BAB 8: Ramalan Masa Depan

30 7 8
                                    

BAB VIII: Ramalan Masa Depan

Calandra masih menatap makanan yang diberikan Shelly saat dirinya baru kembali memasuki kamar. "Cepat dimakan" Calandra kembali mendesah saat memikirkan semua yang dikatakan Sthepan padanya.

Lebih dari siapapun Calandra yang paling sadar segala kemungkinan yang akan terjadi. Mungkin memang apa yang Sthepan katakan akan benar-benar terjadi.

"Kau percaya ramalan masa depan?" ucapan Calandra membuat Shelly menatapnya bingung. Shelly bukanlah orang yang rasional, Calandra tau itu jadi mengapa dia bertanya pada orang yang percaya takhayul seperti dirinya. "Kau sudah tau jawabanya jadi tidak perlu bertanya" Calandra mendesah pelan—membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Aku akan makan nanti. Sudah waktunya berdoa, jika kau tidak turun sekarang kau akan kena marah" Shally mendesah dan keluar kamar, memang benar apa yang dikatakan Calandra bahwa dirinya sudah terlambat.

Calandra memejamkan matanya mengingat apa yang dikatakan Sthepan akan masa depan yang akan dihadapinya. Masa depan yang lebih terdengar seperti kematian jangka panjang.

"Harga dari penglihatan masa depan cukup mahal. Kau bisa memilih antara satu pekan nyawamu, ingatan masa lalu, setengah dari pengetahuanmu, berbagi rasa sakit, atau masuk lebih cepat ke dalam Newland".

"Maksudmu kau ingin merasakan  rasa sakitku?" Sthepan terkekeh namun tetap mengangguk. "Lebih tepatnya aku ingin merasakan penderitaanmu, itu terlihat begitu menyenangkan" Calandra tertawa pelan. "Kalau begitu ambilah, rasakan. Aku tidak terlalu peduli" Sthepan tersenyum sempurna.

Sesuai dugaannya, Calandra akan memilih yang satu itu. Gadis itu hanya tidak tahu konsekuensi dari yang dilakukannya. Sthepan akhirnya turun dari kusen dan menarik Calandra, tanpa permisi mencium gadis itu membuat tubuh Calandra seketika melemah, bahkan tidak bisa berdiri jika Sthepan tidak menopangnya.

Ciuman itu tidak terlalu lama, Sthepan mendudukan Calandra di kursi setelah mencium gadis itu. Gadis yang masih terdiam dengan mata berkaca-kaca. "Kau sudah dapatkan penglihatanmu dan aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan".

"Apa yang kita anggap tidak penting terkadang melebihi perkiraan kita sendiri. Rasa sakit bukan hanya menyakitimu, tapi membuatmu bertahan, membentuk kepribadianmu menjadi kau yang sekarang. Kau bukan hanya membiarkanku merasakan rasa sakit itu tapi kau membiarkanku mengetahui semua tentangmu dalam sembilan tahun hidupmu. Kau tidak sadar bahwa kau memberikan jiwa terdalammu kepadaku Mathewson" Sthepan tau, saat ini Calandra tidak akan bisa menahanya. Gadis itu merasakan rasa sakit akan masa lalu dan masa depannya secara bersamaan.

Calandra menoleh menatap Sthepan yang sudah berdiri di depan kusen. "Bermainlah, kau tidak punya pilihan. Kau tidak ingin mengalami apa yang ada dalam penglihatanmu kan?" Sthepan pergi begitu saja, meninggalkan Calandra yang masih mematung.

Tidak tahu akan berkata atau berbuat apa. Calandra hanya ingin menangis saat itu. Kehidupannya terlalu menyedihkan. Sthepan bukan hanya memberinya penglihatan tapi memberi rasa sakit nyata padanya, padahal pria itu mengatakan akan mengambil rasa sakitnya. Padahal pria itu bilang ingin merasakan rasa sakitnya tapi mengapa dia sendiri juga merasakan rasa sakit itu? Mengapa Sthepan sengaja menghantam rasa sakit masa lalu dan masa depan secara bersamaan kepada dirinya.

Rupanya itu sebuah kebohongan. Calandra justru dibuat merasakan rasa sakit yang tidak nyata namun sangat menyakitkan. Seolah dirinya benar-benar kembali merasakan semua rasa sakit itu.

Padahal pria itu mengatakan berbagi rasa sakit. Mengapa ia justru yang merasakan rasa sakit tersebut?

Tidak tertahankan,,

The Newland: Kisah Tanah SihirWhere stories live. Discover now