9 - SEBUAH FAKTA

4.7K 780 34
                                    


Entah sudah berapa botol air mineral yang dihabiskan oleh seorang Hana. Sedari tadi Hana tak membuka suara sedikit pun, cewek ini terus minum air mineral yang dibelikan oleh Jian dengan tangan gemetar.

"Han, lo beneran nggak apa-apa, kan?" tanya Jian semakin khawatir.

Hana tak menjawab, ia kembali minum. Jian menatap botol-botol kosong di hadapannya.

"Satu, dua, tiga, empat botol. Gila!" pekik Jian tak habis pikir.

Jian kembali menatap Hana, semakin penasaran sekaligus cemas.

"Han, jangan diem aja! Sumpah gue takut banget. Lo beneran nggak apa-apa, kan? Apa yang terjadi di dalam tadi? Cerita Han biar gue nggak khawatir," pinta Jian tak bisa menahan kesabarannya.

Akhirnya, Hana menggerakan tubuhnya, menoleh ke Jian dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Ji... Jian," lirih Hana gemetar.

Jian langsung panik melihat Hana yang mau menangis seperti itu.

"Han, lo kenapa? Cerita Han ada apa? Lo diapain sama mereka di dalam tadi?"

Hana mengatur napasnya sejenak, berusaha untuk lebih menenangkan dirinya.

"Ta... Tadi Kak Juna..."

"Kak Juna kenapa?"

"Kak Juna tanya hobi gue apa." Kedua mata Hana semakin membentuk bendungan air mata.

"Terus?"

"Gue jawab nggak ada."

"Lo nangis gara-gara lo nggak punya hobi?" tebak Jian.

Hana menggeleng cepat.

"Bukan itu."

"Terus apa?" gemas Jian.

"Kak Juna tiba-tiba bilang kalau dia tahu hobi gue." Suara Hana mulai berubah serak.

Jian mengerutkan kening, kaget sekaligus bingung.

"Kak Juna tahu hobi lo? Kak Juna kenal sama lo? Lo udah kenalan sama Kak Juna, Han?" heboh Jian.

"Bukan Jian! Bukan!"

"Terus apa? Kenapa Kak Juna sampai buat lo takut gini?"

Hana mengembuskan napas panjangnya, berusaha menahan semua air matanya yang ingin jatuh.

"Kak Juna bilang kalau hobi gue itu kabur setiap kali lihat dia, Jian! Gue malu banget! Pasti Kak Juna berpikiran gue cewek aneh!"

Jian hanya bisa melongo sesaat mendengarkan penjelasan Hana. Ingin sekali Jian berteriak bahwa memang benar sahabatnya itu sangat aneh. Tapi, Jian menahannya takut membuat Hana menangis.

"Yang terjadi selanjutnya apa? Jangan bilang lo kabur?"

Hana menggeleng lemah, napasnya terdengar lebih berat.

"Gue cuma bilang maaf, nunduk, Kak Juna nggak respon apapun lagi, suasana tiba-tiba hening dan akhirnya Kak Juan sudahi interviewnya dan nyuruh gue keluar."

Jian akhirnya mau tak mau ikut menghela napas berat, pantas saja Hana sampai panik, takut dan gemetar. Sahabatnya itu pasti bingung sekaligus khawatir.

"Gue yakin Ji, gue pasti nggak akan keterima. Gue rasa Kak Juna bakalan ilfeel sama gue," ucap Hana pesimis.

"Jangan bilang begitu Han. Lo nggak boleh patah semangat!"

"Nggak ada harapan lagi bagi gue Ji. Gue yakin Kak Juna ngelihat gue kayak cewek aneh."

Jian memegang bahu Hana, mencengkramnya erat, berusaha meyakinkan Hana.

HI AWANOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz