Chapter 29: A Moment of US

3.8K 515 24
                                    

Sesuatu yang lembab terasa menempel di kening Raj. Ada benda berat juga yang menindih badan di sisi kanannya hingga terasa kebas. Belum lagi seberkas sinar kemerahan yang seolah mendobrak kegelapan di matanya, memaksa pria itu untuk membuka mata dan melihat sekitar.

Lambat-lambat Raj mengerjap. Hal pertama yang pria itu lihat adalah tirai jendela kamar yang sedikit terbuka. Salah satu tangannya yang bebas meraba kening. Ditariknya benda selayaknya handuk itu turun. Masih cukup basah untuk mengetahui bahwa benda ini belum terlalu lama diganti. Kemudian, perhatiannya jatuh ke sisi kanannya yang kebas.

Tanpa bisa dicegah senyum kecil Raj tersungging. Hatinya pun ikut menghangat. Ternyata dia tidak berkhayal merasakan seseorang yang menindihnya. Ada Padma di sana. Dia tampak kelelahan hingga terlelap seraya memeluk lengan Raj selayaknya guling. Napasnya yang teratur menunjukan betapa pulasnya dia sekarang.

"Terima kasih," bisik Raj. Dengan amat perlahan dia mengusap sisi wajah Padma yang terlihat.

Tiba-tiba saja tubuh Padma bergerak disusul gumama pelan. Refleks Raj menarik tangannya menjauh. Dia merasa sedikit bersalah karena menganggu tidur wanita favoritnya ini.

Tak lama mata Padma terbuka. Belum sempat Raj mengalihkan pandangan atau setidaknya kembali memejam tahu-tahu saja mata mereka bersirobok di udara. Padma langsung tersenyum lebar. Hal yang nyatanya ikut menarik kedua sudut bibir Padma ke atas.

"Hai," sapa Padma seraya menduduki ranjang. "Kamu udah bangun, Raj?"

Raj mengangguk lambat-lambat. Dia sudah mau menjawab, tapi tiba-tiba saja Padma menempelkan keningnya dan kening Raj. Mata mereka semakin dekat dan Raj tak lagi sanggup memunculkan sebuah kata atau kalimat di dalam otaknya.

"Kayaknya udah nggak terlalu demam kayak tadi pagi," ucap Padma. Dia kembali menarik diri, tapi tangannya terus mengusap puncak kepala Raj dengan lemah lembut. "Perasaanmu sendiri gimana? Udah enakan?"

Lagi-lagi Raj hanya bisa mengangguk. Sadar dia butuh bicara, pria itu berdehem pelan. Walau suaranya agak serak, dia tetap menjawab, "Lumayan better. Thanks to you, Mama."

Padma mendengkus geli. "Kurasa aku nggak lagi suka kamu panggil Mama, Raj. Aku request panggilan sayang yang lain, oke?"

Kali ini candaan Padma sukses merileksan otot-otot tegang dan sakit Raj. Pria itu mengangguk. "As you wish, My Queen."

Tak lama keduanya pun tergelak bersamaan. Sebelum kemudian, Padma lebih dulu turun dari tempat tidur. Dia berkata bahwa ini sudah siang dan dia sudah membuatkan bubur sebelum tertidur beberapa saat lalu.

Kurang dari beberapa menit Padma sudah kembali. Dia menduduki sisi ranjang yang kosong dengan tangan memegang semangkuk bubur lengkap dengan ayam dan berbagai kondimen selayaknya bubur ayam abang-abang. Sementara itu Raj dipaksa untuk duduk bersandar pada headboard ranjang.

"Enak," gumam Raj saat mencoba bubur suapan Padma. "Beli di mana?"

Seketika Raj mendapatkan sebuah pukulan di lengannya berikut pelototan tajam Padma. "Hey!" Nada suara Padma terdengar kesal. "Aku bikin sendiri ya! Bisa-bisanya bilang beli. Jahat banget sih?"

Raj meringis. Sambil mengusap lengannya yang terkena pukulan dia meminta maaf, "Sori, sori. Habisnya dengan segala kesibukanmu, aku kira kamu nggak akan bisa sempat belajar masak. Apalagi ini ... resto bintang lima aja lewat, Love."

"Love?" Padma balik bertanya kepada Raj yang langsung dijawab dengan anggukan. Dengan senyum malu-malu wanita itu kembali melanjutkan. "Fine, karena panggilan sayangmu lebih oke, jadi aku maafkan."

Mereka terdiam sesaat, sebelum Padma mengusap sisi kepala Raj. "Raj, kurasa kita harus berhenti untuk saling berspekulasi. Dulu, aku pernah langsung judge kamu hanya karena nggak dengerin full pembicaraan kamu dan genk cewek nggak jelas itu terus bikin hubungan kita kacau selama sebelas tahun lamanya. Beberapa hari lalu pun sama, kamu juga judge aku dan bikin kita hampir berjarak berhari-hari lamanya."

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang