BAB 6: Omong Kosong Pernikahan

35 8 7
                                    

BAB VI: Omong Kosong Pernikahan

Sinar mentari membuat Calandra memejamkan matanya sesaat tatkala cahaya silau itu memantul ke wajahnya.

Sedikit bergeser berusaha menghindari sang surya. "Bangunlah" Calandra langsung membuka matanya. Mendesah pelan saat melihat Hanniel yang tersenyum menatapnya sambil meminum kopi.

"Kau semakin lancang tuan Hanniel" Calandra bangkit—menatap cermin memperhatikan pantulan dirinya di cermin tersebut. Mungkin yang gadis itu perhatikan beberapa lebam di tangan dan pipinya yang mulai pudar. Calandra memang berharap lebam-lebam itu hilang sebelum besok malam.

Calandra menoleh—menatap Hanniel sambil tersenyum. "Belikan aku gaun, hiasan rambut dan sepatu. Ah belikan juga beberapa riasan wajah" Hanniel tersenyum sambil menaruh cangkir kopinya, menatap Calandra dengan wajah berpikir.

"Kenapa harus aku yang belikan?" Calandra mendesir kesal—kembali menatap cermin. Tengah berpikir barang apa yang akan dijualnya untuk membeli gaun baru. "Mungkin jika kau menciumku aku akan berikan satu kotak uang" Calandra menoleh dan langsung menghampiri Hanniel—duduk dipangkuan pria itu dengan wajah berseri.

"Harus langsung kau berikan yah?" Hanniel tertawa kecil dan mengangguk. Calandra mendekat mencium Hanniel tanpa ragu. Jangan tanya apa yang dilakukan pria itu, Hanniel tentu langsung membalas ciuman Calandra bahkan memeluk gadis dalam pangkuannya itu kian erat. Semakin memperdalam ciuman mereka, tampak begitu enggan melepaskan Calandra.

Calandra kian terbuai, bohong besar jika dia mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki perasaan apapun pada kakak tirinya ini. Hanniel saja yang Calandra anggap terlalu pengecut karena tidak mau memilikinya lebih awal. Calandra tentu akan memberikan kesempatan pada pria itu jika tidak serakah dengan menginginkannya tanpa mau kehilangan apapun.

Calandra menepuk leher belakang Hanniel pelan, benar-benar butuh oksigen. Sayangnya Hanniel masih terlalu enggan melepaskan Calandra, sampai-sampai masih memeluk gadis itu erat meski mulai melepas ciumannya.

"Wah jika tau kau suka uang aku akan sering memberikannya untuk ini" Calandra sedikit tertawa mendengarnya. Rangkulan kukuh Hanniel Calandra balas dengan sandaran pada pundak pria itu. "Mungkinkah dia akan kembali seperti dulu?".

Hanniel mendesah kecil. "Walaupun dia tidak kembali, aku tidak akan melepaskanmu. Tidak peduli kau menyukai pria lain sekalipun" Calandra baru teringat akan Sthepan, benar juga Hanniel semakin agresif berkat Sthepan. Setidaknya jika bertemu lagi Calandra akan mengucapkan terima kasih pada pria itu.

Meski sejujurnya Calandra enggan bertemu pria itu lagi.

"Bagaimana jika satu ciuman lagi?" Calandra sedikit bergeser untuk menatap Hanniel. "Kenapa tidak sekaliam saja kau minta untuk tidur bersamaku tuan Hanniel?" Hanniel membuka mulutnya tampak berpikir bejat. "Kalau begitu ayo lakukan" Calandra langsung bangkit dari pangkuan Hanniel.

"Aku hanya bercanda bodoh" Hanniel malah tertawa melihat wajah Calandra yang dianggapnya begitu menggemaskan. Hanniel akhirnya bangkit—kembali memeluk Calandra yang berdiri membelakanginya.

keduanya menatap pantulan diri mereka sendiri dari cermin. "Bukankah kita begitu serasi?" Calandra medesir sambil mendongak, menatap Hanniel yang malah langsung mengecup singkat bibirnya.

"Aku akan ke kantor pemerintahan, uangnya akan segera kukirim jadi tunggu saja" Hanniel mengelus lembut rambut Calandra sebelum akhirnya pria itu pergi meninggalkan Calandra.

Calandra kembali memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. "Mungkinkah ini saatnya bagiku kembali merasakan kebahagiaan?" Calandra semakin tersenyum gembira.

The Newland: Kisah Tanah SihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang