BAB 16: Kekasih Mathewson

32 8 5
                                    

BAB XVI: Kekasih Mathewson

"Mathewson?"

"Gadis itu?"

Bukan hanya orang-orang Newland tapi orang normal di belakang Calandra terus berusaha melihat dirinya. Entah karena apa Calandra juga tidak tahu tapi entah mengapa dirinya merasa nama itu disebut bukan karena maksud baik.

"Ohoho kau yang paling ditunggu nona muda, berikan tanganmu" Calandra mengulurkan tanganya yang dicap dengan logo Newland—lingkaran bulat bintang oleh wanita plum. Sedangkan wanita lebah memberikannya sebuah gelang yang entah bagaimana langsung melekat di tangannya.

"Aku tidak dapat kotak?" Wanita lebah menggeleng. "Pemain special tidak memerlukan uang sayang. Kau bisa membeli pakaian, hiasan, sepatu, makanan atau menyewa kamar dengan menunjukan gelang itu" Calandra memperhatikan gelangnya dan tersenyum.

Tidak ia sangka dia akan dispesialkan sebelum diadu sampai mati, jika seperti ini—kematian mewah namanya. "Happy Newland Day" Wanita itu mempersilahkan Calandra masuk namun menahan Sthepan.

"Tiket dan nama anda tuan?" Sthepan menghela nafas kasar. "Aku bukan pemain" wanita plum itu tersenyum "Kalau begitu kau penonton? Antrian penonton harusnya di gerbang sebelah kanan tuan" Sthepan juga menggeleng kecil.

"Kalau begitu kau siapa?".

"Kekasihku".

Calandra menarik lengan Sthepan mendekat. "Dia kekasihku" wanita lebah dan wanita plum itu saling menatap bingung. Entah apa yang mereka pikirkan tentang Calandra dan Sthepan saat ini.

"Nona muda Mathewson, tiket anda hanya untuk diri anda sendiri. Anda harus membayar jika ingin kekasih anda bisa masuk Newland" Calandra menyodorkan gelangnya. "Sudah kubayar". Tawa seketika pecah, baik dari tiga orang dari Newland ataupun para pemain yang berbaris di belakang sana.

"Kau tidak bisa membayar tiket masuk dengan gelang, nilainya terlalu mahal sayang" Wanita lebah itu masih tertawa. "Lihat, Mathewson selalu semenyenangkan ini—jika para Mathewson bermain tiap tahun pasti akan terasa seperti surga".

"Silahkan menyingkir" Wanita Plum memberi isyarat pada Sthepan.

Calandra menatap Sthepan yang mengangkat alisnya seolah berkata "Apa kubilang". Calandra tidak tahu lagi harus berkata apa. Dia benar-benar tidak mau sendirian, setidaknya jika ingin bertahan lebih lama ia harus menyeret Sthepan karena pria itu sumber informasi yang akan membuatnya bertahan lebih lama atau mungkin membantunya memenangkan permainan.

Meski rasanya sangat mustahil.

Sthepan berbisik pada Calandra "Wah alasanmu ingin tetap bersamaku ternyata licik juga Mathewson" Calandra mendesah lalu menarik lengan Sthepan, mencium bibir pria itu sambil mengalungkan tangannya di leher Sthepan. Sthepan tidak akan menolak dan menerima dengan tangan terbuka, sangat terbuka sampai berlebihan membalas ciuman Calandra.

Calandra melepas pelukannya tidak peduli meski beberapa orang berpakaian mewah yang yang tampaknya bukan dari Newland menonton dari dalam gerbang, berkerumun menyaksikan Calandra dan Sthepan.

"Aku tidak tahu akan berpisah denganmu disini" Calandra mengelus lembut pipi Sthepan sambil menatap Sthepan penuh cinta. "Maaf" Sthepan berujar pelan.

"Aku harap, tidak menyangka ini akan menjadi pertemuan terakhir kita cintaku" Calandra menyentuh pipi Sthepan dan menepuknya dengan keras hingga Sthepan meringis kesakitan. "Aku tidak akan melupakanmu gadis tercantikku" balas Sthepan dengan penuh derai air mata yang dibuat-buat.

"Biarkan dia masuk, kami membayar mahal tidak hanya untuk menikmati Newland tapi untuk menyaksikan sesuatu yang menyenangkan dari Mathewson itu, lihat aku baru melangkah masuk Newland, Mathewson muda itu sudah memberi pertunjukan menyenangkan" salah seorang yang berpakaian mewah, tampak berdiri di dalam gerbang—mengajukan pendapatnya.

The Newland: Kisah Tanah SihirWo Geschichten leben. Entdecke jetzt