Chapter 14 : Memories of Us

4.5K 640 33
                                    

Kota S, 2012

"Jangan terlambat, jangan terlambat."

Kata-kata itu seperti mantra yang Raj ucapkan berkali-kali sepanjang jalan dari rumah menuju sekolahan. Saking takutnya terlambat, dia sampai mengebut di jalanan. Untung saja di hari minggu menjelang sore pukul 4 ini, jalanan cukup lengang.

Kalau saja hari ini Maminya tidak menyuruh Raj untuk menjadi supir pasti dia tidak akan seburu-buru ini atau bahkan pria itu sudah ada di sekolah pukul satu siang. Belum lagi tadi dia nyaris meninggalkan sesuatu yang penting sampai harus kembali sebentar.

Sesampainya di sekolah, perasaan Raj tidak keruan. Jam sudah menunjukkan pukul empat lebih. Area sekolah sepi bahkan motor yang terlihat kurang dari lima.

"Semoga belum maju."

Begitu Raj berhasil memarkirkan motornya, dia berlari menuju salah satu ruang kelas. Langkahnya melambat ketika bergerak di depan kelas yang dituju. Dia mengintip dari jendela dan seketika dia menghela napas lega.

"Nyaris terlambat," gumam Raj.

Perhatian Raj tercurah sepenuhnya pada seorang gadis yang menunggu sendirian di dalam kelas. Kemudian, beralih kepada tiga guru yang duduk berderet di depan kelas sebagai juri. Satu orang moderator. Sedangkan satu orang lagi peserta lain yang sedang melakukan pidato bahasa inggrisnya.

Setelahnya perhatian Raj kembali tertuju pada gadis yang sendirian menunggu itu. Kepalanya menunduk dalam. Cara tangannya menggenggam selembar kertas sangatlah erat hingga terlihat kusut. Salah satu kakinya sengaja dia ketuk-ketukan, sebuah sikap yang dia tunjukkan ketika sedang gugup.

Bunyi pintu yang terbuka, lalu tertutup sukses menarik perhatian Raj. Seorang pria bergerak begitu saja pergi. Kemudian, area tempat untuk seleksi pidato kosong. Tak lama moderator bersuara, "Padmarini Wijaya."

Nama Padma yang dipanggil, tapi napas Raj yang tertahan selama beberapa saat. Sekali lagi dia melihat sosok gadis sendirian itu, akhirnya dia mendongakan kepala. Lambat-lambat dia berjalan mendekati area seleksi, lalu menghadap juri.

Ketika Padma mendongak dan melirik bagian jendela belakang, matanya dan mata Raj bertemu. Pria itu langsung melambaikan tangan. Dia bergumam tanpa suara, "Kamu bisa, Mama!"

Padma hanya menjawab dengan senyum singkat, sebelum kembali fokus dengan seleksi lomba pidatonya. Ketika dia sudah dipersilahkan berbicara, suara Padma terdengar sedikit gemetar. Namun, Raj semakin bangga saat suara itu semakin lama semakin terdengar stabil. Bahasa inggrisnya juga tampak sangat fasih dan lancar seolah memang dia lahir dan besar di Inggris, bukan Indonesia. Bagaimanapun gadis itu sudah melatihnya selama beberapa minggu terakhir.

Bunyi tepuk tangan riuh yang menandakan berakhirnya seleksi dan juga pidato Padma menarik fokus Raj kembali ke dunia. Dia segera bergerak di depan pintu. Ditunggunya kekasihnya itu untuk muncul.

Tak memerlukan waktu lama pintu kelas dibuka. Raj belum juga memperhatikan baik-baik apa yang ada di depannya tahu-tahu saja seseorang menerjangnya, kemudian memberikan pria itu sebuah pelukan. Aroma khas cokelat yang menguar seolah memberitahukan siapa pelakunya, Padma.

"I did it, Raj. I did it!" ucap Padma dengan bangga.

Raj mengangguk lambat-lambat. Sambil mengusap punggung Padma, dia berkata, "I'm so proud of you, Mama."

Ketika pelukan mereka terlepas Raj segera menyodorkan paper bag yang sejak tadi dia bawa. Lalu, berkata, "Hadiah."

Kening Padma mengernyit saat menerima paper bag tersebut. "Kok dikasihnya sekarang? Raj, ini aja baru seleksi tahap pertama dan aku belum tentu lolos ke tahap selanjutnya. Nggak mau ah."

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu