dengan santainya sedang mengipas keteknya ke arah Doyoung. Sepertinya pemuda itu sengaja.

"Tolong bau ketek lo dikontrol, kayak bau tai kena got tahu gak?" ucap Doyoung sadis.

"Wah, berarti elo pernah cium dong baunya. Tapi gini-gini mah derajat ketek gue jelas pasti lebih tinggi."

"Kak, gue kasih tahu ya. Ini karena gue sebagai teman yang baik aja, gimana kalau yang ngomong soal kebusukan ketek lo itu cewek lo atau gebetan lo? Malu abis lo."

Yedam hanya merotasi bola matanya malas akibat omongan Doyoung yang dianggapnya tidak bermutu itu.

"Tapi hari ini cuacanya kayak gak biasanya banget gak sih?" celetuk Junkyu di belakang, ia berbicara dengan Yoonbin si ketua band kesayangan kampus mereka.

"Hmm."

"Tadi aja gue ngelihat di jalan banyak orang yang berlalu lalang," ucap Junkyu lagi, Yoonbin meliriknya malas.

Ya iyalah banyak orang berlalu lalang, orang namanya juga jalan.

"Tapi berlalu lalangnya tuh kayak aneh gitu loh, pada lari-larian, terus ada juga yang sampe ga sebgaja nabrak mobil."

Junkyu dapat menebak pikiran Yoonbin, pemuda itu menaruh kepalanya menumpu pada tangan. Sementara Yoonbin sih hmm hmm aja, malas mendengarkan ocehan tidak bermutu Junkyu.

Ya setidaknya itu yang ada di pikiran Yoonbin sebelum seorang dosen tiba-tiba masuk ke dalam kelas sembari berlarian panik. Dosen itu segera menutup pintu kelas dengan kencang, tak lupa menguncinya.

"Woi santai dong, Pak. Tutup pintunya yang elit dikit dong!" seru si Hyunsuk, si pengguna setia kacamata hitam.

Katanya sih biar swaggie.

"Ini gawat, kalian gak lihat berita?!" tanya sang dosen dengan wajah yang tidak bisa dideskripsikan. Seketika itu juga, seluruh murid yang ada di kelas bergerak dengan panik membuka ponselnya.

"APA INI?! VIRUS ZOMBIE MEMATIKAN?!" pekik Yedam tidak percaya, ia menutup mulutnya dramatis. Sementara Doyoung di sebelahnya juga tak kalah terkejut. Ia menatap sang dosen, lalu tak lama pandangannya bergerak menuju ke kaki sang dosen.

"Pak Dosen berdarah?" tanya Junghwan ragu, berdiri menunjuk ke arah sang dosen.

Melihat hal itu Hyunsuk langsung berteriak histeris. "PAK DOSEN KEGIGIT! ARGHHHGH!!!! AAAAAAAAAAAAAAA!"

BUGH!


Sebuah buku yang memiliki ketebalan lebih dari 5 cm itu segera mengenai punggung Hyunsuk membuat teriakan pemuda itu berhenti.

Pelakunya adalah Jihoon, si tak penyuka kebisingan. Ia menatap Hyunsuk tajam. "Diem, suara lo ganggu," katanya dingin.

Hyunsuk merengut, matanya kemudian menatap Pak Dosen takut. "Pak..."

"I-ini bukan gigitan, ini hanya luka gores saat Bapak berlari dan tidak sengaja terserempet motor," jelasnya berusaha setenang mungkin.

Tapi namanya Hyunsuk, mana bisa ia tenang? Pemuda itu segera berdiri dan berlari ke arah paling belakang bangku dan berjongkok di sana. Ketakutan.

Yoshi yang sedari tadi diam hanya menggelengkan kepalanya.

"Tuhkan Yoonbin! Gila, berarti tadi pas perjalanan ke sini gue ngelewatin zombie?! Dan sekarang gue selamat! Ini gue patut diapresiasi gak sih?!" teriak Junkyu heboh.

"Ini gak lucu, Kak Junkyu. Sekarang kita harus benar-benar mikirin gimana langkah kita selanjutnya. Gak mungkin kita diem di sini," ucap Jaehyuk serius, membenarkan letak kacamatanya.

"Terus lo mau apa?" sahut Jeongwoo sembari bermain Ep'ep. Agak lain emang orang ini.

"Ya kita harus keluar dari kampus ini," balas Jaehyuk lagi-lagi.

"Tanpa planning?"

"Kan tadi gue bilang kita harus mikirin, gimana sih," kesal Jaehyuk karena Jeongwoo seperti orang bodoh.

"Tapi masalahnya gak segampang itu, kita aja gak tahu kampus ini aman sepenuhnya apa gak." Kali ini Haruto menyahuti, pemuda itu mengunyah permen karetnya sembari menatap Jaehyuk santai.

"Kampus ini gak aman," ucap Pak Dosen menumpukan tangannya pada meja. Pria berumur 30 an lebih itu merutuk dalam hati, bagaimana bisa situasi menjadi kacau begini.

"Berarti ada orang yang terinfeksi-"

"Benar."

Ucapan Pak Dosen itu membuat kesepuluh murid-kecuali Jihoon, Yoonbin, dan Asahi berlari cepat-cepat ke arah jendela untuk melihat apa yang terjadi di luar sana.

Benar saja, zombie sudah berlarian ke sana ke mari, terdengar teriakan dari para manusia yang sedang berusaha melarikan diri.

"Ya elah apes banget dah hidup gue," sungut Doyoung menyandarkan tubuhnya pasrah ke kursi. Belum aja setahun kuliah, sudah diserang jiwa, tubuh, dan raga begini.

Konyol jika ia mati menjadi zombie.

"Ini pasti mimpi sih!" seru Hyunsuk menggebu-nggebu, pemuda itu melepas kaca mata hitamnya sejenak untuk mengecek keadaan sebelum akhirnya memakainya kembali. "Bukan mimpi..."

"Pak, Bapak gak bohong kan? Itu beneran bukan gigitan zombie kan?" tanya Junghwa lagi berusaha memastikan.

Pak Dosen terdiam sebentar, ia kemudian membuka sepatunya, memperlihatkan sebuah lebam yang agak mengerikan di sana. Seperti pria itu tidak berbohong.

"Di deket sinu ada lab tata boga, cari aja makanan dari sana," celetuk Asahi sembari menggambar wajah para zombie dari berita yang ditontonnya di ponsel.

"Lo pikir lorong ini bersih?" Jaehyuk berpikir logis.

"Ya terus mau lo apa sih? Disuruh keluar gak mau, disuruh menetap juga gak mau, nyebelin banget sih," keluh Yedam lama-lama kesal.

"Oh gue tahu, lo pasti mau nyuruh orang lain kan yang keluar buat elo?" tebak Haruto yang entah mengapa membuat Jaehyuk terdiam.

"Hamdeh, baru aja prolog tapi keegoisan sudah terlihat," sahut Jihoon yang sedang menidurkan kepalanya di meja.

"Biasanya yang begini nih yang mati awal," tambah Mashiho yang sedari tadi diam. Mau dipikir gimanapun, Mashiho tidak bisa mengerti.

Rasanya aneh sekali melihat kawan-kawan kelasnya yang awalnya tidak pernah berinteraksi satu sama lain, mereka bertiga belas jarang sekali berbicara. Ah apa mungkin hanya Mashiho saja? Karena ia tak punya teman di sini. Jadi jika mereka melakukan pemungutan suara untuk siapa yang harus ditumbalkan pertama, sudah pasti Mashiho.

"Gak usah sedih gitu dong, pasti kita bisa ngelewatinnya kok," ucap Yoshi merangkul Mashiho.

Mashiho terkesiap, Yoshi yang tidak akrab dengannya sama sekali saat ini merangkul dirinya.

Bukankah ini agak mencurigakan?

Tapi mau bagaimanapun itu, kehidupan yang sebenarnya akan dimulai saat ini.







BRUGH!





















"AAAAAAAAA ZOMBIEEEEEEE!!!!!!"

































































Note; sekalii lagi aku tekaninn yaaa di book ini aku ga akann banyak mengarah ke zombie dan actionnya, tapi di next book, oiya jelas dongg. Tunggu ajaaa 😏

Sweet Red | Treasure ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz