KISAH DI SORE HARI

32 5 0
                                    

Sore ini Sandyakala tidak menampak- an wujudnya, langit redup seperti sedang bersedih namun berbeda dengan Adinda yang sedang terduduk di pinggir kasurnya,  dia menatap sebuah notifikasi yang terus mengechat nya sedari tadi.

Ya, itu adalah Candra, adinda tersenyum melihat semua chatan dari Candra dari menanyakan sedang apa dia hari ini, apa yang sedang ia lakukan, sampai ia sudah makan atau belum, semuanya di tanyakan oleh Candra.

Adinda tertawa lebar sambil melihat chat nya Candra yang bilang "eh, bentar geh! ini adik aku berisik, katanya si Samsudin itu bawa tikus ke rumah" adinda sempat bingung Samsudin itu siapa tapi dia baru ngeh, kalau Samsudin itu kocheng.

"Candra ... Candra ... Ada-ada aja kamu ini... " Adinda terkekeh melihat isi chating milik ia dan Candra, walau ia tidak banyak bicara tapi tetap saja lucu.

*****

Candra sangatlah senang, dirinya seperti cacing kepanasan ketika melihat ponselnya sendiri, entah perasaannya sudah sampai mana atau pijakan kakinya sudah melangkah sampai tak ada ujungnya, perasaan yang dia alami tidak pernah berhenti.

Dia tidak seperti jancuk Johan, dia tetap lah Candra si bocah kematian walau dia dan Johan hampir sama tapi Candra bukan pemain wanita, dia dan Dimas adalah kawan lama dari SMA dan disitu lah ia mengenal Meliana adinda Putri.

Si anggun berparas bak Dewi, ya!, Adinda adalah idaman saat di sekolah walaupun ada anak yang merasa tersaingi yaitu Rena tapi, Candra tetap suka adinda lebih dari satu tahun lamanya.

"EleuhEleuh, lagi chatan sama siapa tuch?!" Johan pun langsung nimbrung melihat Candra yang senyam-senyum sendiri di ayunan, Johan bukan penasaran tapi takut Candra kesambet.

"Lagi ngupil gue bang.. " Candra langsung menunjukan dia yang sedang mengorek hidungnya sendiri dengan senyum lebar.

Johan langsung memasang muka jijik ke Candra dengan tangan yang menghempas-hempas, "huek!, Jijik gue!" Langsung Johan pergi dari situ dengan suara muntah yang di buat-buat.

"Kenapa bang?" Bukanya menjawab Jiran justru menjadi bahan hantaman tabrakan Johan yang ingin ke kamar mandi, "bang!" Jiran sedikit menjerit membuat mama sedikit mengintip ke depan dari arah dapur, "kenapa dek?" Galih menegur Jiran yang di tegur memasang muka yang masam.

Candra melihat itu langsung tergelak, dan memberi tatapan jenaka kepada Jiran yang terlihat cemberut, bukannya gemes Candra justru ingin muntah melihat nya.

"Ih, muka nya kenapa gitu enggak lakik nanti!" Candaan milik Candra justru membuat Jiran kesal dan balik ke kamarnya, entah candra tidak bermaksud mengejek Jiran tapi bocah itu salah paham.

"Dasar! Di bilang lakik enggak mau kalo di bilang bocah tengik baru terima!" Dumal nya namun karena suara Candra seperti toak masjid jadi tetap kedengaran oleh Jiran, "Abang kali bocah tengik!" Balas nya, dan galih yang ada di ruang tamu langsung tertawa lebar mengamati pertengkaran kecil adik-adiknya ini.

"Abang masuk mau hujan!" Panggil mama dari arah meja makan, "siap nyonya!" Candra langsung bergegas masuk ke dalam dan duduk di dekat galih yang tengah menonton berita di Trans7, "dek" panggil galih, "hm? Apa bang?" Candra langsung menengok ke arah galih yang sedang tersenyum lembut ke arahnya.

"Maaf kalau Abang enggak bisa tepatin janji ayah ya ..." Candra langsung memberi tatapan hangat saat galih berbicara seperti itu.

19 September 2018

Sore itu, candra sedang duduk di dipan tepat di rindang nya pohon mangga, dia menikmati buah jambu yang ia curi dari rumah mang Jamal, namun tiba-tiba ada yang merampas jambu di tangan nya, "eh, jangan di ambil atuh" saat Candra menoleh kepada sang empu pemilik tangan ternyata itu adalah ayah.

"Ayah, hehe ..." Candra terkekeh melihat ayah nya yang menatapnya dengan tatapan jenaka seolah menyuruhnya mengambil jambu satu lagi, dengan bergegas Candra mengambil jambu di dekat rumahnya itu dengan santai dan memberikan—
Pada ayah.

"Ini yah, yang itu buat Candra aja" ucap ayah namun di tolak oleh ayah, "buat abang aja" Candra tersenyum puas dan melahap lagi jambu yang sangat ia suka itu, "kamu ini ngingetin ayah sama masa SMA ya ..." Ucap ayah sambil melihat langit sore dengan cerah.

"Kan ini memang masa SMA" ayah terkekeh mendengar penuturan anak penengahnya ini begitu ceplos nya ia ketika berbicara, "maksudnya masa SMA ayah abang ..." Candra hanya mengangguk sambil membinar menatap buah jambu di tangan nya.

"Memang masa SMA ayah juga se tengil abang?" Tanya Candra langsung di beri cengiran oleh ayah, "dulu ayah kalau pulang sekolah jalan kaki bareng sohib ayah, kalau lewat rumah pak Somad selalu itu nyuri rambutan biar di bagi-bagi ke sohib yang lain biar alasannya itu dari rumah ayah padahal nyuri" ucap ayah mengingat masa SMA nya.

"Candra jadi pingin deh kalau ke sampean nanam pohon rambutan" ucapnya juga memandang langit, " makanya doain, nanti kalau misalnya ayah kesampaian ayah bakal menanam itu pekarangan buat sayur di taman sebelah rumah kita" kata ayah.

"Aminn" ucap Candra dengan senyuman lebar.

*****

Jinan sedang bersenandung ria di kamarnya sambil memperhatikan foto-fotonya dengan sang pujaan hati Sinta, jujur pasti semuanya juga kaget kenapa Jinan menyukai Sinta yang jelas-jelas sangat tidak di sukai oleh Abang-abangnya.

Kalau mama pasti menerimanya, karena mama dan ibu Nur [ibunya Sinta] itu adalah teman baik mama, jadi wajar saja mama setuju hubungan dengan Sinta, tapi Abang-abangnya tidak setuju karena sikap sinta yang seperti orang baperan kalau  ketemu.

Makanya itu si Jinan agak plin-plan untuk ngebet Sinta atau enggak, "andai ayah ada di sini, pasti sudah dijawab semuanya pertanyaan yang di kepala aku" katanya, "ada kayaknya satu lagu yang ngingetin aku sama sesuatu" dia langsung beranjak dan mengambil gitar tua kesayangannya dan memetik sebuah lagu.

"Ha~aaa"

"Namun aku akan tetap di sini"

"Menunggu alam semesta menerima"

"Dan angin membawakan jawabannya"

"Karna detak jantung dan nadi ku akan selalu..."

"Merindukan mu..."

Sepenggal akhir dari lagu resah jadi luka itu sangat membekas di hati jinan, bagai mana dia kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi dan selalu ada di setiap susah nya dan di pertengahan lagu yaitu, "melepas rangkulanmu dan berhenti melindungi ku tanpa sebab"  seolah lagu itu mengingat kan nya pada sosok ayah yang pergi meninggalkan mereka semua tanpa di duga.

"Sekarang aku yang merangkul mereka berdua dan sekarang juga aku punya tanggung jawab yang harus ku tanggung" ia menghela nafas sejenak, "namun mereka belum juga sadar bahwa aku butuh tempat bersandar"
Dia langsung tersenyum menatap langit dengan sendunya.

Jinan dan ayah tidak begitu dekat, tidak seperti Candra yang dekat bahkan kelakuannya sama kayak ayah, jadi mereka nyambung, Jinan kan orang nya di enggak terlalu pintar dalam bercanda jadi garing pasti.

Satu hal yang dia rindukan ialah kehangatan ayah di dingin nya dunia dan penerangan di gelapnya jalan masa depan, selalu ayah yang memimpin tapi sekarang belum tentu bang galih pegang semua tantangan itu.

"Kalau Jinan bisa melangkah lebih depan, Jinan Bakal melangkah lebih depan dan sama-sama menuntun bersama bang galih yah, tapi sekarang apa daya yang bisa Jinan buat" ucapnya.

*****

senlenafxyz
Halo bagaimana ceritanya?
Mangap kalo dikit yah!
Apa kurang bagus?
Mangap ya kalo kurang bagus!
Soalnya baru bikin..
Kalau ada typo bisa komen koq
Saye tydak marah koq
Selamat menikmati makanannya! Eh, maksudnya ceritanya!
Salam terima gaji!
————————————

[✓] Tinta Bewarna حيث تعيش القصص. اكتشف الآن