Chapter 34 : Good Bye!

11.4K 733 116
                                    

Masalah Rahmad, Raj cukup lega karena mantan asistennya itu sangat kooperatif. Polisi juga berjanji untuk menangani masalah video viral ini dengan sebaik-baiknya termasuk masalah pelanggaran pencemaran nama baik.

Sejak malam di salon itu, percintaan Raj dan Padma semakin erat. Walaupun lamaran pria itu ditolak, tapi kekasihnya itu semakin menempel hingga menyusahkan Raj untuk kembali ke rumah dinas setiap malamnya.

Masalah pekerjaan pun Raj juga banyak mengobrolkannya dengan Padma dan Suketi. Pria itu sudah mencerna segala informasi dan segala sudut pandang. Sampai akhirnya dia membuat keputusan sendiri, keputusan di mana dia tahu ini yang terbaik untuk semua orang. Hari ini, tepat di mana sanksi dijatuhkan kepadanya oleh Pak Gubernur, Raj akan mengumumkan keputusannya.

"Pak Raj, kita sudah sampai di kantor gubernuran."

Suara Tejo menarik Raj kembali ke dunia. Pria itu memperhatikan luar mobil. Benar saja, dia sudah sampai di kantor gubernur. Di sana Handoko, Gubernur saat ini dan Arman, wakilnya tengah menunggu.

Untuk sesaat Raj menghela napas dalam-dalam, lalu mencoba tersenyum. Dia sudah mempersiapkan semua ini sejak lama, jadi dia bisa melalui apa pun yang terjadi nantinya dengan baik. Lagi pula Padma berjanji setelah ini mereka akan berjalan-jalan, liburan, melepaskan penat dan kekacauan yang telah terjadi dalam hidup mereka akhir-akhir ini.

Ketika Raj masuk ke kantor gubernur, salah seorang ajudan Handoko langsung menyambutnya. Pria itu tidak tau akan dibawa ke mana, tapi dia terus bergerak mengikuti tanpa bertanya sedikit pun.

Tak lama mereka berhenti di depan pintu jati berukuran lebih dari dua meter berwarna coklat. Ajudan Handoko itu mengetuk sesaat, sebelum membukakan pintu dan mempersilahkan Raj untuk masuk seorang diri.

Ternyata di dalam sana hanyalah ruang duduk dengan sofa kulit warna coklat untuk empat orang; satu sofa panjang untuk dua orang, di kanan-kiri satu sofa tunggal. Meja kopi di tengah-tengah. Tidak banyak barang selain lukisan pemandangan di dinding belakang sofa panjang. Beberapa tanaman hias di setiap sudut. Dua foto presiden dan wakilnya dengan satu burung garuda di tengah-tengah.

Raj segera menduduki salah satu dari sofa tunggal. Untungnya tidak sampai lima menit menunggu sendirian, akhirnya Handoko dan Arman muncul. Mereka tersenyum ramah, hal yang sukses membuat kening Raj berkerut.

"Pak Raj," sapa Handoko lebih dulu. Dia dan Arman bergantian berjabat tangan dengan Raj yang berdiri menyambut. "Duduk, duduk."

Sekali lagi Raj duduk. Handoko pun kembali berbicara, "Maaf ya, Pak Raj, udah bikin Bapak nunggu lama masalah saksi video viral itu."

Raj meringis, lalu mengangguk. Dia berbasa-basi. "Saya paham, Pak. Video itu jelas buruk karena bagaimanapun ada identitas seragam sekolah menengah di sana."

"Benar." Handoko mendesah panjang. "Kalau nggak viral-viral banget sih kayaknya saksi nggak akan lama keluarnya, tapi ini Pak Presiden sampai tahu, jadi saya harus ketemu Pak Presiden. Saya sama Pak Arman juga mau lihat gimana sih Pak Raj handle masalah ini, apakah baik atau buruk. Ternyata kami cukup puas dengan cara Pak Raj mengurus masalah."

"Terima kasih, Pak." Raj tersenyum tulus. Ada sedikit kelegaan dengan pujian Handoko, sekalipun saksi belum diucapkan. "Tapi, segala sanksi yang akan saya dapatkan akan saya terima dengan lapang dada."

Handoko manggut-manggut, dia melirik Arman. Wakil gubernur yang melanjutkan. "Setelah kami berdiskusi panjang, kami sudah memutuskan sanksi untuk Pak Raj. Sanksinya sederhana saja, Pak, Pak Raj hanya perlu mengakui kesalahan dan meminta maaf di depan publik. Satu lagi, gaji Bapak selama satu bulan akan disumbangkan sepenuhnya untuk yayasan atau lembaga amal. Itu saja."

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt