PROLOG

71 8 0
                                    

"CANDRA!" panggil bang galih. Setiap pagi pasti bang galih pasti selalu yang membangunkan Candra. Saudara yang lain boro-boro mau bangunin kalau bukan bang galih kalau enggak bang Rayan yang bangunin enggak akan bangun.

"Lima menit!" Candra langsung menarik selimut nya sampai menutupi kepalanya dan memeluk guling nya yang ia beri nama Mirah.

Candra itu adalah anak dari seorang pilot yang sudah pensiun dari pekerjaannya namun ayahnya itu meninggal akibat serangan jantung, tiga tahun yang lalu.

Dia hidup bersama tujuh bersaudara yang sangat bewarna sifatnya dan tingkah lakunya. Dia memiliki tiga Abang dan tiga adik yang bisa membuatnya bahagia walau hanya candaan semata.

Abang Candra yang pertama, ada bang galih Bagaskara Saputra. Dia adalah anak sulung dan anak yang paling receh di rumah. percaya lah, apa aja diketawain, bahkan hal sepele. Tapi di balik sosok yang receh dan mudah tersenyum dia punya beban dan tanggung jawab yang harus di pikul.

Lalu ada Abang Candra yang ke dua nama nya bang Rayan Junaidi putra. Bang Rayan adalah orang yang emosi–an, dia apa aja pasti semuanya di permasalahan. Tapi Candra paling suka kalau bang Rayan itu lagi marah.

Badan bang Rayan itu kecil jadi pas lagi marah pasti lucu. Kalau teriak aja lucu karena tangannya ikut ke genggam. Tapi kalau bang Rayan itu udah ngomel itu berkepanjangan enggak akan berhenti kalau enggak mama yang ngehentiin.

Masalah nya, kalau enggak mama yang berhentiin bakal sampai tahun depan mungkin di bahas nya. Karena cuman sama mama aja bang Rayan itu nurut.

Ke tiga ada bang Johan Dimas Syahputra. Bang Johan itu gagah dan tampan, apa lagi namanya tapi enggak sesuai dengan kelakuannya. Pasti tiap tahun itu bawa cewek beda-beda kerumah buat di kenalin sama mama dan bikin adik-adiknya iri.

Tapi di balik sifat buaya nya, bang Johan selalu aja melindungi adik-adiknya dari segala masalah. Bahkan dia itu tipe Abang yang enggak terima ketika adik nya di kucilkan.

Ke empat siapa lagi kalau bukan Candra Adi Saputra. Candra ini anaknya tengil bener, Bahkan sampai di juluki bocah kematian sama mang Jamal. Apa lagi dia ini jagoan kompleks.

Pas masa SMA aja dia yang paling sering banyak luka dan banyak tauran. Dia juga dijuluki dan di cap sebagai siswi ternakal di sekolah karena hobinya cuma gelut.

Tapi di balik itu semua dia memiliki mimpi yang besar untuk menjadi seorang fisikawan. Dan anehnya dia malah pilih jurusan sastra.

Candra itu orangnya bener-bener setia kepada siapapun dia rela ngelakuin apapun demi orang lain tanpa melihat dirinya sendiri.

Ke lima ada Jinan segara putra. Atau jinan. Dia itu adalah siswi paling pinter di SMA dulu, sampai di kampus pun dia yang paling populer.

Dia populer karena manis dan gantengnya. Jinan itu kalau senyum manis banget maka nya kadang-kadang dia di panggil Nana.

Ke enam ada Rafa Rayendra putra. Rafa ini itu royal banget dan enggak pelit sama Abang-abangnya.

Lalu tabungannya penuh pasti bagi-bagi ke Abang-abangnya. Dan dia juga paling pinter yang namanya nabung. Setiap nabung satu tahun mungkin bisa sampai 2 Jt. Dan Rafa itu si paling mandiri beda sama Jiran.

Ke tujuh ada Jiran Gibraltar putra. Jiran itu tingginya udah kayak harapan. Tinggi bener, lebih tinggi dari abang-abangnya. Bahkan di sekolah sering di sebut sebagai tiang listrik sama guru-guru.

Candra begitu bersyukur bisa terlahir dan hidup di rumah yang penuh dengan kehangatan. Penuh dengan tinta yang beragam warna tingkah laku dan canda tawa.

*****

"Jinan!" Candra berlari ke arah Jinan yang sedang berjalan ke arah motornya. Candra lari tergesa-gesa dan menabrak Jinan pada akhirnya.

"Woi!, Bang Candra!, Santai geh!" Bahkan Jinan sampai hampir terjungkal dan hampir menabrak motor yang terparkir di sampingnya.

"Hehe..Jinan gue mau ngomong sesuatu, tapi Lo jangan marah ya.." Candra tersenyum seolah dia akan mengatakan sesuatu yang tidak mengenakan.

Jinan yang melihat itu pun langsung berfirasat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi kepadanya. "Boleh pinjem uang enggak?..buat benerin motor, hehe.." muka Jinan langsung masam mendengar penuturan Candra yang seolah tidak ada dosa.

"Lo gila atau apa sih bang!" Ucap Jinan yang kini sudah muak dengan candra yang terus memohon.

"Lo minta aja uang sama bang galih.." usul Jinan dan malah di beri muka masam oleh Candra.

"Mau minta uang lewat mana gue!, Lewat langit atau lewat samudra!"

"Enggak bang lewat idung Lo aja udah cukup" Jinan sudah capek dengan kelakuan Candra yang benar-benar ingin membuat kepalanya pecah.

"Kayak mana caranya?" Ucap Candra dengan sok polos namun mematikan.

"Bodo lah bang!, Lo udah goblok jangan di tambahin oon dong!" Jinan langsung menghampiri motornya dan buru-buru pergi dari tempat itu tanpa memperdulikan Candra.

"Woi!, Jinan!, Lo durhaka nanti sama Abang Lo ini!, Woi!" Candra sudah pasrah lalu dia harus mengurangi sementara dan menelpon bang johan dan mendapat bogem mentah darinya.

Tidak lama dari dia menelpon bang Johan lewat seorang gadis berhijab yang mau mengarah ke motor Scoopy putih di depannya Candra.

"Eh!, Adinda!" Panggil Candra membuat gadis itu menoleh.

"Ada apa, ya Candra?" Tanya gadis bernama adinda itu.

"Enggak papa sih, cuman manggil aja" ucapan Candra membuat adinda langsung menghela nafas panjang dan menyalakan motornya untuk pergi.

"Eh, adinda bentar aing mau ngomong!" Candra benar-benar frustasi sekarang dia pasti akan kena bogem mentah oleh Johan.

BREM..BREM

Candra langsung menoleh ke arah erangan motor tersebut, dan melihat ada Johan dengan motor jaguarnya yang ia bawa dan ada satu orang lagi yang membawa motor milik Candra.

"Aduh-aduh!, Ada Abang aing ganteng" ucap Candra sambil berjalan ke arah Abang nya Johan yang masih memakai pakaian ketua BEM.

Dan bener saja Candra yang baru sampai di depan abangnya langsung terkena tendangan di kakinya. "Akh!" Ringis Candra.

"Aing udah pernah bilang, jangan ugal ugalan kalau bawa motor!, Anjeun masih aja masuk kuping kanan keluar kuping kiri!" Ucap Johan sambil menjewer kuping Candra.

"Akh!, Iya bang lain kali enggak aing ulangi sumpah!" Johan langsung melepaskan jewerannya dan mendorong Candara menyuruhnya menaiki motornya.

"Widih!, kesayangan aing udah sembuh nih!" Ucap Candra dan dia langsung mengikuti Johan yang sudah mengeras motornya terlebih dahulu.

"Eh, A'a–A'a!, Saya nya begimana atuh!" Ucap pemilik bengkel yang kebingungan dia harus bagaimana. Karena bengkelnya jauh dari tempat itu.

Sempurna belum tentu bahagia kan..
-candra-

[✓] Tinta Bewarna Donde viven las historias. Descúbrelo ahora