11. Anemia dan Hati yang Berbunga

56 50 148
                                    

Hai, guys!
Aku balik lagi nih dengan chapter baru. Udah lama aku ga update. Sempat mikir buat hiatus, tapi sayang banget sama cerita ini.
Oke deh, tanpa berlama-lama, silahkan dibaca. Jangan lupa beri vote dan komen yups!✨😉
___________________________________________

Setelah sang fajar menampakkan diri di angkasa semesta, seorang wanita yang berbalutkan daster bunga-bunga tengah berkutat dengan peralatan dan berbagai bumbu masakan di dapur.

Ya, wanita tersebut adalah Bundaku. Seorang Ibu muda berusia 30-an yang baik hati walau terkadang galak dan cerewet. Beliau memang sering memarahiku, jika aku memang berbuat salah.

Nasi goreng terenak sejagad raya buatannya sudah matang, lalu Beliau menghidangkannya di atas meja ruang tengah.

Kemudian, aku menikmati makanan tersebut sambil menonton televisi yang tengah menayangkan serial kartun favorit, Scooby Doo.

“Kalau makan itu jangan sambil ngeliatin TV terus, nanti kamu salah nyuap lagi!.” Celetuk Bundaku yang kini duduk di sampingku.

“Iya, Bunda iya.” Sahutku. Aku masih asyik menonton kartun Scooby Doo dengan sesendok nasi goreng yang masih ku pegangi dan belum dimasukkan ke mulut.

“Ahahaha si Shaggy kenapa malah ikutan kabur coba.” Celotehku diiringi dengan tawa.

“Astaghfirullah, Rara. Dimakan dulu itu nasi goreng yang ada di sendoknya!.” Omel Beliau.

Aku sekilas menengok ke arah Bunda, beliau sudah menampakkan wajah garangnya saja, padahal kan masih pagi.

“Iya, Bunda. Ini juga mau dimakan kok.” Sahutku, kemudian menyuapkan beberapa sendok nasi goreng  ke mulut.

“Selesai makan, jangan lupa taruh piring sama gelas kotornya di westafel. Abis itu mandi sama sholat Shubuh!.” Ucap Beliau.

“Udah kenyang, Bun. Aku mau mandi ya.” Timpalku sambil meletakkan sebuah piring yang masih terisi oleh setengah nasi goreng.

Kebiasanku yang sulit diubah sampai sekarang adalah jarang menghabiskan makanan.

Aku buru-buru melesai pergi ke kamar mandi sambil menenteng handuk untuk menghindari omelan dari Bunda.

Kalau boleh jujur, aku memang jarang menghabiskan makanan, karena kurang nafsu makan. Makanya, porsi makanku selalu sedikit dan kalau dipaksakan, aku akan memuntahkannya. Aku tidak mengerti, apakah ini penyakit atau bukan.

Setelah mandi dan sudah rapi mengenakan seragam, aku langsung berwudhu setelah Adzan berkumandang dan melaksanakan shola Shubuh.

Tepat pukul 06.00 WIB,  aku berpamitan kepada Bunda dan berjalan kaki menuju gang depan untuk menaiki angkutan umum (angkot).

Sesampainya di gerbang sekolah, anak-anak OSIS pun memeriksa seragam sekolahku. Aku memang selalu aman jika sedang diperiksa, karena selalu memakai atribut lengkap.

Di gerbang tadi, aku juga bertemu dengan Rey. Ia terkena hukuman, karena tidak memakai atribut lengkap dan seragam yang jauh dari kata rapi.

Nampaknya, kelasku masih sepi. Baru ada beberapa anak yang sudah tiba di dalam kelas. Itu pun mereka yang sedang kebagian piket hari ini.

I Wanna Tell HimOnde as histórias ganham vida. Descobre agora