Chapter 1 : Enemy in Your Area

10.3K 1K 61
                                    

The world moves on, another day another drama, drama

But not for me, not for me, all I think about is karma

(Taylor Swift - Look What You Made Me Do)

***

Tatapan Padma berfokus pada satu per satu customer yang ada dalam salon kecantikannya. Mendadak salon ini membludak hanya dalam waktu satu malam saja. Bahkan sampai beberapa harus melakukan reservasi jauh-jauh hari agar kebagian tempat.

Senyum puas wanita itu terpasang. Dia seolah bangga dengan apa yang diperbuat hingga membuat Padma beauty and salon jadi seramai sekarang. Tentu saja semua berkat video isengnya berisi keluhan panjang terhadap Raj, wali kota baru di Kota S sekaligus musuh bebuyutan Padma saat SMA.

Bunyi dentingan lonceng terdengar tanda seseorang membuka pintu. Padma sudah bersiap menyambut dengan ceria customer-nya. Namun, niat itu buyar saat menemukan Kartika, Tika, yang muncul. Sahabatnya itu memasang wajah galak.

"Ngapain ke sini ndak bilang-bilang?" tanya Padma tepat saat Tika sudah berdiri di depannya. "Kan bulan ini udah ambil jatah nyalon, Tik."

"Kita bicara right now!"

Belum sempat Padma protes, Tika Tika sudah menariknya menuju tangga di dekat area keramas customer. Mereka bergerak agak tergesa menaikinya, lalu berbelok ke sebuah ruangan bertuliskan kantor manajer alias ruang kantor pribadi Padma. Sekalipun dia pemilik tunggal usaha ini, tapi berusaha tetap lowkey menyebut dirinya manajer alih-alih kantor pemilik.

Pintu ditutup, Tika langsung mendorong Padma hingga rapat ke meja kerja. Sahabatnya itu memasang ekspresi galak seraya melipat kedua tangan di dada.

"Jangan gila dong, Padma!"

Seketika Padma melongo. Agak jengkel dia menjawab, "Sori nih, Tik, ini aku lagi sibuk kerja, cair cuan buat keberlangsungan idup. Belum lagi aku harus ikut bantu resepsionis karena customer lagi membludak, mana sempat jadi gila? Yang ada jadi happy because cash salon makin banyak isinya."

Tika tidak balas bersuara, tapi sahabatnya itu mendekat. Tanpa peringatan dia meraih gantungan kelinci sakral milik Padma yang tergantung di gantungan khusus di atas meja kerjanya, lalu melemparnya kuat-kuat kepada Padma.

"Tika!" Padma terkejut sekaligus kesal. Matanya memelotot tajam.

Sebagai sahabat, Tika tahu bahwa gantungan kunci berbentuk kelinci ini sakral bagi Padma. Sekalipun benda ini sudah sangat jelek. Kedua matanya hilang. Warna pink saja sudah pudar. Walau sering dicuci, tapi jatuhnya agak keabu-abuan. Gantungan kunci penanda perubahan hidupnya ini juga gantungan kunci pembawa berkah, makanya ditaruh dalam kantor Padma.

"Kalau makin rusak, kita putus pertemanan, Tika!" ancamnya.

Tika mendengkus keras. "Aku itu ndak paham sama kamu, Ma, kok bisa-bisanya sih bikin konten PadTalk dan nyerang Pak Raj? Dia wali kota lho! Kalau kamu kena pasal UU ITE dan dipenjara gimana?"

"Aku paham kalau kamu khawatir, Tik, tapi jangan pake acara ngerusakin gantungan kunci keramat ini dong! Kalau rusak, nggak akan bisa diganti."

"Sori, sori, soalnya kalau nggak gitu kamu mana mau dengerin sih, Ma?" jelas Tika dan Padma sangat paham itu. "Sebenarnya kamu bikin konten itu murni karena emang menyuarakan isu sosial atau mau mojokin Pak Raj karena isu personal?"

Padma terdiam. Sekalipun dia dan Tika baru kenal di bangku perkuliahan, berkuliah tapi sahabatnya tahu betapa Padma benci dengan Raj. Sekalipun dia tidak benar-benar tahu apa alasannya si pak wali kota dibenci.

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Where stories live. Discover now