16. Yunani, Panggung Opera Yang Tidur

Start from the beginning
                                    

  "Maafkan aku." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Seonghwa. "Menjadi bagian penting dalam kehidupan orang lain membuatku sedikit canggung, aku belum pernah mengalaminya."

    Mingi menatap pemuda Jerman itu sedikit sebelum dia melihat ke arah lain lagi. "Tidak bisa menyalahkanmu soal itu. Kau sendiri mengalami waktu berat mu sendiri. Kurasa kau sama seperti kami, menginginkan sesuatu menjadi kenyataan—setidaknya sebelum kita mati, kan?"

     Seonghwa sekali lagi tidak tahun harus menanggapi bagaimana ucapan Mingi itu tadi.

  "Apakah kau menginginkan sesuatu?" Tanya Mingi.

  "Aku tidak tahu, aku punya ketakutan tentang berharap—terlebih pada manusia.. jangankan manusia, aku berharap pada diriku saja terkadang tidak mampu."

  "Kau tak punya banyak waktu untuk memilikinya lagi. Kau tahu, kan? Di dunia yang kini cidera, kita bahkan tidak tahu apakah kita akan tetap hidup beberapa saat kedepan." Ucap Mingi sambil berjalan menuju tangga, berniat kembali ke dek kapal.

     Seonghwa kembali menatap punggung lebar Mingi dari belakang. "Kau memberikanku harapan?"

  "Aku membiarkanmu memilikinya lagi, seperti katamu tadi, bodoh rasanya berharap pada orang lain ketika bayanganmu bahkan meninggalkanmu ketika gelap. Namun begitulah nyatanya, kan? Aku bahkan berharap pada manusia juga pada akhirnya." Balas Mingi tanpa menoleh sedikitpun.

  "Padahal tinggal kau katakan kau khawatir pada kesehatan mentalnya, Mingi.. kenapa harus berbelit belit seperti itu?" San berucap sambil kepalanya mengikuti Mingi yang berjalan di depannya. Pemuda itu sedang duduk bersandar pinggiran kapal, dari posisinya tampaknya anak itu berencana tidur siang.

    Mingi yang jujur, dia belum terbiasa dengan betapa peka San pada lingkungannya pun hanya membuang muka merahnya, membuat San tertawa renyah.

  "Wow, seberapa tepat tebakanku?" Tanya San.

  "Tutup mulutmu, San! Atau aku akan merobeknya hingga telinga!" Balas Mingi.

  "Kupikir kau cukup halus untuk orang Inggris, tapi aku salah, aksen mu mungkin elegan namun kata yang keluar dari mulutmu sangat jahat. That's 'You're a fucking Shakespeare'—aku akan mengingatnya dalam kepalaku." Ucap San.

    Mingi hanya memutar mata sebelum mendekat ke arah pinggiran kapal dan menatap air laut yang cukup tenang. Hembusan angin membawakan bau laut yang menenangkan. Lengannya pertumpu pada pembatas kapal dan dia lepas topinya yang mengikat identitas  pemain sirkus pada sosoknya, rambutnya yang merah itupun ditiup angin.

  "Kau sebenarnya tahu, kan? Bahwa Yunani tengah dalam kondisi yang kacau." Ucap Mingi.

    San mengangguk, "Tidak heran. Mereka memiliki dewa perang dalam kisah mereka, kericuhan pasti sudah cukup familiar."

  "Apa kau memiliki kebencian terhadap mereka? Kau tahu? Karena kau harus membuat senjata selama Perang Balkan?" Mingi kembali bertanya.

    San menatap Mingi, "Terlihat begitukah?"

  "Aku tidak bisa membaca isi hati orang lain." Mingi menjawab, "Makanya aku tanyakan padamu, tidak perlu menjawabnya jika tidak ingin."

  "Kau mengalami banyak kemalangan bukan begitu, Mingi?" Tanya San tiba tiba mengganti topik.

  "Yeah, tapi aku tidak ambil pusing sekarang.. aku telah menemukan cukup orang untuk memberiku belas kasihan, jadi akan sangat tidak tahu diri jika mengharapkan hal lebih dari itu."

    San mendengus, "Padahal itu tidak apa apa. Tapi mungkin karena aku tumbuh tanpa sedikitpun kekurangan kasih sayang orang tua—I'm a loved one—makanya aku merasa tidak masalah untuk orang lain mengharapkan sesuatu kepada orang lainnya. Mungkin memang benar sungguh bodoh berharap pada manusia, namun mau bagaimana lagi? Itu kodrat kita.. Ibuku selalu bilang untuk berharap hanya kepada Tuhan, namun aku berpikir mungkin saja sesekali Tuhan mengabulkan pengharapan itu dengan mengirimkan seorang manusia untuk kita, kan? Kita bisa menjadi yang mengharapkan atau yang diharapkan—dan untukku, menjadi yang diharapkan adalah sebuah kebahagiaan tersendiri."

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.2 : Wonderland (Warfare)Where stories live. Discover now