Bab 11: Pilihan Akhir, Jalan Akhir, Selalu Newland

27 7 5
                                    

Bab XI: Pilihan Akhir, Jalan Akhir, Selalu Newland

Hari paling menjengkelkan itu akhirnya tiba. Sekitar pukul tiga sore nanti Calandra akan menjalani prosesi pernikahan. Gadis yang sudah didandani sedemikian cantik itu masih menatap pantulan dirinya di depan cermin.

Beberapa penata rias yang sudah selesai melakukan tugas mereka tampak mulai berjalan keluar kamar meninggalkan Calandra—sendirian di dalam ruangan. Membuat gadis itu sadar sepenuhnya bahwa dia benar-benar seorang diri.

Calandra bahkan belum melihat Hanniel sejak dua minggu lalu. Kabarnya, Hanniel memang ditugaskan oleh Raja Arthur langsung untuk pergi ke istana dan mengurus beberapa hal disana. Jangan tanya bagaimana itu bisa terjadi karena tidak mungkin Anna membiarkan putranya merusak pernikahan laknat Calandra.

Persiapan demi persiapan sudah dilakukan dari beberapa hari kemarin. Calandra bahkan mendengar suara riuh dari luar kastil sedari pagi buta. Sayang sekali persiapan itu malah terdengar seperti lonceng kematian di telinga Calandra.

Calandra memperhatikan gaun cantik di tubuhnya. Terlalu cantik sampai membuatnya begitu sesak dalam diam.

Gadis itu meraih buku harian yang tidak jauh darinya. Mulai menulis halaman kedua dari tulisanya.

Tahun 76, Camelot

Hari ini hari ulang tahunku. Sekitar dua jam lagi aku mungkin akan menghilang. Aku memutuskan bermain, tapi aku tidak ingin merasa sakit sendirian. Meski terdengar egois namun akan kukatakan alasanku melakukan hal itu.

Bagian kedua dari penglihatan masa depan yang kulihat. Aku melihat jalan yang lurus, jika pada bagian pertama aku memilih jalan instan dengan membunuh diriku sendiri, membuat Anna menggila, kemudian mulai menyiksa rakyat dan Shelly melalui para pengikutnya maka di bagian yang ini aku melihat pernikahan diriku.

Aku membiarkan pernikahan ini terjadi, setelahnya aku hidup mewah bergelimang harta. Pria tua Cromwell itu memperlakukanku layaknya pelacur. Setelah aku melahirkan dua anak dia merasa bosan dan jengkel padaku. Mungkin kejengkelannya ini ia tahan sampai pada akhirnya dia benar-benar muak.

Kedua anak yang kulahirkan bukan dari si tua bangka—melainkan dari Hanniel dan mungkin satu lagi dari anak lelaki tertua Cromwell. Pria tua itu pastinya sudah tidak mampu menghamiliku.

Hanniel sendiri melakukanya karena obsesi dan rasa frustasinya yang memuncak. Sedangkan anak tertua Cromwell melakukanya karena mungkin nafsu semata. Bukan hanya sekali, anak tertua Cromwell beberapa kali merendahkan diriku, membuatku bahkan merasa jijik pada diri sendiri.

Di akhir si tua bangka yang menahan diri atas sikap kurang ajarku selama bertahun-tahun akhirnya menyeretku ke salah satu kastil yang sedang dirinya bangun. Setelah itu parah buruh yang mengerjakan kastil barunya ia perintahkan untuk menggilir diriku.

Tua bangka itu menonton sambil sesekali tertawa melihat ketidakberdayaanku. Aku berakhir setelah digilir selama dua hari oleh para buruh bahkan beberapa petani di ladang juga turut serta.

Aku tidak melihat Shelly dalam penglihatan ini, mungkin dia tidak akan celaka jika aku memilih jalan ini namun aku tidak ingin merasakanya. Aku tidak bisa membunuh diriku sendiri tapi aku juga tidak bisa membiarkan diriku hidup di dasar neraka. Apa penglihatan itu nyata? Atau hanya tipu ilusi agar aku menjadi bagian dari permainan.

Aku tidak lagi ingin berpikir rasional, aku mempercayai apa yang kulihat? Yah aku percaya. Aku merasakan rasa sakit luar biasa saat melihat semua itu. Begitu singkat namun terasa begitu panjang. Hanya penglihatan namun terasa begitu nyata, seperti benar-benar kualami. Ilusi itu, bahkan meski semua itu pada akhirnya hanya ilusi, aku memutuskan untuk mempercayainya. Setidaknya dengan begitu aku akan mengambil keputusan yang sebelumnya tidak pernah menjadi bahan pertimbanganku.

The Newland: Kisah Tanah SihirWhere stories live. Discover now