BAGIAN DARI KEHIDUPAN

27 6 0
                                    

2 Januari 2019

Alat rumah sakit terus berbunyi, seseorang terbaring di tempat tidur itu, suara tangis menggelegar seisi ruang inap, mama terus mengeluarkan air mata tanpa henti, membuat ke tujuh anaknya kini merasa bersalah dan sangat terpukul.

Ayah koma selama satu Minggu dan belum juga sadar, mama terus  menangis karena mengira bahwa ayah akan berpulang dengan cepat, Candra juga sangat terpukul atas sakit yang di derita ayah, diri nya bagai di sambar petir di siang bolong saat menerima kabar ayah kena serangan jantung.

Sakit hatinya mendapati tubuh seorang yang paling ia sayang terbaring lemas tak berdaya di rumah sakit, "yah, bangun yah mama di sini!" Suara mama bahkan sudah serak sedari tadi terus mengucapkan kata 'bangun'.

"Ma.. kita makan dulu yuk, mama belum makan  dari tadi" ajak galih namun, mama menolak nya mentah-mentah membuat galih sedikit khawatir atas kesehatan mama.

"Bang, mama mau di sini aja mama enggak mau pisah dari ayah, nanti kalau dia bangun kayak mana?!" Kata mama, "ma.. kita makan di depan pintu aja enggak jauh, toh, orang yang di cari pertama kali pasti mama.. " Rayan menenangkan mama yang badan nya sudah gemetar hebat.

"T-tapi bang mama mau ada di samping ayah ketika dia bangun.. " Keukeh mama lagi namun segera di tepis oleh Rayan, dan langsung membawa mama keluar ruangan untuk makan.

Mama menangis tersedu-sedu di pelukan Rayan, dan Candra sudah memasang tatapan kosong se kosong-kosong nya, dia bahkan tidak menggubris pembicaraan seluruh abangnya yang mengkhawatirkan kondisi mama.

Saat mereka sedang makan Jiran sedang berada di dalam ruangan milik ayah tiba-tiba ia berteriak histeris, "Ma! Ma! Ayah bangun Ma!" , Dengan langkah seribu mama dan semua anak pak jayaputra langsung masuk ke ruangan dengan tangisan memenuhi seantero Ruangan.

"Ayah! Ayah ngeliat mama!" Mama menangis sambil melihat wajah ayah yang sudah pucat pasih, dengan tenaga seadanya ayah mengangguk, "galih mana ...?" Tanya ayah dengan lemah, "galih di sini yah.." jawab galih dengan nada yang layu.

"Galih, ayah mau kamu jadi yang terbaik untuk adik-adik mu, dan tolong jangan pernah mengecewakan ayah, jangan takut untuk melangkah, keyakinan–" Uhuk-uhuk, "a-dalah kunci dari keberhasilan" ayah memuntahkan darah yang cukup banyak membuat semuanya panik.

"Ayah mendingan istirahat aja dulu.. besok aja ngomong sesuatu nya ya.." ucap galih ingin menidurkan ayah namun di tepis mentah-mentah oleh ayah, "tidak usah ayah enggak pa-pa" lalu ayah menoleh ke arah Candra dengan tersenyum lebar, "dan untuk Candra jangan pikirkan kata orang lain dan terus melangkah, dan kunci dari kesuksesan juga tekuni.." ucap ayah dan tiba-tiba ayah memejamkan mata membuat suara monitor berhenti begitu saja.

Seantero Ruangan langsung menjerit memeluk tubuh ayah yang sudah kaku tak berdaya, tangis semuanya pecah pada malam itu bahkan mama sudah pingsan mendengar suara monitor tersebut.

2 Januari 2019
Pukul 21:45 wib [waktu Indonesia barat]

Ayah menghembuskan nafas terakhirnya di ruang putih membuat semua berubah drastis, dan yang tadi nya penuh canda tawa ketika bang Galih pulang dari maskapai, lawakan milik ayah yang tidak ada habisnya pupus.

*****

Ina telah menampakan wujudnya dengan terang, semua keluarga pak jayaputra telah berkumpul di ruang tengah, kenapa tumben mereka berkumpul? Karena ketiga dari abangnya akan membawa kekasihnya masing-masing untuk acara tahun baru malam nanti.

Mereka membawa bukan tanpa alasan, karena semuanya terlalu tertutup untuk privasi masing-masing, bahkan mama saja
Tidak tahu umur berapa anak-anaknya sekarang tahun berapa mereka lahir bahkan lupa.

Hanya Jiran dan Rafa saja yang di ketahui umurnya dan ulang tahunnya
Oleh mama, sisanya sudah lupa, bahkan saat mereka ulang tahun saja mama tidak pernah tahu padahal anak-anak ini ingin ucapan selamat dari lisan mama secara langsung.

"Nanti malam kalian enggak usah ribut-ribut ya, pusing nanti pacar gue" titah Johan dengan sinis nya, "dih! Lo mau bawa pacar Lo yang bohay itu?" Kata-kata yang di luncurkan oleh candra langsung membuat Johan menghunuskan tatapan tajam.

"B-bohay?" Sekarang tidak hanya Candra yang kena melainkan Jiran yang tidak tahu apa-apa, "kalau enggak tahu diem aja!" Ucap Johan dengan ketus, "tahu gue!, Nama nya Jessi kan?" Kata Candra, "anak fakultas kedokteran, sama kayak adinda?" Johan semakin melotot ke arah Candra dan Galih sudah nyengir melihat kelakuan adik nya itu.

"Oh, iya, Abang kabar Dimas sama adinda kayak mana?" Tiba-tiba mama menyahuti dari arah halaman belakang, Johan di buat ketar ketir karena awalnya ingin memperkenal—
Kan Jessi pas pertemuan mama sudah tahu duluan.

"Baik kok ma" singkat Candra, "nanti ajak aja Dimas sama adinda ya bang, mama kangen sama adinda, abangmu itu belum ngeliat adinda, itu si Johan sudah terjerumus pergaulan bebas" mama menatap Johan dengan sinis sampai semuanya tidak ada yang mengeluarkan satu patah kata pun.

"Iya udah nanti Abang chat si Dimas" Candra tersenyum melihat mama yang sepertinya sangat merindukan gadis pujaan hati, sudah 4 tahun mama tidak bertemu sekarang mama bertemu lagi.

"Jinan!, Nanti ajak si Sinta juga ya!" Deg! Ucapan mama bagai petir, Jinan yang sedang mencuci piring terdiam sejenak tak berkutik apapun, "iya ma kata Jinan" celetuk Candra membuat Jinan langsung menoleh dengan sinis, "ni,anak minta di gaplok kayaknya!" Jinan memperlihatkan Sutil kebangsaan nya sambil menunjuk Candra.

"Bodo! Ammat!" Bak bocil Candra menjulurkan lidahnya ke arah Jinan yang bahkan lebih muda darinya.

"Hadeeh! Dasar bocah tengik" Rayan memukul jidat sendiri karena sudah terlalu lelah.

*****

Maaf ya temen2!
Aku bikinnya dikit banget!
Soalnya aku bakalan sibuk jadi tidak sihap!
Mungkin di kemudian hari aku ganti jadi lebih panjang okeh!
Bay-bay!

[✓] Tinta Bewarna Where stories live. Discover now